10 Mei 2021 Artikel oleh Scott Hubbard Editor , desiringGod.org
Tidak banyak dusta yang menahan lebih banyak orang-yang-berdosa untuk datang kepada Kristus, baik untuk pertama kalinya atau setelah kejatuhannya yang mengerikan, dibandingkan dusta yang satu ini: ”Saya merupakan pengecualian dari berbagai janji-Nya Allah.”
Anda mungkin mengetahui-dan-mengakui kalau Yesus menyelamatkan orang berdosa. Anda mungkin mendengar ratusan kesaksian tentang anugerah kemenangan-Nya dalam menyelamatkan orang lain. Anda mungkin merasakan hasrat yang membara untuk menjadi milik-Nya. Namun, di suatu tempatdalam bayang-bayang jiwa, ada keragu-raguan setengah sadar yang menahan Anda: ”Saya mau datang kepada Yesus, tetapi…
- “Saya terlalu lemah untuk taat pada-Nya hingga akhir.”
- ”Dosa-dosa saya terlalu memalukan.”
- ”Saya terlalu sering meremehkan kasih karunia-Nya.”
- ”Hati saya terlalu keras.”
- ”Saya sudah terlalu lama menjadi orang yang penuh kepalsuan.”
- ”Iman saya sangat kecil.”
Alasan seperti itu memang masuk akal. Juga, mematikan. Iblis tidak pernah lelah mengurung para pendosa yang putus asa di balik jeruji penjara yang dibangun dari kata-kata ”Namun, saya….” Membuat pengecualian adalah keahliannya.
Siapa Pun yang Percaya
Lawanlah bisikan yang jahat tersebut. Tuhan Yesus sendiri yang turun ke medan perang.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16)
Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal. (Yoh. 5:24)
Barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. (Yoh. 6:47)
Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. (Yoh. 11:25)
Siapa yang pantas berada di bawah panji bertuliskan “siapa pun,” “setiap orang,” atau “barangsiapa” ini? Siapa yang mendapatkan janji semacam ini? Pendosa muda dan pendosa tua; pendosa yang memalukan dan pendosa yang santun; pendosa diam-diam dan pendosa yang tebal muka; pendosa yang baru bertobat dan pendosa yang dibenarkan, tetapi belum dimuliakan — singkatnya, semua pendosa. Siapa pun Anda, bagi mereka yang percaya, Kristus adalah miliknya Anda. Tidak ada pengecualian.
Mungkin Anda pernah mendengar semua hal ini sebelumnya. Mungkin Anda sudah mencoba menggenggam berbagai janji seperti ini, tetapi hati nurani yang berdenyut dan musuh yang tak kenal lelah terus-menerus menjatuhkannya dari tangan Anda. Bagaimanapun, Anda dapat mendengar Yesus mengatakan siapa pun belasan kali, namun Anda pergi menjauh sambil tetap berbisik, ”Namun, saya….”
Yesus tahu. Jadi di samping janji-Nya, Dia memberi kita gambaran.
Di Antara Orang-orang Cacat
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Yesus begitu sering menyembuhkan begitu banyak orang? Jika Dia datang untuk memberitakan kabar baik, yang memang dilakukan-Nya (Luk. 4:43), mengapa Dia menghabiskan begitu banyak waktu di antara para wanita yang demam; para pria yang lemah tubuh; anak-anak yang sekarat; kerumunan yang sakit? Sebagian alasannya, karena kesembuhan merupakan ilustrasi bagi khotbah-Nya, menjelaskan dengan hati-hati mengenai berbagai janji yang mungkin kita ragukan (Mar. 2:9-11). Perhatikanlah gambaran yang khas dari Injil Lukas:
Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. (Luk. 4:40)
Datanglah semua orang yang mempunyai siapa pun yang sakit. Mereka datang dengan berbagai macam penyakit. Yesus menyembuhkan setiap orang dari mereka. Penyakit akan dienyahkan oleh tangan-Nya Anak Allah – apa pun yang diderita mereka; siapa pun mereka.
Apakah beberapa orang di antara kerumunan tersebut diam-diam bertanya-tanya sembari mereka menunggu giliran, ”Ya, saya melihat belas kasihan dan kuasa-Nya Yesus. Namun, bisakah Dia menyembuhkan penyakitnya saya? Saya sudah sakit begitu lama. Yang lain di sini tampaknya tidak terlalu sakit. Mungkinkah saya tidak bisa disembuhkan?” Jika ada yang demikian, Yesus akan segera menghapus semua pertanyaan itu. Orang buta melihat. Orang tuli mendengar. Orang lumpuh berjalan. Mereka yang kerasukan setan kembali ke pikiran mereka yang waras. Siapa pun mereka.
Hari itu tidak pernah tiba, juga tidak akan pernah, bilamana Yesus tidak tahu bagaimana menyembuhkan seseorang yang datang kepada-Nya.
Lupakan Diri Anda
Ketika kita melihat Yesus menyembuhkan yang sakit — semua yang sakit — kata siapa pun menjadi lebih hidup; lebih nyata. Begitu juga dengan kata percaya. “Barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh. 6:47). Seperti apakah percaya itu?
Kita langsung melihat bahwa percaya bukan berarti “Lihatlah sesuatu di dalam diri Anda untuk meyakini bahwa Kristus dapat menyelamatkan Anda.” Tentu saja, itu merupakan sebuah pemikiran yang gila, namun banyak jiwa mengitari jalur usang dari pencarian, pencarian, pencarian akan sesuatu yang bisa membuat kita berkata, “Ok, mungkin Dia bisa menyelamatkan saya.”
Setiap kali kita mencoba pencarian semacam itu, kita seperti para penderita kusta yang melihat kulitnya yang membusuk dengan harapan bahwa Kristus dapat menyembuhkannya. Tidak ada sesuatu apa pun pada kulitnya si penderita kusta yang menawarkan harapan bahwa Kristus dapat menyembuhkannya. Tidak ada sama sekali. Satu-satunya harapannya adalah dengan melupakan dirinya sendiri dan pergi — luka-lukanya dan segalanya — menuju satu-satunya tangan yang bisa menyembuhkannya.
Selama Anda mengarahkan pandangan Anda ke dalam ketimbang ke luar — pada dosa-dosa dan kelemahannya Anda alih-alih pada kasih karunia dan kuasa-Nya Kristus — Anda akan menemukan berbagai alasan untuk menganggap diri Anda sebagai pengecualian. Namun, iman mengajarkan Anda untuk mengikuti si penderita kusta: berbalik dari diri sendiri; tutup telinganya Anda terhadap setiap tuduhan; berpegang kuat pada janji-Nya untuk melawan cakaran si hati Nurani; tanpa pengharapan (namun tetap berharap) dan berseru kepada Yesus, ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku” (Luk. 5:12).
Namun, Kristus
Tidak ada satu pun pandangan ke dalam diri yang dapat memberi kita harapan di hadapan Kristus – dan jika memang demikian, maka kita belum benar-benar melihat diri kita secara mendalam. Kita, masing-masing dari kita, adalah sampah keputusasaan yang melolong serta terpisah dari-Nya.
Jadi, jika kita ingin percaya dan tetap percaya, kita harus menolak setiap bisikan ”Namun, saya….” dan menggantinya dengan seruan kuat ”Ya, namun Kristus….”
- ”Namun, saya terlalu lemah untuk taat pada Yesus.” ”Ya, namun Kristus memberi kekuatan.”
- ”Namun, saya telah hidup sebagai seorang munafik.” ”Ya, namun Kristus juga mengampuni orang-orang munafik.”
- ”Namun, saya terlalu keras hati.” ”Ya, namun Kristus menjanjikan hati yang baru.”
- ”Namun, iman saya sangat kecil.” ”Ya, namun Kristus menyelamatkan mereka yang kurang percaya sama seperti mereka yang memiliki iman yang besar.”
Yang pasti, percaya menyambut kita ke dalam dunia luas yang penuh dengan mengasihi sesama kita; mencerna firman Allah; melayani keluarga gereja kita; membunuh dosa kita; dan memelihara — tersendat-sendat tetapi semakin taat — berbagai perintah Kristus yang lain. Namun, kekuatan untuk berjalan di jalan itu, dan pengampunan untuk setiap kesalahan, datang melalui satu saluran: percaya.
Maka, siapa pun Anda, jangan biarkan apa pun tentang diri Anda menghalangi Anda untuk percaya kepada Yesus – baik untuk pertama kalinya atau kesekian kalinya. Tidak peduli betapa gigihnya, betapa gelapnya, betapa menghujatnya, betapa memalukannya, betapa merusaknya dosa Anda, dengarkanlah janji Yesus Kristus: ”Barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh. 6:47) — termasuk Anda.
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "Whoever You Are, Christ Can Be Yours "