Yakobus 5:12 (TB)
Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Memahami bagian ini tidak bisa terlepas dari Mat. 23:16-22. Pada zaman Tuhan Yesus, para rabi mengajarkan kalau sumpah yang tidak dilakukan “demi nama Tuhan” bisa dianggap tidak berdosa jika tidak dipenuhi (Ima. 19:12) (referensi artikel). Karena itu, supaya tidak mengikat, orang-orang jadinya bersumpah “demi Bait Suci” (Mat. 23:16); “demi mezbah” (Mat. 23:18); atau “demi sesuatu yang lain” (Yak. 5:12) (referensi artikel)
Dalam konteks inilah Tuhan Yesus menyampaikan pengajarannya mengenai sumpah dalam Mat. 5:33-37. Yakobus mengaungkan kembali ajaran Tuhan Yesus mengenai ini. Orang Kristen hendaknya terbiasa menjawab sesuatu dengan jelas; tidak plintat plintut. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat. Karena berasal dari si jahat, Saudara jadinya akan “kena hukuman”/berdosa.
Ada orang yang terbiasa bersumpah supaya apa yang diucapkannya lebih didengarkan-dan-dipercaya. Namun, hal ini tidak boleh dilakukan orang Kristen karena selalu akan disalahgunakan. Berbicara jujur harus menjadi keseharian kita sehingga tanpa memakai embel-embel “sumpah demi X” sekalipun omongan kita sudah bisa dipegang.
Jika omongan-dan-janji kita tidak bisa dipegang, bagaimana mungkin orang mau percaya ketika kita bersaksi kalau Yesus adalah Tuhan? Kalau kita terbiasa berbohong, orang akan menganggap semua omongan kita sebagai angin lalu. Setiap orang Kristen adalah Alkitab-yang-berjalan. Sebelum orang dunia berminat membaca isi Alkitab, perkataan-dan-perbuatan kita akan dinilai mereka terlebih dahulu.
Jika omongan-dan-janji kita sudah tidak bisa dipegang, maka kita ibarat garam yang menjadi tawar. Maka, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang (Mat. 5:13).
