BAB 4
Pandangan Luther atas Cara Erasmus Menolak Teks yang Menentang “Kehendak-Bebas”
Argumen 7:
Injil Yohanes 15:5, ”Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (nothing).
Inilah kebenaran yang saya nyatakan sebagai kebenaran yang tak seorang pun bisa menyangkalnya, namun kamu malah memelintir kata ”apa-apa/nothing” di bagian ini. Kamu menyatakan kalau kata ini bisa dipahami sebagai ”tidak dapat berbuat apa-apa dengan sempurna”. Pertanyaannya bukanlah mengenai apakah itu bisa diartikan seperti itu, namun apakah memang itu artinya. Secara tidak langsung, kamu menyatakan kalau tanpa Kristus kita bisa ”melakukan sesuatu tidak dengan sempurna”. Jadi, kita juga harus menganggap pernyataan di Injil Yohanes 1:3, ”tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”, bisa diartikan ”tanpa Dia tidak ada suatupun yang sempurna yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”. Bodoh sekali! Benar-benar sangat berbahaya mengupas Kitab Suci dengan cara seperti ini. Tidak mungkin cara seperti ini bisa menjangkau kesadaran manusia. Mari kita sepakati kalau ”tidak dapat berbuat apa-apa/nothing” di bagian ini memang berarti ”tidak dapat berbuat apa-apa/nothing”.
Di bawah kendali Iblis, kehendak manusia tidak lagi bebas atau memiliki kuasa apa pun. Kehendak manusia sudah menjadi budak dosa-dan-Iblis. Kehendak manusia hanya bisa tunduk pada kehendak Iblis. Kamu juga mengabaikan bagian berikutnya: ”Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar” (Yoh. 15:6). Manusia di luar Kristus tidak akan diterima Allah sama sekali sehingga akan dicampakkan ke dalam api.
Saya tidak paham mengapa kamu juga mengutip Surat 1 Korintus 13:2 untuk mendukung pemikiranmu. ”Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna”. Jika seseorang tidak memiliki kasih, maka memang benar ia tidak berarti apa-apa di hadapan Allah karena kasih merupakan hadiah dari kasih karunia. Jadi, kata ”tidak ada apa-apa/nothing” di bagian ini memang berarti ”tidak ada apa-apa/nothing”. Tidak ada yang bisa mengubah itu! Terlepas dari kasih karunia, manusia tidak bisa melakukan apa-apa. ”Kehendak-bebas” memang tidak bisa melakukan apa-apa. Kehendak bebas itu memang nothing.