Keinginan Jahat

Yak. 4:1 (AYT)
Dari manakah datangnya perkelahian dan pertengkaran yang terjadi di antara kamu? Bukankah itu berasal dari hawa nafsumu yang berperang di dalam anggota-anggota tubuhmu?


Yakobus dengan sederhana menjelaskan akar semua peperangan, konflik, dan perseteruan yang terjadi di dunia ini. Entah konflik yang terjadi pada skala dunia, antar negara, antar suku, maupun antar tetangga, penyebabnya hanya ada dua, yaitu karena keegoisan dan iri hati (Yak. 3:16). Pembunuhan pertama terjadi karena iri hati (Kej.4:5-8). Seperti yang dinyatakan di Yak. 4:2, Kain menginginkan sesuatu, tetapi tidak mendapatkannya, maka ia membunuh Habel.

Kita merasa iri karena sebenarnya kita tidak sungguh-sungguh percaya pada pemeliharaan Tuhan. Kita tidak percaya kalau apa yang Tuhan titipkan dalam hidup kita pada saat ini sudah yang terbaik. Kita menginginkan lebih. Kita tidak bisa terima mengapa si A dan B berhak memiliki lebih banyak dari kita. 

Dari yang tadinya titipan, kita mulai melihatnya sebagai hak milik. Rasa aman-dan-nyaman kita diam-diam sudah disandarkan pada seberapa banyak kita bisa memiliki. Entah itu untuk harta ataupun kekuasaan, makin banyak, makin baik. Hidup menjadi tentang “aku, saya, dan diriku”.

Tahu-tahu, kita sudah mengikuti jejak si orang kaya yang bodoh itu (Luk. 12:16-21). Dari yang tadinya hamba Tuhan, jadilah kita hamba uang (Ibr. 13:5). Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus. Semakin kaya, malah semakin terasa kurang. 

Orang Kristen masih sangat mungkin masih memiliki rasa iri hati dan bersikap egois. Meskipun kita sudah menjadi ciptaan baru, kita masih harus hidup dalam “kemah” kita di bumi ini (2 Kor. 5:1-2, 4). Itulah sebabnya “hawa nafsumu yang berperang di dalam anggota-anggota tubuhmu”.

Karena itu, Tuhan menyuruh kita untuk rajin memberi (Kis. 20:35). Memberi menjadi obat-dan-terapi untuk mematikan virus keegoisan dan iri hati dalam hati kita. Orang yang egois tidak mungkin mau memberi karena semua adalah tentang dirinya. Orang yang iri hati tidak mungkin bersedia memberi karena ia senantiasa merasa kurang. 

Menjadi kaya tidak berdosa, namun berbahaya. Memberi adalah cara supaya kita tidak mengikuti jejak si orang kaya yang bodoh itu. Ketika umat Tuhan sudah terbiasa memberi, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan (2 Kor. 8:15). Iri hati dan egois tidak mungkin tampak jelas dari kesehariannya anak-anak Allah.

Ketika seseorang menjadi semakin murah hati, iri hati dan egoisnya akan semakin berkurang. Ketika iri hati dan egoisnya menjadi semakin berkurang, maka secara otomatis perkelahian dan pertengkarannya dengan orang lain juga akan semakin berkurang. Ini menjadi sebuah konsekuensi logis dari hati-yang-sudah-diubahkan.

You may also like...

Tinggalkan Balasan