Yak. 2:1 (AYT)
Saudara-saudaraku, jangan menunjukkan imanmu dalam Tuhan kita yang mulia, Yesus Kristus, dengan membeda-bedakan orang.
Pada umumnya, kebanyakan manusia akan memperlakukan orang kaya dengan istimewa. Entah itu hasil korupsi atau karena mengemplang pajak, orang cenderung bersikap manis terhadap orang kaya. Kali-kali ikut ketetesan madunya. Kali-kali dapat angsa bertelur emas.
Tidak demikian di Kekristenan. Kekayaan tidak dipandang sebagai hal yang wow. Kekayaan bukanlah tanda perkenanan Tuhan kepada seseorang, melainkan ujian. Karena itu, orang kaya tidak boleh diperlakukan secara khusus di dalam kehidupan bergereja.
Sebaliknya, mereka mungkin perlu ditegur dengan keras.
Perintahkanlah orang-orang kaya di zaman ini agar tidak sombong atau menaruh harapan pada kekayaan yang tidak pasti, tetapi taruhlah harapan kepada Allah, yang dengan melimpah menyediakan segala sesuatu bagi kita untuk dinikmati. Perintahkan mereka untuk berbuat baik, menjadi kaya dalam perbuatan-perbuatan baik, menjadi orang yang murah hati, dan siap berbagi. Dengan demikian, mereka akan mengumpulkan harta bagi diri mereka sendiri sebagai dasar yang baik untuk masa yang akan datang sehingga mereka dapat berpegang pada hidup yang sesungguhnya (1 Tim. 6:17-19, AYT).
Sekaya-kayanya seseorang, mereka hanyalah saluran berkat; bukan Sumber berkat. Jika Saudara memperlakukan mereka secara istimewa, maka mereka mungkin sudah menjadi ilah bagimu. Mereka mungkin adalah lembu emas-mu.
Saudara adalah anaknya Tuhan. Sekaya-kayanya seseorang, ia tidak mungkin lebih kaya dari Bapamu di surga. Karena itu, Saudara tidak perlu minder. Jangan berkecil hati.
Kita memperlakukan mereka secara istimewa karena mengira mereka memiliki hal yang istimewa. Padahal tidak. Mereka mungkin belum memiliki yang Saudara miliki saat itu, yaitu “milik pusaka yang tidak dapat binasa, tidak dapat rusak, dan tidak dapat layu, yang tersimpan di surga untuk kamu” (1 Pet. 1:4).
Harta sebanyak apa pun tidak bisa membelinya. Itu hanya bisa dianugerahi.