Ketahui cara penggunaan skrip pemuridan ini.
Baca bahan sebelumnya: Matius 1:18-25.
Untuk memahami narasi di Mat. 2:1-23 dengan baik, ada beberapa hal yang perlu kita pahami terlebih dahulu.
Pertama, pada zaman itu ada dua kota yang bernama Betlehem. Kota ”Betlehem di tanah Yudea” terletak sekitar delapan kilometer (lima mil) dari arah selatan kota Yerusalem. Daerah Yudea terletak di bagian selatan Israel. Sementara itu, ada kota Betlehem lainnya (Yos. 19:15) yang berada di wilayah suku Zebulon, yang terletak di daerah Galilea, yang terletak sekitar sebelas kilometer (tujuh mil) dari arah barat laut kota Nazaret. Daerah Galilea terletak di bagian utara Israel di mana Danau Galilea berada.
Kota ”Betlehem di tanah Yudea” ini juga dikenal sebagai ”kota Daud” karena di kota inilah Daud dilahirkan dan dibesarkan (1 Sam. 16:1, 18-19). Di Perjanjian Lama (PL), frasa ”kota Daud” dipakai 45 kali untuk merujuk kota Yerusalem. Namun, di Perjanjian Baru (PB), frasa ”kota Daud” dipakai 2 kali untuk merujuk pada kota ”Betlehem di tanah Yudea” (Luk. 2:4, 11).
Matius sepertinya merasa perlu menekankan Betlehem yang dimaksud adalah yang berada di tanah Yudea, bukan yang di Galilea. Bagi pembaca Matius, informasi ini sepertinya dianggap penting karena:
(1) Sebagai Anak Daud, Yesus tentunya akan lahir di ”kota Daud”; menggenapi nubuat nabi Mikha (Mik. 5:1, TB; Yoh. 7:42).
(2) Wilayah di sebelah utara Israel, tempat di mana Betlehem yang satunya berada, lebih dikenal sebagai ”wilayah bangsa-bangsa lain”/”Galilee of the Gentiles” (Yes 8:23, TB; Mat 4:15). Sebutan ini sebenarnya merupakan bentuk cibiran dan penghinaan kepada orang-orang di tanah Galilea yang dianggap berinteraksi dan bergaul secara intensif dengan bangsa non-Yahudi. Orang Yahudi menganggap pergaulan dengan bangsa non-Yahudi merupakan hal yang menajiskan (Kis. 10:28).
Kedua, nama ”Herodes”, yang muncul beberapa kali di PB, tidak merujuk pada satu orang tertentu saja karena ada beberapa Herodes dalam sejarah PB. Herodes yang ditemui orang-orang majus adalah Herodes Agung (Herod the Great). Herodes yang memenggal kepala Yohanes Pembaptis (Mat. 14:1-12) dan mengadili Yesus (Luk. 23:7-12) adalah Herodes Antipas, anaknya Herodes Agung. Herodes yang memerintah Yudea ketika Yusuf dan Maria pulang dari pengasingannya di Mesir adalah Herodes Arkhelaus (Mat. 2:22), anaknya Herodes Agung dan saudara kandungnya Herodes Antipas.
Herodes yang memenggal Rasul Yakobus, saudara kandungnya Rasul Yohanes, adalah Herodes Agripa I (Kis. 12:1-24). Sementara itu, Herodes yang mengadili Paulus adalah Herodes Agripa II (Kis. 25:13-26:32).
Ketiga, orang-orang majus tidak berjumlah tiga orang. Mereka juga tidak mengunjungi bayi Yesus bersama-sama dengan para gembala di malam kelahiran-Nya. Berlangsungnya peristiwa di Mat. 2:1-12 berselang jauh dari peristiwa di Luk. 2:8-20 meskipun tidak melebihi dua tahun. Perintah Herodes untuk ”membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu” (Mat. 2:16) mengindikasikan umur Yesus belum melebihi dua tahun ketika dikunjungi orang-orang majus, tetapi sudah melebihi empat puluh hari (Luk. 2:22).
Menurut hukum Taurat, waktu pentahiran bagi seorang ibu yang melahirkan adalah empat puluh hari sebelum ia bisa mempersembahkan korban di Bait Allah (Ima. 12:2-8). Melalui narasi di Luk. 2:21-38, kita memahami kalau sampai Yesus berumur empat puluh hari, mereka belum mengungsi ke Mesir. Mereka baru mengungsi ke Mesir pada malam setelah orang-orang majus itu pulang ke tempat asalnya (Mat. 2:13-15).
Dari narasi Luk. 2:38 ke Luk. 2:39, walau cuma terpisah satu ayat, sebenarnya ada jeda waktu yang cukup panjang yang tidak dikisahkan Lukas, tetapi termuat di Mat. 2:1-23. Jadi, kedatangan orang-orang majus ini diperkirakan terjadi ketika Yesus berumur antara empat puluh hari sampai dua tahun.
Perlu dipahami kalau orang-orang majus tidak berjumlah tiga orang seperti yang sering kali dipentaskan dalam drama Natal. Mereka kemungkinan besar datang dalam rombongan besar yang terdiri dari ribuan orang termasuk tentara dan tukang masak.
Dalam tradisi Eropa, orang-orang majus sering disebut para “Tiga Raja”, yang bernama Baltasar, Melkior dan Kaspar. Jumlah dan nama ketiga orang ini hanyalah kisah fiktif yang dibuat-buat seperti halnya Sinterklas. Alkitab sama sekali tidak pernah mengindikasikan soal ini. Jika Saudara percaya Baltasar, Melkior dan Kaspar itu ada, maka Saudara harus percaya Sinterklas itu ada. Mereka sama-sama hanyalah tokoh fiktif.
Orang-orang majus ini kemungkinan besar adalah sekelompok pemimpin agama yang sangat berkuasa dan berpengaruh dari Kerajaan Parthia (Persia). Mereka sangat mungkin familiar dengan nubuat mengenai kedatangan Yesus Kristus, Sang Mesias dan Sang Raja, dari pemberitaan orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babilonia dahulu seperti misalnya Hananya (Sadrakh), Misael (Mesakh), Azarya (Abednego), dan Daniel (Beltsazar) (Dan. 1:6-7). Seperti yang dijelaskan di Kitab Daniel, ada di antara orang-orang Yahudi ini yang kemudian menjadi pembesar dan punya kedudukan tinggi di tempat pembuangannya. Banyak di antara mereka yang melakukan perkawinan antar bangsa, beranak cucu di sana dan tidak pernah kembali ke tanah Israel. Interaksi antar kebudayaan dan pernikahan antar bangsa selama ratusan tahun mungkin membuat nubuat-nubuat di PL ikut dinantikan penggenapannya oleh kelompok pemimpin agama yang sangat berkuasa dan berpengaruh dari Kerajaan Parthia ini.
PERTANYAAN PENUNTUN
1. Fakta apa sajakah di bagian ini yang menarik dan berkesan bagi Saudara?
Unduh dokumen Skrip Pemuridan ini.
Baca versi Bahasa Inggris.