Yak. 1:4 (AYT)
Biarlah ketabahan memberikan hasil yang penuh supaya kamu menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan apa-apa.
Pencobaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita dirancang semata-mata supaya kita semakin rendah hati dan bergantung pada-Nya. Tidak ada ruang bagi orang Kristen untuk bersandar pada kuat hebatnya.
Dalam kesombongannya, Petrus sesumbar berkata: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” Meskipun Yesus sudah memperingatkan pencobaan yang akan datang menghampirinya, kesombongan Petrus semakin menjadi-jadi. “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Mat. 26:33-35).
Kurang dari 12 jam semenjak mengucapkan pernyataan ini, Petrus sudah mengutuk Yesus dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu” (Mat. 26:74). Tuhan perlu ijinkan ini terjadi supaya Petrus mengetahui isi hatinya yang terdalam sehingga “memberikan hasil yang penuh supaya kamu menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan apa-apa”. Petrus harus tabah menghadapi proses ini supaya ketika ia sudah insaf, ia bisa me guatkan saudara-saudara seimannya (Luk. 22:32).
Kapan orang Kristen akan sampai di tahap “menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan apa-apa”? Ketika kita sungguh-sungguh sudah tinggal di dalam-Nya dan Dia di dalam kita. Saat itu, maka kita berbuah banyak. Sebab di luar Tuhan Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh.15:5). Serapuh dan selemah itulah kita.
Tuhan memang perlu ijinkan kita terjatuh seperti Petrus. Mengapa? Supaya kita benar-benar sadar kalau di luar Tuhan Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa; supaya kita semakin bersandar pada-Nya saja; supaya kita tidak tinggi hati; supaya kita semakin percaya pada-Nya.
Seperti Daud, kita perlu terjatuh sedemikian rupa hingga kita tahu apa arti menghampiri Tuhan dengan “jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk” (Mzm. 51:17). Saat itulah, “ketabahan memberikan hasil yang penuh supaya kamu menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan apa-apa”.