6 Juli 2022 Artikel oleh Jon Bloom Staf penulis desiringGod.org
Mengapa terwujudnya kesatuan dalam Gereja itu sulit sekali? Jika Anda seperti saya, pertanyaan ini bisa memicu kita menangisinya.
Menyebut mengenai air mata menunjukkan bahwa saya tidak sedang berbicara mengenai perpecahan di Gereja secara umum. Saya berbicara mengenai perpecahan di gereja yang kita kenal dan kasihi; di antara orang-orang Kristen yang kita kenal dan kasihi.
Saya tidak berbicara tentang jenis perpecahan yang dipicu oleh ketidaksepakatan tingkat tinggi tentang doktrin utama Kristen (yang mendefinisikan batas-batas Kekristenan) atau bahkan doktrin sekunder (katakanlah yang membahas batas-batas antar denominasi). Saya berbicara tentang jenis perpecahan yang jauh lebih umum yang dipicu oleh berbagai macam konflik-tanpa-akhir yang merusak relasi bahkan merusak seluruh Gereja karena orang Kristen yang bersungguh-sungguh hati dan tulus telah gagal untuk bersikap rendah hati, lembut, sabar ”saling menanggung beban dalam kasih” dan berhenti dalam berusaha sekuat tenaga untuk memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera” (Efe. 4:1-3, AYT).
Jika Anda seperti saya, yang sudah terlalu sering melihat hal seperti ini, Anda akan bertanya-tanya, kadang-kadang dengan air mata, ”Mengapa terwujudnya kesatuan dalam Gereja itu sulit sekali?”
Namun, jika Anda seperti saya, pertanyaan ini mungkin juga mengungkapkan asumsi yang salah tentang seperti apa seharusnya kesatuan Kristen itu. Apa yang saya temukan di balik pertanyaannya saya (dan saya tidak merasa hal ini merupakan sesuatu yang aneh) adalah mengenai asumsi ini: kesatuan di antara orang-orang Kristen (yang mengasihi dan percaya kepada Yesus; yang dipenuhi oleh Roh-Nya. dan sebagian besar sepakat secara teologis) seharusnya tidak sesulit ini. Kelihatannya asumsi tersebut masuk akal. Namun, asumsi yang masuk akal bukan berarti asumsi yang benar, khususnya jika tidak didukung oleh ayat-ayat Alkitab.
Kesatuan Itu Selalu Sulit
Jangan salah paham. Allah menginginkan adanya kesatuan di antara anak-anak Allah. Kitab Suci menggambarkan pengalaman kesatuan ini sebagai ”baik dan indah” (Mzm. 133:1). Semua orang Kristen diperintahkan untuk dengan tekun mengejar supaya kita “sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan” (Fil. 2:2).
Namun, di dalam Alkitab, Allah tidak pernah berjanji bahwa mengejar kesatuan bahkan di antara orang-orang yang dipenuhi Roh, orang Kristen yang bersungguh-sungguh hati, tidak akan sesulit seperti hal lain yang juga sering terjadi — lebih dari janji lain bahwa memerangi dosa yang ada di dalam diri kita tidak akan sulit; atau bahwa penderitaan tidak akan separah itu; atau bahkan upaya kasih orang Kristen (di mana kesatuan adalah salah satu aspeknya) tidak semahal itu dan tidak mungkin secara manusiawi.
Sebaliknya, fakta bahwa Perjanjian Baru (PB) mencatat banyak orang Kristen bergumul dan gagal mencapai kesatuan seharusnya mengingatkan kita bahwa kesatuan memang bukanlah hal yang mudah. Kita hanya perlu membaca surat-surat Paulus untuk melihat hal ini. Di bawah ini adalah sedikit contoh seberapa sering Paulus membahas masalah kesatuan:
- Dia menegur jemaat Korintus karena ”perpecahan” dan ”perselisihan” di antara mereka (1 Kor. 1:10-11)
- Dia memperingatkan jemaat Galatia tentang bahaya ”perseteruan, perselisihan, roh pemecah” (Gal. 5:20).
- Dia menasihati ”Euodia dan … Sintikhe [di Filipi] supaya sehati sepikir dalam Tuhan” dan meminta teman-teman yang lain untuk menolong mereka (Fil. 4:2).
- Dia memberi instruksi kepada jemaat Kolose untuk, ”saling mengampunilah sama seperti Tuhan telah mengampunimu” (Kol. 3:13, AYT).
- Dan Paulus menasehati jemaat Efesus untuk tidak menyukai ”perkataan kotor” supaya ”tidak mendukakan Roh Kudus Allah” dan membuang ”segala kepahitan, kemarahan, pertikaian dan fitnah… demikian pula segala kejahatan” (Efe. 4:29-31).
Saya bisa mengutip lebih banyak lagi ayat. Itu sebabnya saya berkata bahwa Alkitab tidak mendukung asumsi kita bahwa kesatuan orang Kristen seharusnya tidak sulit dicapai-dan-dipertahankan. Memang sudah sesulit ini sejak dari masanya jemaat mula-mula.
Mengapa Kesatuan Itu Sulit
Allah tidak berjanji bahwa tercapainya kesatuan tidak sulit – dan tampaknya itu memang selalu sulit. Namun, itu tetap meninggalkan sebuah pertanyaan bagi kita, ”Mengapa terwujudnya kesatuan dalam Gereja sangat sulit?”
Tentu saja, ada banyak faktor yang tidak ada habisnya. Mengingat bahwa Gereja kadang-kadang berada di bawah serangan rohani yang berat (Efe. 6:12); disusupi oleh serigala ganas berbulu domba (Kis. 20:29); diganggu oleh ”perseteruan, perselisihan, roh pemecah” yang digerakkan oleh orang-orang non-Kristen yang berpikir bahwa mereka adalah orang Kristen (Gal. 5:19-21) dan mencoba menggoda orang percaya yang belum dewasa untuk terlibat dalam perselisihan (1 Kor. 3:1-4); dan seterusnya dan seterusnya.
Namun, saya akan memberikan dua alasan utama yang dinyatakan Kitab Suci tentang mengapa mencapai kesatuan dalam Gereja sesulit itu – ya, mengapa, demi sukacita kita yang tertinggi dan demi kemuliaan-Nya, Allah memang merancangnya sesulit itu.
Kesatuan Kita Memurnikan Kita
Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus ”sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (1 Pet. 2:24). Dengan kata lain, penggantian yang telah dilakukan Yesus, penebusan tersebut telah membeli hadiah pengampunan dosa kita (Dia ”menanggung segala dosa kita”) dan karunia kekudusan kita (”supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran”).
Kekudusan kita adalah sebuah kasih karunia dari Allah. Artinya, apa pun yang dirancang Allah untuk mentransformasi kita untuk menjadi serupa dengan Putra-Nya yang kudus adalah sebuah karunia yang besar. Namun, karunia pengudusan sering kali datang dalam bentuk yang menyakitkan karena belajar untuk mati-bagi-dosa dan hidup-dalam-kebenaran hampir selalu sulit dan sering kali memang menyakitkan.
Itu sebabnya ”memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Ef. 4:3) memang biasanya akan sukar. Paulus berkata hal tersebut menuntut kita untuk ”membuang manusia lama [kita] yang [kita] dapat dari cara hidup [kita] yang lama, yang sedang dirusak oleh hawa nafsu yang menipu” — mati-bagi-dosa — ”dan mengenakan manusia yang baru, yang diciptakan dalam rupa Allah dalam keadilan dan kekudusan yang sejati” – hidup di dalam kebenaran (Efe. 4:22-24, AYT).
Pengejaran kita akan kesatuan dirancang untuk memberi kita banyak kesempatan untuk mati bagi dosa kita sendiri dan bertolong-tolongan menanggung dosa orang lain.
Kesatuan Kita Meninggikan Kristus
Gambaran apa yang terlintas di dalam pikirannya Anda ketika mendengar perkataan Yesus, ”Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35)? Saya cenderung membayangkan komunitas kasih Kristen yang indah – semacam komunitas Kristen yang tidak pernah saya lihat, bahkan di dalam Kitab Suci, atau pasal-pasal pertama dalam Kitab Kisah Para Rasul.
Gambaran apa yang ada dalam pikiran-Nya Yesus? Kita bisa melihatnya dalam ayat sebelumnya: ”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34). Yesus akan ”memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13). Dia berkata kepada sahabat-sahabatnya (yaitu kita semua) untuk saling mengasihi ”sama seperti Aku telah mengasihi kamu”. Yesus sedang membayangkan sebuah komunitas Kristen di-dalam-Yesus yang memiliki kasih yang mau berkorban bagi satu sama lain sehingga sering kali mengharuskan mereka untuk ”mengambil rupa seorang hamba” dan memikul salib mereka; dan ”menganggap yang lain lebih utama daripada [dirinya sendiri]” (Fil. 2:3,7).
Mengejar kesatuan itu sulit karena kasih Allah itu mahal. Kasih Bapa dan Anak diperlihatkan dengan jelas dan mencapai klimaksnya di kayu salib. Kasih kita bagi orang lain dirancang untuk memperlihatkan kasih-Nya Allah di dunia ini secara terbuka. ”Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” (1 Yoh. 3:16). Dengan demikian semua orang tahu bahwa kita adalah murid Kristus.
Jangan Pernah Menyerah
Mengejar kesatuan di gereja lokal adalah sebuah panggilan yang mulia. Ini adalah sarana dalam pertumbuhan kita untuk menjadi serupa dengan Kristus melalui pengudusan dan sarana untuk menyatakan kasih Kristus (yang berbeda dengan kasih dunia) dengan cara mendemonstrasikan kasih Kristus yang berbeda tersebut kepada dunia yang kekurangan kasih ini.
Ini bisa menjadi sebuah pengejaran yang menyedihkan hati mengingat betapa seringnya kita gagal. Tetaplah fokus. Tidak mengejutkan jika kita sering gagal memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera karena kita juga sering gagal untuk tetap tinggal di dalam Yesus (Yoh. 15:4); untuk mengejar kekudusan (Ibr. 12:14); untuk tetap berdoa (1 Tes. 5:17); untuk mengasihi musuh kita (Luk. 6:27); untuk memberkati orang yang menganiaya kita (Rom. 12:14); atau untuk menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan (Yak. 1:2).
Jangan membiarkan kegagalan kita untuk taat menjadi alasan bagi kita untuk tetap-tidak-taat. Marilah kita tunjukkan kasih karunia Allah dalam Surat 1 Yoh.1:9 secara terbuka dengan mengakui dan bertobat dari dosa-dosa kita serta menerima pengampunan dari Allah dan saling mengampuni. Marilah kita tunjukkan kasih Allah yang teguh dan penuh kemurahan dengan jalan tidak pernah menyerah, ”sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung pada [kita]” (Rom. 12:18), berusahalah untuk ”memelihara kesatuan Roh dalam ikatan dalam sejahtera”.Kesatuan orang Kristen adalah sebuah panggilan-yang-mulia dan sebuah panggilan-yang-sulit. Sebetulnya, hal itu tidak mungkin tanpa ”pertolongan Roh Yesus Kristus” (Fil. 1:19) karena di luar Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh. 15:5). Namun, memang begitulah seharusnya. Karena kesatuan bukanlah tentang memenuhi harapan kita yang indah, tetapi tentang memperlihatkan realitas kasih Allah yang membebaskan-dan-menguduskan.
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "WHY IS CHRISTIAN UNITY SO HARD?."