Epithumia

Yak. 1:14 (AYT)
Namun, setiap orang dicobai ketika dia diseret dan dipikat oleh keinginannya sendiri.



Alkitab versi TB dan AYT menerjemahkan kata Yunani “epithumia” di bagian ini sebagai “keinginan”. Kata ini lebih tepat diterjemahkan sebagai “hawa nafsu”/ “evil desire” (NIV). Kita masing-masing memiliki “epithumia” yang berbeda-beda. Ada yang lemah akan dosa seksual, tetapi kuat dari dosa berjudi. Dan sebaliknya. 

Iblis mencobai kita dengan cara memasang umpan yang membuat “epithumia” kita menyala-nyala. Kalau hawa nafsu sudah menguasai kita, akal budi kita biasanya sudah tidak berguna. Maka, kita sendiri yang memilih untuk “diseret dan dipikat” oleh hawa nafsu kita sendiri. 

Agustinus menyatakan kalau manusia di luar Kristus adalah “non posse non peccare” (tidak dapat tidak berdosa). Namun, ketika dilahirkan kembali, orang Kristen menjadi “posse non peccare” (dapat tidak berdosa). Benarkah demikian? 

Paulus menyatakan dengan jelas kondisi kedagingannya di Surat Roma. “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat” (Rom. 7:18-19).

Ini adalah diagnosis yang jujur mengenai dagingnya orang yang sudah berada di dalam Kristus. Jika dagingnya Paulus saja selemah ini, siapakah dari kita yang berani menyatakan dirinya “posse non peccare“/ “dapat tidak berdosa”? 

Pertobatan adalah mengenai perubahan arah. It is about direction, not perfection. Janganlah kita menipu diri kita sendiri (1 Yoh. 1:8). Karena itu, kita harus waspada dengan segala tipu daya dosa. Dalam diri kita ada 3 pengkhianat yang senantiasa mencoba menjual kita kepada Iblis, yaitu “keinginan daging”, “keinginan mata”, dan “keangkuhan hidup” (1 Yoh. 2:16).

Di bagian ini Yakobus mengingatkan kita, orang-orang yang sudah berada di dalam Kristus, akan keberadaan 3 pengkhianat ini. Ketika “keinginan dibuahi, dia akan melahirkan dosa dan ketika dosa menjadi matang, dia akan melahirkan maut”. Dengan sadar, kita sendiri yang memilih untuk “diseret dan dipikat oleh keinginannya sendiri”.

Misalnya seperti apa yang terjadi pada Colin Howell dan Hazel Stewart. Keduanya adalah jemaat gereja Baptis Coleraine, Irlandia Utara. Mereka berselingkuh dan kemudian bekerjasama membunuh pasangannya masing-masing. 

Apakah mereka tidak kenal-dan-takut Tuhan? Colin bahkan aktif melayani sebagai pemusik dan pengkhotbah di gereja. 

Selemah itulah daging kita. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah,” peringat Tuhan Yesus (Mat. 26:41).

You may also like...

Tinggalkan Balasan