1 Pet. 3:15-16 (AYT)
…Siap sedialah untuk memberi jawaban kepada siapa pun yang menuntutmu mengenai pengharapan yang kamu miliki, tetapi lakukanlah itu dengan lemah lembut dan hormat,…
Pemberitaan salib adalah kebodohan bagi mereka yang belum diselamatkan/dilahirbarukan (1 Kor. 1:18). Narasi bahwa ada Allah yang menjadi manusia dan kemudian mati di atas kayu salib benar-benar narasi yang tidak pernah muncul di peradaban mana pun. Apalagi ketika kita menyatakan Ia bangkit dari kubur tiga hari kemudian. Benar-benar terdengar sebagai omong kosong/dongeng bagi mereka yang belum percaya.
Karena itu, mereka akan berusaha membuktikan apa yang kita imani itu salah. Mereka akan “menuntutmu mengenai pengharapan yang kamu miliki.” Bagi mereka, kita mungkin hanyalah dipandang sebagai orang yang tidak berpendidikan dan kritis sehingga bisa dikibulin para penulis Alkitab.
Kita tidak perlu marah dan tersinggung ketika diperhadapkan dengan berbagai pertanyaan. Orang yang bertanya justru menunjukkan minat ingin tahu. Tugas kita cuma menyatakan kebenaran kepadanya. Bagian kita adalah bersiap sedia untuk memberi jawaban kepada siapa pun. Urusan dia bisa terima/tidak sudah bukan menjadi bagian kita. Yang bisa meyakinkannya untuk percaya adalah Roh Kudus; bukan karena kuat hebat kita.
Itulah mengapa Paulus menyatakan kepada jemaat Tesalonika bahwa Injil tidak datang kepada mereka dalam kata-kata saja, tetapi juga dalam kuasa, dalam Roh Kudus, dan dengan keyakinan penuh (1 Tes. 1:5). Hanya kuasa Allah yang bisa membuat seseorang “berbalik kepada Allah dari berhala-berhala untuk melayani Allah yang hidup dan benar, dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari surga (1 Tes. 1:9-10).
Petrus mengingatkan kita mengenai bagaimana memberitakan kebenaran. Hendaklah kita melakukannya “dengan lemah lembut dan hormat”. Link video yang disertakan di artikel ini memperlihatkan bagaimana banyak orang Kristen tidak memberitakan kebenaran “dengan lemah lembut dan hormat”.
Ketika kita memberi jawab tidak “dengan lemah lembut dan hormat”, maka orang-orang yang ada di hadapan kita tidak akan lagi mendengarkan “apa” yang kita sampaikan, tetapi malah bersiap-siap menyerang kembali. Mereka tidak mungkin akan “listen to understand,” tetapi “listen to respond” semata. Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Kekristenan bukan mengenai “apa” saja, tetapi juga mengenai “bagaimana.” Tegas, tetapi lembut. Tidak kompromi, tetapi sopan.