Menakjubkan-dan-Menakutkan

 

Keagungan-Nya Allah di Hadapan Kawan dan Musuh-Nya

5 Desember 2022
Artikel oleh David Mathis
Editor Eksekutif, desiringGod.org


Menyedihkan, beberapa orang yang mengaku sebagai orang Kristen pada zaman ini tampaknya hanya melihat Allah mereka sebagai sosok yang menakutkan. Namun, yang jauh lebih menyedihkan adalah banyak sekali orang-tidak-percaya yang tampaknya sama sekali tidak takut pada Allah mereka.

Ini adalah kebalikan yang tragis dalam masa kejatuhan kita: bahwa beberapa orang yang bisa merasa aman malah tidak merasa aman – sementara banyak orang yang seharusnya merasa ketakutan justru malah merasa tidak takut. Tragedi ini pada akhirnya akan pulih. Namun, kita yang mengetahui diri kita aman di dalam Kristus ingin membantu (ketika kita mampu); membawakan penghiburan emosional yang sejati atau kegelisahan yang seharusnya. Barangkali menemukan kembali sifat Allah yang sering diabaikan – yaitu keagungan-Nya – dapat menolong kita menggoncang ketenangannya orang-orang berdosa dan menenangkan kembali orang-orang kudus sejati.

Kebesaran Dari Keagungan-Nya

Penyebutan secara tertulis pertama kali dalam Kitab Suci tentang Allah dalam keagungan-Nya muncul melalui pembebasan terbesar di dunia (eksodus) sampai Kalvari. Setelah sepuluh tulah yang mengerikan, Firaun Mesir akhirnya menyetujui dan membiarkan orang Israel pergi. Namun, kemudian dia berubah pikiran; menyiapkan keretanya (dengan ratusan kereta lebih, Keluaran 14:6–7); mengejar umat Allah ke padang gurun; dan mendatangi mereka yang sudah sampai di tepi laut dan tampaknya tidak bisa melarikan diri lagi. Kemudian, dengan keheranan, baik bagi orang Israel maupun Mesir – dan semua orang yang barangkali mendengar kisah itu selama ribuan tahun – Allah membelah laut. Orang Israel berjalan di atas tanah yang kering. Ketika orang Mesir mengikuti, Allah membalikkan air ke atas mereka untuk membinasakan mereka. Saat Kitab Keluaran pasal 14 berakhir:

Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu (Kel. 14:30-31).

Kitab Keluaran pasal 15 kemudian menampilkan lagu pujian kepada Allah atas penyelamatan-Nya yang menakjubkan- dan pada bagian ini, untuk pertama kalinya dalam Kitab Suci, umat Allah memuji-Nya karena keagungan-Nya:

Tangan kanan-Mu, ya TUHAN, diagungkan dalam kekuatan, 
tangan kanan-Mu, ya TUHAN, menghancurkan musuh.
Dalam kebesaran keagungan-Mu, Engkau merobohkan mereka…
“Siapakah yang seperti Engkau, ya TUHAN, di antara para ilah? 
Siapakah yang seperti Engkau agung dalam kekudusan
mengagumkan dalam kemuliaan, yang mengerjakan keajaiban-keajaiban? (Kel. 15:6-7,11 – AYT).

Pilihan kata keagungan mengatakan sesuatu yang mendalam tentang para penyembahnya. Keagungan sifat Allah tidak hanya dalam kebesaran (ay. 7, 16) dan kekuatan-Nya (ay. 2, 6), tetapi mengungkapkan kekaguman dan keheranan di mulut umat-Nya.

Para musuh-Nya Allah akan berlari dalam ketakutan, tetapi para sahabat-Nya akan menyatakan keagungan-Nya.

Melewati Dua Pasang Mata

Di sini, di tepi laut, pembedaan besar antara ”umat-Ku” dan ”bukan umat-Ku” terlihat: Allah itu ”mengagumkan” di hadapan para orang pilihan-Nya (Kel. 15:11) dan menakutkan di hadapan para musuh-Nya.

Sejak tulah kelima, Allah telah menyatakan pada Musa bahwa Dia akan ”membuat perbedaan antara ternak orang Israel dan ternak orang Mesir, sehingga tidak ada yang akan mati seekor pun dari segala ternak orang Israel.” (Kel. 9:4). Allah kemudian mengulangi pembedaan ini ketika merencanakan tulah kesepuluh dan terakhir: ”seekor anjingpun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel” (Kel. 11:7).

Demikian juga, Musa sendiri, di bulan-bulan berikutnya, akan memohon pembedaan yang khusus ini ketika bersyafaat untuk umat Israel, berhadapan langsung dengan Allah di Gunung Sinai: ”Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” (Kel. 33:16). Pembedaan antara yang kudus dan yang biasa; antara yang najis dan yang tahir ini akan dilembagakan selama berabad-abad dalam tabernakel Perjanjian Lama, sistem pengorbanan, dan pelayanan para imam (Ima. 10:10; juga Yeh. 44:23).

Menakutkan: Bagi Mereka, Melawan Kita

Dalam Kitab Keluaran 14, orang Mesir adalah para penyerang yang memburu Israel di padang gurun dan mengejar umat Allah hingga ke laut- sampai ”Malaikat Allah”, yang di dalam tiang api-dan-awan, menghadang orang Mesir hingga mereka ketakutan. 

Tiang itu telah ”berpindah dan berjalan di belakang” Israel untuk melindungi bangsa itu dari serangan besar Mesir (Kel. 14:19–20, AYT). Namun, ketika umat Allah telah pergi ke laut di atas dasar tanah yang mongering (dan Ketika orang-orang Mesir memburu dan menyusul mereka), tiang itu kemudian ”memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu.” (Kel. 14:23–24). Sekarang, gelombang air laut itu berbalik, tepat sebelum Allah melepaskan gelombang itu. Dalam ketakutan, orang Mesir berbalik untuk melarikan diri. Namun, sudah terlambat.

Allah tidak hanya membara dengan kekuatan yang mengerikan untuk menghalau Mesir, tetapi nyanyian pujian di pasal 15 menyatakan bahwa kabar tentang peristiwa ini akan segera menyebar untuk membuat semua musuhnya Israel menjadi gentar: Filistin, Edom, Moab, dan Kanaan (Kel. 15:14– 16). Keagungan yang ilahi ini menakutkan bagi mereka yang melawan satu-satunya Allah yang benar. Bahkan ketika umat-Nya memuji keagungan-Nya, demikianlah mereka akan mengisahkan kengerian atas mereka yang bersiap melawan-Nya; atau berpikir untuk melarikan diri dari-Nya. ”Bukankah keagungan-Nya akan menakutkanmu,” tanya Ayub, ”dan kengerian-Nya jatuh ke atasmu?” (Ayub 13:11, AYT. Lihat juga 31:23).

Begitu juga dalam nubuatan awalnya Yesaya. Tiga kali dalam waktu singkat, dia menceritakan tentang orang-orang yang melawan Allah, yang segera akan berusaha bersembunyi ”dari kengerian akan TUHAN, dan kemuliaan keagungan-Nya” (Yes. 2:10, 19, 21). Pribadi yang ”agung dalam kekudusan” bahkan terhadap nabi-Nya tentu saja akan mengancam (dan tentunya akan mengerikan) siapa pun yang melawan-Nya andai saja mereka mau membuka matanya dan melihat.

Menakjubkan: Melawan Mereka, Demi Kita

Betapa mengesankan dan dahsyatnya keagungan ini akan terlihat bagi para musuh-Nya sehingga memunculkan perasaan takjub yang menenangkan-dan-menentramkan bagi mereka yang dilindungi-Nya. Seperti yang dinyatakan Musa pada Israel (yang berada di pihak Allah) ketika mereka sedang mencari pertolongan dan perlindungan-Nya. Allah akan menggunakan kekuatan-Nya bagi kebaikan mereka:

“Tidak ada yang seperti Elohim …,
yang mengendarai langit pada saat menolongmu
dan awan-awan dalam keagungan-Nya. (Ula. 33:26, MILT)

Sekali lagi, orang yang ditebus-Nya bertanya, ”…siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?” (Kel. 15:11). Bagi mereka, kebesaran-dan-kekuatan Allah yang memicu kengerian pada musuhnya Israel adalah kasih-dan-penghiburan yang agung. ”Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Engkau tebus” (Kel. 15:13). Bagi umat-Nya, kekuatan Allah yang agung tersebut memunculkan kekaguman dalam penyembahan:

Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit. Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya, menjadi puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya, bagi orang Israel, umat yang dekat pada-Nya. Haleluya! (Maz.148:13-14)

Untuk milik-Nya sendiri, di kota-Nya, ”Di sanalah, TUHAN dalam kebesaran-Nya akan menjadi tempat yang memiliki sungai-sungai dan kanal-kanal yang lebar…. TUHAN adalah Raja kita. Dia akan menyelamatkan kita” (Yes. 33:21–22, AYT). Kemurahan hati-Nya Allah yang membuat para lawan-Nya menjadi panik berarti keamanan-dan-keselamatan di mulut para sahabat-Nya.

Yang lebih agung lagi adalah Mazmur 45:5, yang berbicara tidak hanya pada seorang raja keturunan Daud pada hari pernikahannya, tetapi juga mengantisipasi datangnya keturunan Daud yang lebih besar yang akan datang, yaitu Kristus yang telah lama ditunggu-tunggu:

Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan-perbuatan yang dahsyat! 

Itu adalah umat-Nya Sang Raja sendiri – mereka yang mengenal-Nya sebagai penguasa mereka dan diri mereka sendiri sebagai umatnya – yang melihat Sang Raja-yang-Diurapi tersebut sebagai yang agung. Keagungan adalah sebuah kata yang membuat kagum pada mulut mereka yang ditebus-Nya.

Dari Ketakutan-yang-Kudus pada Kekaguman-yang-Kudus

Bagaimana dengan segelintir orang yang mengaku orang kudus pada zaman ini yang tampaknya hanya melihat Allah sebagai sosok yang menakutkan? Bagaimana dengan banyak orang tidak percaya yang tampaknya sama sekali tidak takut kepada Allah?

Bagi keduanya, waktulah yang akan memberi jawaban. Orang Mesir yang tidak percaya juga tidak memperlihatkan ketakutan mereka hingga tiba-tiba, dalam sekejap, tiang api berbalik pada mereka. Lalu mereka ketakutan. Begitu juga suatu hari nanti dengan semua orang yang menentang Allah (yang penuh dengan keagungan tersebut). Mereka akan ketakutan.

Namun, bagi orang-orang kudus-Nya yang mengakui nama Kristus, namun mendapati diri mereka dirundung oleh rasa takut alih-alih rasa terkagum-kagum yang tampaknya tidak bisa diatasi (ketika mereka berpikir tentang Allah Yang Mahakuasa), kita akhiri dengan kabar baik. Kekaguman-yang-kudus karena menyembah keagungan-Nya tidak bertentangan dengan ketakutan-yang-kudus mengingat kebesaran dan kekuatan-Nya. Nyatanya, ketakutan-yang-kudus seperti itu akan mengarahkan seseorang pada kekaguman-yang-kudus. Kitab Keluaran 14 diakhiri dengan ketakutan yang kudus: ”Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN….” Namun, mengetahui diri mereka sebagai umat perjanjian-Nya, ketakutan ini tidak menyebabkan kegentaran, tetapi malahan menimbulkan iman: ”… dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu” (Kel. 14:31). Lalu, Kitab Keluaran pasal 15 dimulai dengan puji-pujian.

Ketika kita melihat sekilas kebesaran, kuasa, dan kemuliaan dari keagungan-Nya Allah, kita seharusnya memang merasa takut untuk berpaling dari-Nya dan melarikan diri dari Allah yang seperti ini. Itu memang adalah rasa takut-yang-kudus yang kita perlukan. Rasa takut seperti ini tidak untuk ditiadakan, tetapi bisa digunakan untuk membimbing seseorang untuk beriman; bersandar pada-Nya; menerima ketetapan keselamatan-Nya yang luar biasa di dalam Kristus; dan memiliki perlindungan akhir-Nya yang agung terhadap apa pun dan dari setiap musuh.

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "Awesome and Fearsome
: God’s Majesty in the Eyes of His Friends and Foes
."

You may also like...

Tinggalkan Balasan