Ubah Kebiasaan Mengeluh dan Bersungut-sungut

Yakobus 5:9 (TB)
Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.


Bagian ini merupakan penegasan atas apa yang sudah diserukan Yakobus sebelumnya di Yak. 4:11-12. Sikap “bersungut-sungut dan saling mempersalahkan” menunjukkan adanya ketidakpuasan; rasa tidak bersyukur. Tuhan membenci sikap bersungut-sungut karena dipandang-Nya sebagai bentuk meragukan-Nya; mencobai-Nya (Kel. 17:1-7; Ul.6:16). 

Gereja adalah kumpulan para pendosa yang akan selalu memiliki banyak kekurangan-dan-kelemahan. Kita semua sama-sama sedang diproses untuk diubahkan menjadi serupa dengan Kristus (Rom. 8:29; 1 Yoh. 2:6). Ada yang cepat, ada yang pelan sekali perubahannya. 

Yang dewasa rohani hendaklah mengenakan “belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (Kol. 3:12-13).

Jika ada yang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka Saudara “yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan” (Gal. 6:1). Saling asah, asih, dan asuh. Tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain (Gal. 6:4).

Ketika kita  “bersungut-sungut dan saling mempersalahkan” dalam hubungan antar jemaat, maka kita sudah pasti tidak sedang menguji pekerjaan sendiri. Karena itu, kita akan dihukum Tuhan karena telah sibuk menghakimi kekurangan-dan kelemahan saudara rohani kita. Inilah yang membuat Paulus sampai bertanya, “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri (Rom. 14:4).”

Jika mau membandingkan, kita hanya bisa membandingkan diri kita dengan kesempurnaan Yesus, bukan dengan kelemahan-dan-kekurangan anak-anak Tuhan yang  lain. Ketika dibandingkan dengan kesempurnaan Kristus, jika kita tahu diri, saat itu kita hanya bisa berkata: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rom. 7:24).

You may also like...

Tinggalkan Balasan