Tentang Pengkhotbah dan Berkhotbah

1 Pet. 4:11 (AYT)
Siapa yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; dan siapa yang melayani, baiklah ia melayani dengan kekuatan yang Allah berikan sehingga dalam segala hal, Allah dimuliakan melalui Yesus Kristus….

Beberapa pendeta berkhotbah bukan “sebagai orang yang menyampaikan firman Allah”. Kadang-kadang, ia lebih mirip motivator yang menyelipkan beberapa ayat Alkitab semata. Dia tidak sedang meng-eksegesis, tetapi lebih meng-eisegesis firman Allah. Dia lebih suka mengkhotbahkan pemikirannya dan prestasi hidupnya.

Kadang-kadang, ia juga lebih mirip stand-up-comedian. Yang penting lucu; menghibur; dan menyenangkan telinga para pendengarnya. Ia berkhotbah semata-mata untuk menarik massa sebanyak-banyaknya. 

Semakin harum namanya, maka semakin banyak undangan berkhotbah. Semakin sering berkhotbah, maka semakin tebal dompetnya. Berkhotbah kini bisa dijadikan sarana mengumpulkan harta, bukan lagi “sebagai orang yang menyampaikan firman Allah”. 

Seseorang yang diberi karunia berkhotbah/berbicara biasanya memiliki pencobaan untuk memuliakan dirinya dan menjadi hamba uang. Bagaimana cara menjauhkan diri kita dari dua pencobaan ini? 

Saya mengusulkan supaya para pengkhotbah jangan terima bayaran/love gift apa pun untuk pelayanan khotbahnya. Kita telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma (Mat. 10:8).

Kalau tidak ada duitnya, biasanya kualitas khotbah kita tidak akan dikompromikan. Lah, mau diundang lagi atau tidak toh kita tidak akan rugi apa-apa. Namun, jika setiap kali berkhotbah dibayar Rp 1.000.000,-, maka biasanya kita akan menjadi berhati-hati. Khotbahnya biasa menjadi suam-suam kuku saja isinya supaya tidak menyinggung siapa-siapa. Kalau sampai tidak diundang lagi, hilang potensi pemasukan Rp 1.000.000,-. 

Jika para pengkhotbah bisa memurnikan hatinya dari dua pencobaan ini, maka “Allah dimuliakan melalui Yesus Kristus”. Setiap kali kita melayani, kita harus ingat kalau kita “melayani dengan kekuatan yang Allah berikan”; bukan dengan kuat hebat kita. Bisa melayani-Nya adalah semata-mata karena belas kasihan-Nya; kemurahan-Nya (2 Kor. 4:1). 

Semua benar-benar hanya karena anugerah. Karena itu, jangan pernah kita pasang tarif untuk pelayanan kita. Jangan sampai Saudara mirip-mirip dengan para dukun pula.

You may also like...

Tinggalkan Balasan