Yak. 4:11 (AYT)
Saudara-saudara, jangan saling mengatakan hal yang jahat di antaramu…
Film Tilik menimbulkan satu pertanyaan teologis. Bolehkah orang Kristen melakukan apa yang dilakukan bu Tejo? Mengingat apa yang dikatakannya ternyata memang benar, meskipun sepanjang film kita mengiranya sedang memfitnah? Yakobus memberi jawaban: “Tidak”.
Ada tiga filter yang bisa digunakan sebelum kita memutuskan untuk memberitakan sesuatu. Yaitu: “Apakah itu benar?”; “Apakah itu perlu?”; “Apakah itu baik?”
Jika memang sudah lulus uji dari ketiga filter ini, barulah Saudara “mengatakan kebenaran dalam kasih”/ “speak the truth in love” (Efe. 4:15, AYT). Jika salah satu dari kedua hal ini tidak ada ketika kita berkata-kata, maka itu pastilah dosa. “Basa-basi dalam kasih” SAMA berdosanya dengan “mengatakan kebenaran dalam benci”.
Memberitakan kebenaran saja tidak cukup. Jika kita tidak melakukannya “dalam kasih”, maka Yakobus menyatakan kalau kita “melawan hukum dan menghakimi hukum. Jika kamu menghakimi hukum, kamu bukanlah pelaku hukum, melainkan hakimnya” (Yak. 4:11). Itulah sebabnya Yakobus mengingatkan kita “cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata-kata (Yak. 1:19).
Apa yang diberitakan bu Tejo memang benar, tetapi sudah jelas tidak dilakukannya dalam kasih. Karena itu, orang Kristen tidak boleh melakukan apa yang dilakukannya.
Tuhan Yesus menyatakan dengan jelas: “Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (Mat. 12:36-37).