Yak. 2:19 (AYT)
Kamu percaya bahwa Allah itu satu. Itu benar. Roh-roh jahat pun percaya dan mereka gemetar.
Bagian ini perlu dipahami baik-baik bagi setiap orang yang memiliki gelar teologi, termasuk para doktor teologi. Memiliki pengetahuan teologi yang benar tidak berarti otomatis memiliki iman-yang-hidup. Pengetahuan teologi tidak bisa mengubah hati seseorang. Otaknya diisi, belum tentu hatinya sudah berubah.
Dibandingkan orang Kristen hari ini, para setan bahkan mungkin memiliki pemahaman mengenai Kristologi lebih mendalam (Luk. 4:41). Karena itu, adalah salah kaprah kalau kita berasumsi setiap orang yang memiliki gelar teologi pastilah orang yang sudah diselamatkan.
Yakobus mengingatkan kalau hal-hal eksternal seperti pengetahuan-dan-gelar teologi tidak bisa dijadikan pegangan. Hati mereka mungkin seperti hati Nikodemus ketika datang malam-malam mencari Tuhan Yesus. Ia mungkin sudah memiliki pengetahuan yang benar (Yoh. 3:2), namun ia belum dilahirbarukan; diselamatkan; dianugerahi iman-yang-hidup. Sama seperti ahli Taurat yang sudah “tidak jauh dari Kerajaan Allah”, namun ia belum berada di dalam Kerajaan Allah (Mrk. 12:32-34).
Bagian ini juga sekaligus mengingatkan kalau Allah yang disembah orang Kristen adalah “Allah Tritunggal Yang Maha Esa”. Allah yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir adalah Allah yang sama yang disembah orang Kristen. Bagian ini mengaungkan keesaan Allah Tritunggal dalam Kitab Ulangan 6:4-9.
Penting bagi kita untuk memahami kata Ibrani “echad” yang diterjemahkan menjadi “esa”. Echad bukan berarti “satu dalam isolasi”, melainkan “satu dalam kesatuan”. Misalnya, ketika pernikahan dinyatakan sebagai peristiwa di mana seorang laki-laki akan bersatu dengan istrinya sebagai satu (echad) daging (Kej. 2:23-24), kata “satu” ini merujuk pada.”satu dalam kesatuan”. Dua pribadi, tetapi dalam satu pernikahan. Satu pernikahan, tetapi ada dua pribadi.
Begitu pula dengan keesaan Allah Tritunggal. ”Allah Tritunggal Yang Maha Esa” (Ul. 6:4; Yes. 45:5-7; 1 Kor. 8:4), sejak dari masa kekekalan, sudah terdiri dari tiga Pribadi yang saling-berlainan-dan-dapat-dibedakan (three distinct Persons) dan setara keilahian-Nya (Mat. 28:19; 2 Kor. 13:14), yaitu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus.
Meskipun terdiri dari tiga Pribadi yang saling berlainan-dan-dapat-dibedakan, ”Allah Tritunggal Yang Maha Esa” merupakan kesatuan dalam keberadaan-Nya, esensi-Nya, dan kemuliaan-Nya (Yoh. 10:30). Satu Allah, tetapi tiga Pribadi. Tiga Pribadi, tetapi satu Allah. Tiga Pribadi, tetapi bukan tiga Allah. Bukan ”1+1+1 = 3”, melainkan ”1 x 1 x 1 = 1”. Ketiga Pribadi ini sama-sama pre-existent, co-existent, dan self-existent.