Apakah yang Akan Kamu Perbuat Apabila Datang Kesudahannya?

30 Agustus 2016
Artikel oleh John Piper
Pendiri & Pengajar, desiringGod.org

Kedahsyatan dan kengerian terjadi di negeri ini: Para nabi bernubuat palsu, dan para imam mengajar dengan sewenang-wenang; dan umat-Ku menyukai yang demikian! Tetapi apakah yang akan kamu perbuat, apabila datang kesudahannya? –Yer. 5:30-31.

Inilah permohonan yang disampaikan para pendeta, penginjil, pengajar, orangtua, dan sahabat kepada orang-orang yang mereka kasihi: ”Jika mereka tidak bertobat, maka mereka akan terdiam, tidak berdaya, dan tidak berpengharapan apabila datang kesudahannya.”

Saya mengatakan hal ini sebagai orang Kristen-yang-hedonis — sebagai salah satu orang yang hakul-yakin kalau ketaatan akan perintah Tuhan yang tidak disertai sukacita tidak akan berguna pada hari terakhir — bahwa tanpa ada kepuasan di dalam Tuhan itu sendiri, maka segala pertobatan adalah sia-sia.

Karena tidak ada yang namanya pertobatan tanpa adanya kepuasan di dalam Allah. Ini adalah esensi dari dosa — yaitu ketika kita lebih dipuaskan oleh apa pun melebihi Tuhan (Rom. 1:23). Pertobatan-tanpa-sukacita adalah sebuah omong kosong karena dosa yang harus ditanggalkan tersebut hanya menemukan sedikit sukacita di dalam Allah.

Tertegunlah

Apakah yang dimaksud ”kedahsyatan dan kengerian” yang dinyatakan Yeremia terjadi di negeri ini? ”Para nabi bernubuat palsu”. Para imam ikut menyetujui kebohongan. Orang-orang ”menyukai yang demikian”. Mereka menyukai itu — Menyukai itu.Itu cukup buruk — menubuatkan kebohongan dan membawa seluruh negeri untuk menyukai itu. Namun, apakah yang dimaksud ”kedahsyatan dan kengerian” dari kebohongan tersebut? Yeremia telah menyebutkan hal tersebut.

Tertegunlah atas hal itu, hai langit, menggigil dan gemetarlah dengan sangat, demikianlah firman TUHAN. Sebab dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air – Yer. 2:12-13.

Jadi, ada dua arti terkait kata ”tertegun”. Pertama, kebohongan tersebut diajarkan-dan-disukai. Kedua, kejahatan itu lebih diinginkan ketimbang sumber air yang berasal dari Allah. Allah tidak mau menjadi pihak yang tidak dijadikan sebagai pilihan utama. Inilah esensi dari ”kedahsyatan dan kengerian”. Hal inilah yang harus ditinggalkan. Jika tidak, mereka akan dihakimi ”apabila datang kesudahannya”.

Pertobatan adalah berbalik dari bunuh diri rohani secara perlahan-lahan dengan memakan debu tanah dan kemudian berjalan menuju meja perjamuan kasih karunia-Nya Allah. Inilah sebabnya mengapa orang Kristen-yang-hedonis sungguh-sungguh memegang wanti-wanti Alkitab bagi seseorang untuk bertobat sebelum terlambat.

Yeremia bertanya, ”Apa yang akan kamu perbuat apabila datang kesudahannya?” — kamu yang telah menyukai kebohongan. Menyukainya.

Yeremia tidak menjawab. Inilah pertanyaan yang sudah memiliki jawabannya sendiri. Semua orang tahu jawabannya. ”Apa yang akan kamu perbuat apabila datang kesudahannya?” Kamu tidak akan sanggup berbuat apa pun. Tidak ada yang akan menyelamatkanmu.

Menyelamatkanmu dari apa?

Terdiam, Tidak Berdaya, Dan Tidak Berpengharapan

Yeremia pernah menyatakan kepada mereka dalam ayat sebelumnya: ”Masakan Aku tidak menghukum mereka karena semuanya ini? Demikianlah firman TUHAN. Masakan Aku tidak membalas dendam-Ku kepada bangsa yang seperti ini?” (Yer. 5:29). Jika kamu tidak memiliki Allah sebagai hartamu, kamu akan memiliki Dia sebagai musuhmu.

”Apa yang akan kamu perbuat” ketika kamu berdiri di hadapan Allah yang Mahakuasa, Mahaadil, dan (seorang musuh yang) Mahatahu? Apa yang akan kamu perbuat ketika menghadapi Pribadi yang telah kamu remehkan seumur hidupmu dengan menganggap Dia membosankan dan tidak layak mendapatkan kasih sayang terbesarmu?

Kamu akan terdiam, tidak berdaya, dan tidak berpengharapan.

”Apa yang akan kamu perbuat apabila datang kesudahannya?” Apakah yang akan disuarakan mulutmu? Akankah kamu akan memulai dengan protes bahwa kamu tidak diperlakukan dengan adil? Kamu tahu apa yang akan dijawab-Nya (jika kamu mencoba untuk memprotes).

Allah akan berkata ”Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan, dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai” (Yer. 9:24). Apakah kamu pikir perihal men-cuek-in Allah dalam hidup ini bisa dianggap sebagai hal yang sepele?

Atau, akankah kamu mengklaim bahwa kamu lemah dan tak berdaya? Benarkah? Terlalu lemah untuk percaya kepada kuasa yang lain? Terlalu lemah untuk percaya kepada kekayaan-dan-keindahan-Nya Allah?

Kamu tahu kalau kamu tidak terlalu lemah untuk percaya. Sungguh, ”karena kamu percaya pada perbuatan-perbuatan dan kekayaanmu” (Yer. 48:7, AYT). Kamu ”percaya kepada perkataan dusta yang tidak memberi faedah” (Yer. 7:8). Kamu ”mempercayai dusta” (Yer. 13:25). Kamu percaya kepada kekuatan manusia meskipun Aku telah memperingatkan kepadamu berulang-ulang: ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada TUHAN!” (Yer. 17:5).

Aku tidak hanya mewanti-wantimu. Aku juga berjanji padamu. Aku merayumu. Aku memikatmu. Aku berjanji, ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yer. 17:7). Aku berkata kepadamu bahwa ”nyawamu akan menjadi jarahan bagimu, sebab engkau percaya kepada-Ku” (Yer. 39:18). Kamu ”akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN… menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku” (Yer. 31:12,14).

Sudah Terlambat untuk Memohon Belas Kasihan

Lantas, akankah kamu memohon belas kasihan ”apabila datang kesudahannya”? Mungkin saja. Namun, sudah sangat terlambat pada saat itu. Oh, seberapa sering Aku menawarkan belas kasihan kepadamu! Seberapa sering Aku memanggilmu, ”Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah firman TUHAN. Muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikianlah firman TUHAN, tidak akan murka untuk selama-lamanya” (Yer. 3:12). Namun, Aku sudah mewanti-wantimu bahwa akan ada masa ketika sudah sangat terlambat. Kini, tidak ada lagi yang akan berdoa syafaat bagimu seperti sebelumnya. ”Aku tidak akan mendengarkan engkau” (Yer. 7:16).

Janganlah kamu mengira ”apabila datang kesudahannya”, kamu masih bisa bertobat-dan-menangis memohon belas kasihan. Kamu akan menangis. Kamu akan menginginkan belas kasihan, namun bukan belas kasihan akan pertobatanmu. Yang ada, hanyalah belas kasihan supaya kamu bisa dilepaskan. Kamu tidak akan senang kepada-Ku ketika berlangsungnya masa penghakiman itu. Kamu hanya akan merasa senang jika bisa dilepaskan dari penderitaan. Karena itu, kamu akan menangis. Namun, Aku tidak akan langsung menjadi harta yang paling indah bagimu. Di balik tangisanmu, hatimu berduka karena kehilangan akan kesenangan duniawi; bukan kehilangan akan Tuhan.

”Apabila datang kesudahannya”, kamu hanya akan terdiam dan tak berdaya. Tidak ada kata-kata, tindakan pertobatan, maupun perbuatan baik yang bisa membalikkan cintamu terhadap dosa. ”Para nabi bernubuat palsu… dan kamu menyukai yang demikian.” Kamu menyukainya. Kamu masih menyukainya. Kamu membenci penghakiman — karena terasa pahit bagimu. Namun, bukan karena Allah itu manis.

Kamu meninggalkan sumber air kehidupan. Kamu lebih memilih kejahatan ketimbang menyenangkan Tuhan. Karena itu, ”TUHAN telah menolak dan membuang bangsa yang kena murka-Nya!” (Yer. 7:29). Ini akan menjadi bagianmu untuk selama-lamanya.

Lautan Belas Kasihan

Saya memohon kepada para pendeta, penginjil, pengajar, orangtua, dan sahabat untuk mewanti-wanti orang-orang yang mereka kasihi: ”Jika mereka tidak bertobat, maka mereka akan terdiam, tidak berdaya, dan tidak berpengharapan apabila datang kesudahannya.” Kamu tidak harus menggunakan kata-katanya Yeremia. Jika terasa lebih mantap, kamu bisa menggunakan perkataan-Nya Yesus-yang-telah-bangkit. 

  • ”Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” (Why. 2:5).
  • ”Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini” (Why. 2:16).
  • ”Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu” (Why. 2:22).
  • ”Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu” (Why. 3:3).

Kristus yang telah bangkit ini adalah ”Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya” (Why. 1:5-6). Jika Yeremia menawarkan sumber air belas kasihan dalam kehidupan ini,  Yesus menawarkan lautan belas kasihan. Karena itu, wanti-wanti dalam Surat Ibrani sangatlah penting— ”bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu” (Ibr. 2:3).

Yang pasti, bagi orang Kristen-yang-hedonis, semua pesan yang nyaring dari Alkitab adalah untuk memunculkan sukacita yang lebih luar biasa.

Ayo, hai semua orang yang haus, Marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah. Juga anggur dan susu tanpa bayaran! – Yes. 55:1.

Namun, orang Kristen-yang-hedonis tidak menganggap dirinya lebih bijak, lebih mengasihi, atau lebih bermurah hati ketimbang Alkitab. Kitab Suci dipenuhi dengan wanti-wanti mengenai kegagalan untuk bersukacita di dalam Allah yang merupakan harta terbesarnya kita.

Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada TUHAN, Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati… maka… engkau akan menjadi hamba kepada musuh… – Ula. 28:47-48.

Maka, sampaikanlah kepada mereka yang kamu kasihi — anak-anakmu, teman-temanmu, kawanan dombamu — ”bergembiralah karena TUHAN” (Mzm. 37:4). ”Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mzm. 16:11). Juga, sampaikanlah kepada mereka: ”Jika kamu lebih mencintai dunia ini daripada Allah, apakah yang akan kamu perbuat apabila datang kesudahannya?”

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul 'What Will You Do When the End Comes?'

You may also like...

Tinggalkan Balasan