1 Agustus 2016
Artikel oleh Marshall Segal
Staf penulis, desiringGod.org
Itu adalah semacam rute hidup-atau-matinya untuk para Pramuka. Yesus mengutus tujuh puluh dua muridnya pergi dari pintu ke pintu di setiap kota Yahudi untuk memberitakan bahwa sang Raja membawa kabar baik tentang sukacita yang besar.
Yesus mengutus mereka dengan sebuah peringatan, ”Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala” (Luk. 10:3). Juga, dengan sebuah janji, ”….. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan” (Mat. 10:7-8). Itu adalah daftar yang luar biasa. Bayangkan jika Anda melakukan satu hal saja dari daftar tersebut untuk seseorang pada hari ini.
- Bayangkan seandainya Allah menyembuhkan seseorang yang terkena kanker melalui Anda ketika Anda menumpangkan tangan dan mendoakannya.
- Bayangkan seandainya ketika Anda menemukan orang terkasih yang terakhir meninggal, Allah membawa mereka hidup kembali melalui Anda. Mereka tidak lagi mati, tetapi bernafas, berbicara dan tersenyum kembali.
- Bayangkan seandainya ketika Anda menyentuh seseorang yang mengalami sakit kulit. Allah membasuh luka, ruam, iritasi dan rasa sakitnya.
- Bayangkan seandainya Allah menggunakan suara Anda untuk mengusir setan yang mengganggu dan menyiksa seseorang.
Dapatkah Anda membayangkan sesuatu yang lebih menggembirakan selain dipakai Allah untuk campur tangan dalam keadaan darurat orang lain secara ajaib?
Gunung Tinggi Dalam Pelayanan
Lukas menulis, ”Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira,”— gembira karena Allah memakai mereka dalam pelayanan semacam ini — dan berkata: ’Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu.’” (Luk. 10:17). Kita yang pernah mengalami kasih karunia dan kekuatan Allah bekerja dalam kehidupan orang lain melalui kita, bahkan dalam hal yang sangat kecil sekali pun, dapat merasakan sukacita seperti itu.
Bagaimana Yesus menanggapi antusiasme mereka — semacam pasca-perkemahan-musim panas dewasa mereka sendiri? ”Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu” (Luk. 10:18-19).
Kesudahannya Iblis sudah dekat. Kekuatan dan pengaruhnya berada di ambang kehancuran. Dalam hitungan bulan, Yesus akan disalibkan; ketika ”melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka” (Kol. 2:15). Yesus melihat Iblis jatuh dari singgasana sementaranya di dunia ini.
Beberapa tanda paling jelas dari kesudahannya Iblis adalah kemenangan (baik yang besar dan kecil) yang kita alami dalam pelayanan. Yesus memberikan Roh-Nya untuk menyertai kita — di dalam kita — memercayakan pada kita otoritas dalam nama-Nya bahkan terhadap Iblis; memberi kita kekuatan untuk memindahkan gunung dalam pelayanan.
Kesenangan yang Lebih Besar, Sukacita yang Lebih Dalam
Namun, Yesus tidak berhenti sampai murid-murid memiliki kuasa dan otoritas atas kejahatan. Dia melanjutkan. ”Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga” (Luk. 10:20).
Mana keajaiban yang lebih besar: Roh mengeluarkan setan dari tubuh orang lain melalui Anda? Atau Dia mengeluarkan Anda dari dalam neraka? Jauh di dalam hati kita yang dipenuhi kesombongan, kita ingin percaya bahwa yang terakhir tidaklah begitu sulit. Kita tahu kita perlu bantuan, tetapi kita berpikir bahwa diri kita hanya perlu dirombak, bukan sebuah rumah kosong yang bobrok. Bagi egonya kita, mengagumi keajaiban yang dilakukan Allah melalui usaha kita dalam pelayanan terlihat lebih menarik daripada mengagumi apa yang dilakukan-Nya untuk kita; terlepas dari usaha kita yang lemah dan penuh dosa.
Mentalitas yang rusak itulah yang mendasari mengapa saya menemukan pelayanan saya untuk Yesus lebih menggembirakan daripada pelayanan Yesus kepada saya.
Meskipun dipakai oleh Allah dalam pelayanan itu menyenangkan, namun Yesus menjanjikan kesenangan yang lebih besar. Kita tidak akan menemukan sukacita yang terdalam atas pekerjaan yang dikerjakan oleh tangan kita pada masa ini; bahkan dalam hal-hal kudus yang kita lakukan untuk Yesus dan kemasyhuran-Nya. Tidak, Allah menuliskan sukacita terdalam kita dengan tinta yang berbeda dan yang di dunia lain; dalam sebuah buku yang menjanjikan kita kehidupan jauh sesudah pelayanan kita di dunia ini yang hanyalah sebuah kenangan manis tetapi samar-samar.
Tidak ada yang dapat menandingi kebahagiaan yang menanti di surga — kebahagiaan kekal yang tidak terukur dan tidak pantas kita terima; sebuah petualangan tanpa-akhir yang menjadi semakin baik di setiap tahapan.
Anggaplah Segala Sesuatu Rugi Dibandingkan Dia
Namun, mengapa Yesus menggunakan kata-kata yang keras (”Namun demikian janganlah bersukacita”) sementara kedua pengalaman ini – keselamatan kita dan pelayanan kita pada orang lain – tidak dapat disangkal adalah hal yang berharga dan memuaskan? Rasul Paulus sendiri berkata pada mereka yang dilayaninya, ”Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? (1 Tes. 2:19; juga Fil. 4:1). Akankah Yesus menegur Paulus? Dalam hal ini jangan kamu bersukacita, Paulus, bahwa orang lain diselamatkan, dikuatkan dan digerakkan melalui pelayananmu.
Tidak, Yesus tidak melarang semua sukacita dalam pelayanan, tetapi melarang jenis sukacita yang mengalahkan sukacita kita di dalam Yesus. Berhati-hatilah agar kita tidak lebih mengasihi Allah karena apa yang dilakukan-Nya melalui Anda; bukan karena apa yang dilakukan-Nya bagi Anda.
Ya, Paulus sangat bersukacita karena murid-muridnya. Namun, pada bagian lain dia juga berkata, ”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, — bukan hanya materi, tetapi juga dalam pelayanan — “sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya” (Fil. 3:7-8).
Bisakah kita berkata seperti itu? Akankah kita merasa sama puasnya di dalam Yesus jika pelayanan kita tiba-tiba runtuh di depan mata kita; jika talenta kita tiba-tiba lenyap; jika pertemanan dan relasi kita tidak pernah menghasilkan buah yang nyata; jika pengaruh dan keberhasilan kita hilang semuanya esok hari? Yesus berkata, ”Bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.”
Anda Tidak Bisa Melayani Allah dan Pelayanan
Mana yang lebih memikat hatinya Anda: apa yang dilakukan Allah melalui Anda? Atau apa yang sudah dilakukan-Nya untuk Anda?
Ke mana imajinasi Anda lebih cenderung untuk mengembara: Allah mungkin memilih untuk memakai Anda? Atau bahwa Dia memilih untuk menyelamatkan Anda sejak semula?
Kapan Anda merasakan kegembiraan-dan-kepuasan yang lebih besar: ketika Anda memikirkan kemajuan atau kemenangan dalam pelayanan akhir-akhir ini? Atau ketika Anda memikirkan warisan yang tidak pernah habis; yang selalu meningkat; warisan yang tidak kita usahakan yang sedang menunggu Anda di sisi lain dari semua hal yang Anda lakukan pada masa ini?
”Namun demikian janganlah bersukacita” — bahwa kamu memiliki banyak teman di dalam nama Yesus; atau berkorban untuk menolong yang miskin; atau berani berbicara demi keadilan; atau bahkan membawa banyak orang kepada iman yang menyelamatkan — ”tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga” (Luk. 10:20). Ketahuilah mengenai kesenangan terdalam, yang paling kokoh, dan tertinggi yang pernah dialami seseorang — lebih dalam dari pernikahan yang paling bahagia dan romantis; lebih kokoh dari gunung yang paling megah atau pantai yang paling indah; dan lebih tinggi dari mukjizat atau kesuksesan terbesar di dalam pelayanan.
Ketahuilah mengenai sukacita karena nama Anda tersembunyi di dalam hati Allah dan dijaga-Nya untuk sesuatu yang jauh lebih baik dari apa pun yang dapat Anda alami atau capai pada masa sekarang (1 Pet.1:4-5). Ketahuilah mengenai cara terbaik untuk mempersiapkan tangannya Anda untuk menerima pelayanan yang berhasil pada masa ini bukanlah dengan mengagumi talentanya Anda, tetapi dengan mengagumi kasih karunia-Nya Allah.
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "You Can Love Ministry and Miss Jesus."