Yakobus 4:8 (TB)
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
Frasa “mendekatlah kepada Allah” memiliki makna tersendiri bagi orang Yahudi. Mereka tidak bisa sembarang mendekat pada Allah. Mereka perlu memberi kurban bakaran (Ima. 1); sajian (Ima. 2); perdamaian (Ima. 3); penghapus dosa (Ima. 4:1-5:13); dan atau penghapus kesalahan (Ima. 5:14-6:7) terlebih dahulu sebelum seseorang bisa mendekat pada Allah. Ada banyak aturan dan prosedur sebelum bisa mendekat pada Allah.
Karena karya salib, kita tidak lagi perlu melakukan semua ritual itu. Oleh pengorbanan darah Yesus, dengan jalan yang baru dan hidup, yang telah dibukakan oleh Yesus bagi kita melalui tirai, yaitu tubuh-Nya, sekarang kita memiliki keberanian untuk mendekat pada Allah (Ibr. 10:19-20). Oleh kehendak-Nya, kita dikuduskan melalui pengorbanan tubuh Yesus Kristus, sekali untuk selama-lamanya (Ibr. 10:19-20).
Perintah “tahirkanlah tanganmu” dan “sucikanlah hatimu” adalah perintah yang familiar bagi orang Yahudi. Kita bisa menemukan ungkapan itu dalam Mzm. 18:21-28; 24:3-4; 73:13. Tidak mungkin orang yang menjadi musuh-Nya, tidak tunduk pada-Nya, bersedia datang pada-Nya untuk memiliki tangan yang tahir dan hati yang suci. Dua hal ini menjadi buah pertobatan dari seseorang. Karena itu, Alkitab menyatakan “berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah (Mat. 5:8); sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibr. 12:14).
Dengan kata lain, orang yang tidak tunduk pada-Nya, yang tidak rendah hati, adalah orang yang tangannya akan tetap najis sehingga ia adalah orang yang berdosa; yang hatinya jahat sehingga ia adalah orang yang mendua hatinya. Sementara itu, orang yang sudah ditahirkan tangannya dan disucikan hatinya, tubuhnya menjadi “persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Rom. 12:1). Bukan saja mendekat, Allah malah tinggal dalam dirinya (1 Kor 3:16). Tanpa perlu melakukan segala ritual korban, kita hanya perlu “mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh. 1:9).
Hanya orang yang rendah hati; yang tunduk pada-Nya, yang bersedia terus menerus mengaku dosanya. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr. 4:16).