Sukacita Surga
11 Desember
Artikel oleh .
Pendiri dan Pengajar, desiringGod.org
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut”
(Ibr. 2:14-15)
Menurut saya, ini adalah ayat adven favoritnya saya karena saya tidak tahu ada ayat lain yang dengan begitu jelas mengungkapkan mengenai hubungan antara awal dan akhir kehidupan-Nya Yesus di bumi — antara peristiwa kelahiran dan penyaliban. Kedua ayat ini memperjelas mengapa Yesus datang, yaitu untuk mati. Kedua ayat ini akan sangat baik untuk digunakan bersama-sama dengan teman atau anggota keluarga yang belum beriman-percaya untuk menuntun mereka selangkah demi selangkah melalui pandangannya Anda tentang Natal dari sudut pandang Kekristenan. Mungkin bisa dengan cara seperti ini; dengan menjelaskan satu frasa demi frasa:
”Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging …”
Frasa ”anak-anak” diambil dari ayat sebelumnya dan merujuk pada keturunan rohani-Nya Kristus; Sang Mesias (lihat Yes. 8:18; 53:10). Mereka juga adalah ”anak-anak Allah” (Yoh. 1:12). Dengan kata lain, ketika mengutus Kristus, Allah secara khusus memikirkan keselamatan ”anak-anak-Nya”.
Memang benar bahwa ”karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya [Yesus]” (Yoh. 3:16). Namun, juga benar bahwa Allah secara khusus mengumpulkan ”anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yoh. 11:52). Rancangan-Nya Allah adalah untuk mengaruniakan Kristus pada dunia; dan untuk mengadakan keselamatan bagi ”anak-anak-Nya” (lihat 1 Tim. 4:10). Anda bisa merasakan pengalaman diadopsi sebagai anak dengan menerima Kristus (Yoh. 1:12).
”… maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka [darah dan daging] …”
Ini berarti bahwa Kristus telah ada sebelum kelahiran-Nya di bumi. Yesus adalah roh; adalah Firman yang kekal. Yesus bersama dengan Allah. Yesus adalah Allah (Yoh. 1:1; Kol. 2:9). Namun, Yesus telah mengambil bentuk darah dan daging. Ia menutupi keilahian-Nya dengan kemanusiaan. Dia menjadi manusia sepenuhnya dan tetap menjadi Allah sepenuhnya. Ini adalah sebuah misteri yang besar dalam banyak hal. Namun, hal ini merupakan inti dari iman kita — dan apa yang diajarkan Alkitab.
”… supaya oleh kematian-Nya …”
Alasan Yesus menjadi manusia adalah untuk mati. Sebagai Allah yang murni-dan-simpel, Ia tidak bisa mati untuk orang-orang berdosa. Namun, sebagai manusia, Yesus bisa melakukannya. Tujuan-Nya adalah untuk mati. Oleh karena itu, Ia harus dilahirkan sebagai manusia. Ia dilahirkan untuk mati. Jumat Agung adalah tujuan dari Natal. Inilah yang perlu didengar oleh kebanyakan orang saat ini tentang makna Natal.
“… Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut …”
Dalam kematian-Nya, Kristus melenyapkan sengatnya Iblis. Bagaimana caranya? Dengan menanggung semua dosa kita. Artinya, Iblis tidak lagi memiliki alasan yang sah untuk menggugat kita di hadapan Allah. ”Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka” (Rom. 8:33) — atas dasar apa Dia membenarkan? Melalui darah Yesus (Rom. 5:9).
Senjata utamanya Iblis untuk melawan kita adalah dosa kita sendiri. Jika kematian Yesus telah melenyapkannya, maka senjata utama Iblis — satu-satunya senjata mematikan yang dimilikinya — telah dilucuti dari tangannya. Dia tidak dapat menuntut hukuman mati bagi kita karena Sang Hakim telah membebaskan kita dengan kematian Anak-Nya!
“… supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang’ seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.”
Jadi, kita terbebas dari rasa takut akan maut. Allah telah membenarkan kita. Iblis tidak dapat membatalkan ketetapan tersebut. Allah bermaksud agar keselamatan utama kita memiliki dampak langsung dalam kehidupan kita. Dia bermaksud agar akhir-yang-bahagia menghilangkan perhambaan dan ketakutan akan masa-kini.
Jika kita tidak perlu lagi merasa takut akan musuh terakhir-dan-terbesar kita, yaitu maut, maka kita tidak perlu lagi merasa takut akan apa pun. Kita bisa merdeka. Merdeka untuk bersukacita. Merdeka untuk orang lain.
Sungguh hadiah Natal yang luar biasa dari Allah bagi kita! Juga, hadiah Natal dari kita pada dunia!
Artikel ini diterjemahkan dari "Why Jesus Came."