Kebohongan yang Dipercaya Orang Kristen Tentang Diri Mereka

2 Juli 2020
Artikel oleh Greg Morse
Staf penulis, desiringGod.org


Tim Keller mengatakan bahwa lebih mudah bagi Anda untuk mengeluarkan seseorang dari perbudakan ketimbang mengeluarkan perbudakan dari diri seseorang. Ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka membawa perbudakan yang lebih parah di dalam pola pikirnya mereka; dalam hatinya mereka; dalam pola perilakunya mereka. Meskipun sudah bebas, mereka belum memiliki kerangka berpikir orang bebas. Tak perlu waktu lama bagi mereka untuk memohon agar kembali ke Mesir (Kel. 16:3).

Hal yang sama dapat dikatakan terjadi atas anak-anak Allah terkait dengan identitas barunya mereka di dalam Kristus. Lebih mudah untuk mengeluarkan kita dari status yatim piatu ketimbang mengeluarkan perasaan sebagai yatim piatu dari dalam diri kita.

Meskipun Allah telah memindahkan kita dari kegelapan, menempatkan kita dalam kerajaan Anak-Nya yang terkasih, dan memberi kita Roh yang mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya — semua perkenanan-Nya tersebut — namun kita masih membayangkan diri kita mengenakan pakaian rohani yang compang-camping sedang menunggu Bapa kita yang bimbang apakah pilihannya untuk menerima kita adalah pilihan yang tepat. Meskipun kita sudah diangkat sebagai anak; disucikan; diberi nama baru; diberi identitas yang baru; diberi Roh baru, kita masih tetap berpikir seperti anak yatim piatu. Kita masih merasa seperti anak yatim piatu; berperilaku seperti anak yatim piatu.

Kesalahpahaman teologis serta berbagai slogan tertentu dapat memperkuat kesalahan persepsi kita. Kesalahan dalam pengajaran dan ketidaksesuaian dengan Injil dapat menambah rasa keterasingan yang sudah cenderung kita rasakan. Atau setidaknya itu yang saya rasakan. Kita dapat mempercayai kebohongan tentang diri kita sendiri (atau berpura-pura bahwa setengah kebenaran adalah seluruh kebenaran) yang membuat kita menjadi yatim piatu di dalam pikiran kita. Padahal, Allah Bapa tidak menyayangkan Kristus untuk menjadikan kita sebagai anak laki-laki dan anak perempuan-Nya. Berikut ini adalah beberapa kebohongan tersebut.

’Saya Adalah Anak Yatim Piatu Pengemis’

Martin Luther menyatakan di ranjang kematiannya, “Kita semua adalah pengemis, itu benar.” Memang, kita semua membutuhkan belas kasihan dan pemeliharaan Allah; selain Kristus kita tidak punya apa-apa. Ya, dan amin (Yoh 15:5).

Namun, betapa mudahnya ekspresi kerendahan hati ini berubah jika diambil mentah-mentah begitu saja. Menjadi ”pengemis” bukanlah ringkasan terbaik dari kehidupan Kristen. Di dalam Kristus, kita tidak lagi menjadi seorang anak yatim piatu yang mengemis-ngemis; kotor; dan berpakaian compang-camping; mengangkat mangkuk kita pada Allah sambil bertanya-tanya apakah Dia bersedia memberi kita sedikit makanan lagi. Di dalam Sang Anak, sekarang kita juga menjadi anak laki-laki dan anak perempuannya Sang Raja. Allah telah memberi kita otoritas (seperti yang dinyatakan-Nya) dan kuasa sebagai anak-anak-Nya melalui kelahiran-baru kita (Yoh 1:12-13).

Kita tidak lagi berada di ladang untuk memberi makan babi (Luk 15:16). Dengan tindakan penuh kemurahan dari Sang Saudara Sulung kita yang lebih baik, kita telah kembali kepada Bapa surgawi kita. Dia berlari untuk menemui kita; untuk menyambut kita di rumah. Kita mencoba bersikap menyesal dengan kikuk, menyatakan kepada-Nya bahwa kita merasa bahagia jika bisa menjadi salah satu orang upahan-Nya saja; seorang anak yatim piatu yang siap bekerja keras — dan Dia tidak mengindahkannya. Kasih setia-Nya menenangkan gumaman kita tentang ketidaklayakan kita (seolah-olah kelayakan kita pernah memengaruhi kasih-Nya). Kita tidak pernah layak menjadi anak-anak Allah, tetapi pengangkatan kita oleh-Nya membuat kita layak disebut anak-anak Allah dan hidup sebagai anak laki-laki dan anak perempuan Allah seutuhnya.

Menolak cincin, jubah, dan anak lembu gemuk bukanlah kerendahan hati. Itu merupakan penghinaan terhadap kasih karunia-Nya Bapa. Dia tidak mengundang kita ke pesta untuk terus-menerus mengingatkan para tamu bahwa kita benar-benar hanyalah seorang pengemis. Jika diambil sebagai tema utamanya Kekristenan kita, hal ini malah tidak menghormati Bapa kita yang penuh belas kasihan tersebut. Bersama Mefiboset, kita dapat bertanya-tanya apakah Allah telah menemukan kita sebagai ”anjing mati” dan menganugerahkan kemurahan seperti itu kepada kita (2 Sam. 9:7-8). Juga, kita bisa sambil mengakui bahwa, dengan kasih karunia yang murni, kita bukan lagi anjing mati yang sama yang Dia temukan sebelumnya. Ketika Bapa kita memanggil kita anak laki-laki dan anak perempuan-Nya, kita memang adalah anak laki-laki dan anak perempuan-Nya.

‘Semua yang Saya Lakukan Mendukakan Allah’

Kita juga mungkin berpikir bahwa jika Allah berkenan kepada kita semata-mata karena kesempurnaan Yesus;  tidak ada yang dapat kita katakan atau lakukan. Tentu saja, Allah tidak pernah berkenan dengan kita selain karena Sang Saudara Sulungnya kita (karena hanya Kristus yang memenangkan kita sepenuhnya, Rom 4:5). Namun, begitu dibebaskan oleh karya-Nya yang telah selesai di kayu salib, dan dinyatakan benar di dalam Dia, adalah salah jika berpikir bahwa kita tidak kelihatan; tidak pernah dapat melakukan apa pun untuk menyenangkan Bapa kita. Terlalu banyak yang percaya, seperti yang pernah saya lakukan, bahwa mereka tidak dapat menyenangkan Dia dengan apa yang sebenarnya mereka lakukan dalam iman.

Sebuah teks yang familiar tentang kain kotor tampaknya membuktikan hal ini, ketika digunakan sebagai slogan: ”Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor” (Yes. 64:6). Pertimbangkan fakta bahwa Yesaya diutus untuk melayani bangsa Israel yang suka memberontak, berhati keras, dan tidak setia (Yes. 6:9-13). Dia tidak sedang berbicara pada mempelai Wanita-Nya Kristus. Para pendengarnya menyembah dewa-dewa asing dan hati mereka berperang melawan Dia. Tak satu pun dari mereka memanggil nama Allah (Yes. 64:7). ”Perbuatan benar” mereka dipandang sebagai kain kotor karena pemberontakan dan penyembahan berhala menjadi ciri kehidupan mereka. Kebaikan mereka yang sesekali saja tidak akan bisa menyuap perkenanan Allah.

Memang benar bahwa mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah (Rom. 8:8). Namun, orang Kristen berjalan dalam Roh, bukan di dalam daging (Rom 8:9). Kita diberitahu bahwa apa yang kita lakukan dari iman dalam karya Kristus yang telah selesai tersebut memang menyenangkan Allah. Biarkanlah hal itu meresap. Ini adalah alasan bagi kita untuk mengejar kekudusan.

Allah berkenan ketika kita berperang melawan dosa dan menjalani kehidupan yang kudus (Ibr. 13:20-21). Allah berkenan ketika kita menghabiskan waktu dalam firman-Nya dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Anak-Nya (Kol. 1:10). Allah berkenan ketika kita menaati orang tua demi Dia (Kol. 3:20). Allah berkenan ketika kita mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup (Rom. 12:1). Allah berkenan ketika para gembala mengajarkan firman dengan setia (1 Tes. 2:4). Allah berkenan ketika, daripada terus-menerus mengeluh tentang mereka, kita berdoa untuk para raja dan presiden (1 Tim. 2:1–3). Allah berkenan ketika kita berbagi harta duniawi kita dengan orang lain (Ibr. 13:16). Allah berkenan ketika kita menuruti segala perintah-Nya (1 Yoh. 3:22) — dan banyak lagi.

Ketika kita mengejar kekudusan di atas kecanduan pornografi, kedamaian di atas kecemasan, kasih di atas kekerasan, maka kita menyenangkan Bapa kita. Ya, Dia didukakan oleh dosa kita dan Dia senang dengan perbuatan baik anak-anak-Nya yang berupa tindakan manusia yang sesuai rencana Allah; yang diberdayakan oleh Roh; yang meninggikan Yesus; yang dipenuhi oleh iman. 

’Saya Ditakdirkan untuk Gagal’

Akhirnya, percaya bahwa Anda dapat menyenangkan Allah adalah sia-sia jikalau Anda percaya bahwa Anda pada akhirnya ditakdirkan untuk meninggalkan Kristus demi dosa-dosa lama. Jika Anda memata-matai negeri itu, dan ketidakpercayaan Anda melihat raksasa pencobaan di cakrawala yang ”tidak akan pernah bisa Anda kalahkan”, maka Anda tidak akan bertahan lama untuk melawan mereka. Kehidupan masa lalu yang penuh dosa dapat menghantui tekad hari ini; meyakinkan kita bahwa pada akhirnya kita akan ”melakukannya lagi” dan kembali ke gaya hidup yang sekarang kita benci.

Untuk memperkuat ketidakberdayaan yang dipelajari ini, beberapa orang mengutip perkataan Yeremia, ”Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yer. 17:9). Kita ditakdirkan untuk gagal, demikianlah kesimpulan mereka, karena memiliki hati yang sakit sebagai pusat dari siapa kita sebenarnya. Namun, hal ini juga, tidak lagi berlaku bagi orang Kristen. Hebatnya, Allah memberi kita hati yang baru dengan kekuatan baru untuk menaati-Nya dan berjalan di jalan-Nya.

Orang-orang yang dimaksud oleh Yeremia memang memiliki hati yang sakit dan penipu, keras kepala, penyembah berhala, dan terukir oleh dosa (Yer 17:1). Namun, Yeremia berbicara tentang hari yang akan datang ketika Allah akan membuat perjanjian baru dengan umat-Nya; yang mencakup janji akan hati yang baru dengan Taurat Allah tertulis di atasnya (Yer 31:33) dan takut akan Allah selamanya dan tidak akan berpaling dari-Nya (Yer 32:38-41).

Manusia-manusia baru ini, dengan hati yang baru ini, disebut Gereja. Untuk setiap anak Allah pada hari ini, Dia mengambil hati kita yang keras dan menggantikannya dengan hati-yang-peka terhadap perintah-Nya (Yeh. 36:26). Jika Anda adalah orang Kristen, maka Anda memiliki hati baru yang bukan hati lama Anda yang sudah rusak. Anda belum menjadi manusia yang tidak berdosa, tetapi Anda benar-benar adalah ciptaan baru, dengan pusat kehidupan yang baru; identitas yang baru; dan hati yang baru. Meskipun Anda masih berperang dengan bagiannya Anda yang tidak dapat ditebus (yang disebut daging), benteng tidaklah dikuasai oleh musuh. Kita “dengan segenap hati melakukan kehendak Allah” (Efe. 6:6). Allah memberi kita Roh-Nya untuk menjaminnya.

Di dalam Kristus, Anda tidak hanya memiliki status sebagai anak laki-laki dan perempuan-Nya Sang Raja, tetapi Anda telah memiliki akses ke kuasa ilahi untuk melawan dan menaklukkan dosa apa pun dalam hidup Anda dan hidup dalam kekudusan (2 Pet 1:3). Jangan percaya kebohongan bahwa Anda terjebak dalam kehidupan Kristen yang hampir tidak terselamatkan; yang sebagian besar berakhlak bejat; dan berperilaku seperti anak yatim piatu. Anda tidak ditakdirkan untuk gagal. Anda tidak dipilih untuk terus-menerus mendukakan Bapa-Nya Anda.

Jika kita adalah milik-Nya, maka kita sekarang adalah anak-anak Allah yang sejati; yang terkasih; yang telah diangkat jadi anak-Nya; yang membutuhkan lebih banyak pola pikirnya seorang anak yatim piatu diambil dari kita setiap hari sampai kita akhirnya melihat-Nya dan semua keraguan yang tersisa tersebut menghilang.

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "Lies Christians Believe About Themselves."

You may also like...

Tinggalkan Balasan