Terlahir sebagai Budak – Bab Dua – Argumen 12

BAB 2

Apa yang Erasmus Ajarkan


Argumen 12:
Manusia tidak seharusnya bersikeras untuk mengetahui kehendak Allah yang memang dirahasiakan-Nya dari kita. 

 

Kita sekarang akan membahas pernyataan di Perjanjian Baru. Kamu memberi contoh dari Injil Matius 23:27, ”Yerusalem, Yerusalem… berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau”. Jika memang segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, kamu berargumen kalau Yerusalem seharusnya membalas: ”Mengapa Engkau (Allah) repot-repot menangis? Jika Engkau memang telah menetapkan kami untuk menolak mendengarkan suara para nabi, mengapa kamu masih tetap mengutus mereka? Mengapa Engkau tetap menyalahkan kami untuk sesuatu yang Engkau telah tetapkan untuk kami lakukan?”

 

Namun, seperti yang telah saya nyatakan, kita tidak seharusnya bersikeras untuk mengetahui kehendak Allah yang memang dirahasiakan-Nya dari kita. Rahasia Allah sudah pasti jauh melampaui kemampuan kita untuk memahaminya (1 Tim. 6:16). Kita seharusnya terfokus mencari tahu perihal Allah-yang-menjadi-manusia, Tuhan kita Yesus Kristus, yang di dalam-Nya Allah telah menetapkan apa yang kita seharusnya pahami dan tidak pahami (Kol. 2:3). Memang benar kalau Allah-yang-menjadi-manusia ini yang menyatakan: ” berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, … tetapi kamu tidak mau”. Kristus datang untuk berkarya, menderita, dan menawarkan jalan keselamatan kepada umat manusia. Sebagian manusia, dikeraskan hatinya berdasarkan kehendak Allah, akan menolak-Nya (Yoh. 1:5, 11). Allah-yang-menjadi-manusia yang sama yang menangisi dan berduka atas kebinasaan orang-orang fasik, meskipun menurut kehendak-Nya sendiri Allah secara sengaja membiarkan mereka binasa. Bukan menjadi bagian kita untuk bertanya mengapa. Bagian kita adalah untuk terkagum-kagum pada-Nya.

 

Beberapa orang menuduh kalau saya sudah terpojok dalam berdebat, saya akan segera menyatakan kalau kita tidak seharusnya bersikeras untuk mengetahui kehendak Allah yang memang dirahasiakan-Nya dari kita. Bukan itu maksud saya. Inilah yang juga dilakukan Paulus di Surat Roma 9:19, 21 dan Yesaya (Yes. 58:2). Sudah jelas kalau kita tidak boleh mencoba untuk mengetahui kehendak Allah yang memang dirahasiakan-Nya dari kita. Apalagi, kita melihat bahwa orang-orang fasiklah yang biasanya gigih melakukan hal seperti ini. Kita mesti menyerukan mereka untuk berhenti dan tunduk. Jika ada orang yang tetap bersikeras melakukannya, mereka sebenarnya sedang melawan Allah. Mari kita lihat siapa yang akan menang!


 

TERLAHIR SEBAGAI BUDAK

Sebuah versi sederhana dan ringkas dari buku klasik “Belenggu Kehendak” yang ditulis oleh Martin Luther, diterbitkan pertama kali pada tahun 1525.

Versi Inggris
Dikerjakan oleh:
Clifford Pond
Diedit oleh:
J.P. Arthur M.A
H.J. Appleby
Versi Indonesia
Diterjemahkan oleh:
Yonghan
Diedit oleh:
Suriawan Surna

You may also like...

Tinggalkan Balasan