Terlahir sebagai Budak – Bab Satu – Argumen 6

BAB 1

Apa yang Alkitab Ajarkan


Argumen 6:   

Keselamatan sama sekali bukan mengenai kepantasan-untuk-dihargai (merit) ataupun upah (reward). 

 

Mereka yang mengajarkan soal ”kehendak-bebas” menyatakan kalau ”kehendak-bebas” itu memang tidak ada, maka konsep kepantasan-untuk-dihargai (merit) maupun upah (reward) itu juga seharusnya tidak ada.

Namun, apa yang akan mereka jelaskan mengenai kata ”cuma-cuma” (freely) di Surat Roma 3:24? Paulus menyatakan kalau orang-percaya ”oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma”. Apa yang mereka pahami dari frasa ”oleh kasih karunia” ini? Jika keselamatan itu bersifat cuma-cuma, dan dianugerahi secara cuma-cuma, maka tentunya keselamatan tidak bisa diraih ataupun diterima karena kepantasan kita. Namun, Erasmus bersikeras kalau manusia mesti sanggup melakukan sesuatu untuk meraih keselamatannya atau dia hanya akan membuktikan kalau dirinya memang tidak pantas untuk diselamatkan. Dia berpikir kalau alasan mengapa Allah membenarkan seseorang namun tidak membenarkan yang lainnya disebabkan karena yang satunya menggunakan kehendak-bebasnya dan mencoba untuk hidup benar, sementara yang satunya tidak. Pemikiran ini membuat Allah seolah-olah membeda-bedakan orang berdasarkan apa yang mereka perbuat, padahal Ia tidak (Kis. 10:34). Erasmus dan mereka yang sepaham dengannya menyatakan kalau ”kehendak-bebas” manusia memang hanya berperan kecil dalam meraih keselamatan. Mereka menyatakan kalau ”kehendak-bebas” hanya memiliki kadar peran yang rendah – tidak benar-benar berarti kadarnya. Namun, mereka tetap menyatakan kalau ”kehendak-bebas” memungkinkan manusia untuk mencari Allah. Mereka menganggap manusia yang tidak mencoba mencari Allah sebagai bentuk kesalahannya sendiri sehingga mereka sampai tidak menerima anugerah-Nya.

Jadi, apakah ”kehendak-bebas” ini memiliki kadar peran yang besar ataupun kecil, hasilnya akan sama saja. Kasih karunia Allah seolah-olah bisa diraih melaluinya. Namun, Paulus menolak konsep mengenai merit ini ketika dia menyatakan kita dibenarkan secara ”cuma-cuma”. Mereka yang menyatakan kalau ”kehendak-bebas” memiliki kadar peran yang kecil sama buruknya dengan mereka yang menyatakannya memiliki kadar peran yang besar. Keduanya mengajarkan kalau ”kehendak-bebas” memiliki merit yang memadai untuk meraih perkenanan Allah. Jadi, kedua pemikiran ini sama saja sebenarnya, tidak berbeda satu dengan lainnya.

Sebenarnya, para pendukung pemikiran ”kehendak-bebas” ini memberi kita contoh yang sempurna mengenai bagaimana ”melompat keluar dari penggorengan hanya untuk berpindah ke api”. Dengan menyatakan kalau ”kehendak-bebas” hanya memiliki kadar peran yang kecil, mereka malahan membuat posisi mereka menjadi lebih buruk, bukan lebih baik. Setidaknya, mereka yang menyatakan kalau ”kehendak-bebas” memiliki kadar peran yang besar (yang dikenal sebagai Pelagian) menggambarkan anugerah Allah sebagai sesuatu yang bernilai tinggi karena memerlukan kadar peran merit yang besar. Namun, Erasmus malahan membuat anugerah Allah terlihat murahan. Anugerah Allah seolah-olah bisa diraih dengan usaha sekedarnya saja. Paulus menolak kedua pemikiran ini dengan satu kata ”cuma-cuma” di Surat Roma 3:24. Juga, di Surat Roma 11:6, Paulus menyatakan kalau pembenaran kita hanya melalui kasih karunia: ”Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan. Sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”. Pengajaran Paulus sudah jelas. Tidak ada manusia yang pantas untuk dianugerahi keselamatan di hadapan Allah, terlepas apakah kadar peran merit itu besar atau kecil. Tidak ada seorang pun yang pantas untuk diselamatkan. Tidak ada kesalehan yang bisa membuat seseorang diselamatkan. Paulus menolak segala perbuatan yang terkait ”kehendak-bebas” dan menyatakan semua hanya karena kasih karunia semata. Kita tidak bisa memegahkan diri kita atas keselamatan yang kita terima, sekecil apa pun itu kadarnya. Semua hanya karena kasih karunia-Nya saja.


TERLAHIR SEBAGAI BUDAK

Sebuah versi sederhana dan ringkas dari buku klasik “Belenggu Kehendak” yang ditulis oleh Martin Luther, diterbitkan pertama kali pada tahun 1525.

Versi Inggris
Dikerjakan oleh:
Clifford Pond
Diedit oleh:
J.P. Arthur M.A
H.J. Appleby
Versi Indonesia
Diterjemahkan oleh:
Yonghan
Diedit oleh:
Suriawan Surna

You may also like...

Tinggalkan Balasan