KTP Kristen

1 Pet. 4:15-16 (AYT)
Akan tetapi, jangan ada di antara kamu yang menderita sebagai pembunuh, pencuri, pelaku kejahatan, atau sebagai orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Akan tetapi, siapa pun yang menderita sebagai orang Kristen, janganlah ia malu, sebaliknya hendaklah ia memuji Allah karena menanggung sebutan itu.



Seruan Petrus untuk “berbahagialah jika kamu dihina karena nama Kristus” tidak berlaku bagi mereka yang cuma ber-KTP Kristen. Ngakunya Kristen, tetapi mereka sebenarnya hanyalah “pembunuh, pencuri, pelaku kejahatan, atau sebagai orang yang suka mencampuri urusan orang lain”.

Mereka ini ber-KTP Kristen, tetapi bukan anak Tuhan. Biasanya di tempat-tempat yang disebut “kantong Kristen”, orang-orang sejenis ini akan semakin mudah untuk dijumpai. Kesehariannya tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia sudah dilahirbarukan. Tidak ada kasih; kekudusan; kerendahan hati; buah Roh. 

Nah, untuk orang-orang sejenis ini, penderitaannya adalah buah dari kefasikannya;  bukan “karena nama Kristus”. Sebaliknya, bagi kita yang sudah dilahirbarukan menjadi anak-anak Tuhan, Petrus menyerukan kita untuk memuji Allah meskipun kita harus dianiaya dan dipenjara “karena nama Kristus”.

Seperti Paulus, kita justru tidak merasa malu kalau orang-orang dunia tahu kalau kita menderita karena nama Kristus (Fil.1:12-13; 2 Tim 1:12). Tidak ada hal yang lebih membahagiakan di hidup ini selain menjadi “orang Kristen” meskipun kita harus dibenci seisi dunia. Janganlah kita malah merasa malu. 

Identitas sebagai “orang Kristen” (Kis. 11:26), “pengikut jalan Tuhan” (Kis. 22:4), dan “Nasrani” (Kis. 24:5) adalah identitas yang sepertinya disediakan Alkitab untuk mengidentikkan kita secara spesifik dengan Tuhan Yesus. Ketiga identitas ini tadinya adalah sebutan untuk menghina dan mencemooh para pengikut Tuhan Yesus karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang hina bagi dunia (1 Kor.1:26-29). Namun, ketiga identitas ini sekarang menjadi alasan bagi kita untuk “memuji Allah karena menanggung sebutan itu”.

Tragisnya, ada banyak orang Kristen hari ini yang lebih bangga menyebut dirinya sebagai orang Reformed/Injili/Presbyterian/Baptis/Metodis ketimbang sebagai “orang Kristen”; “pengikut jalan Tuhan” ; dan “Nasrani” (pengikut orang Nazaret). Padahal, orang Reformed/Injili/Presbyterian/Baptis/Metodis belum tentu adalah “orang Kristen”. 

Mengapa? Karena “orang Kristen” belum tentu harus menjadi jemaat di gereja Reformed/Injili/Presbyterian/Baptis/Metodis. Menyebut diri kita di luar 3 sebutan ini kemungkinan besar akan membuat kita terafiliasi dengan “Paus-Paus kecil” (little pope); bukan lagi pada Tuhan Yesus.

Ketika Saudara sudah benar-benar menyadari apa bobot-dan-arti dari sebutan “orang Kristen”, barulah Saudara saat itu bisa “memuji Allah karena menanggung sebutan itu” sekalipun Saudara harus “menderita sebagai orang Kristen”. 

You may also like...

Tinggalkan Balasan