Dia Yang-Ada; Yang-Sudah-Ada; Yang-Akan-Datang: Memuja Sang Alfa-dan-Omega

24 Desember 2021
Artikel oleh Jon Bloom
Staf Penulis,
 desiringGod.org

”Siapakah Anak Manusia ini?” Dari sejak pertama Dia hadir di dunia ini, pada malam yang dilanda putus asa di kota yang penuh sesak, Yesus telah memprovokasi timbulnya pertanyaan ini.

  • Para gembala pastilah telah bertanya-tanya dalam kekagumannya ketika melihat bayi terbungkus lampin “yang sedang berbaring di dalam palungan” yang dinyatakan malaikat sebagai ”Kristus, Tuhan” (Luk. 2:8-20). 
  • Para orang majus pastilah bertanya-tanya dalam keheranannya ketika bintang di Timur menuntun mereka pada Sang Bayi yang terlahir sebagai ”raja orang Yahudi”, yang tinggal dalam keluarga rakyat jelata yang sederhana (Mat. 2:1–12).
  • Para murid bertanya dalam ketakutan ketika melihat badai tunduk pada perintah Yesus (Luk. 8:22–25).
  • Para pemimpin orang Yahudi bertanya dalam amarah ketika mendengar Yesus mengaku memiliki otoritas yang hanya dimiliki Allah (Yoh. 8:53).
  • Orang banyak bertanya-tanya dalam kebingungan ketika Yesus dan pengajaran-Nya tidaklah sesuai dengan ekspektasi mereka akan Sang Mesias (Yoh. 12:34).

”Siapakah Anak Manusia ini?” Pertanyaan ini telah menjadi pertanyaan terbesar dalam sejarah karena mengenai Dia yang hari lahir-Nya telah membagi sejarah ke dalam dua bagian. Namun, pertanyaan ini telah terjawab. Dari semua jawaban Alkitab terhadap pertanyaan tersebut, salah satu jawaban yang paling agung-dan-mengejutkan berasal dari Kitab Wahyu. Allah Bapa dan Allah Putra secara bersama-sama menjawabnya di pasal pertama dan terakhirnya Kitab Wahyu.

  • Pertama, Allah Bapa menjawab: ”Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Why. 1:8).
  • Kemudian, Allah Putra menjawab: ”Sesungguhnya Aku datang segera… Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Why. 22:12-13).

Jika kedua pernyataan di atas dipahami secara bersama-sama, Tuhan Allah dan Tuhan Kristus menyediakan jawaban tunggal-rangkap-dua yang luar biasa: 

Seperti halnya Bapa-yang-kekal, begitu pula Putra-yang-kekal; 
Mencakup hingga masa tak terhingga, dua-Pribadi-yang-kekal, tetapi tunggal. 
Alfa-dan-Omega; Yang Pertama-dan-Yang Terkemudian; 
Kekal keberadaannya baik pada masa sekarang, terkemudian, dan lalu. 

Dia-Yang-Ada

Seperti halnya Allah Bapa, Allah Putra juga adalah Dia ”yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang.” Urutan ini mungkin tampak aneh bagi kita – pertama-tama mengenai masa kini, masa lalu, dan baru kemudian masa depan. Kita mungkin ingin mengoreksi deskripsi-diri-ilahi ini dengan menyatakan kalau urutan yang benar seharusnya Dia ”yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” Namun, mengoreksi urutan ini justru akan membuatnya salah.

Keberadaan Allah yang paling utama, yang paling mendasar, adalah keberadaan Allah sebagai ”yang-ada” Kenyataannya, nama Allah yang paling suci yang dinyatakan pada umat perjanjian-Nya (pengungkapan diri-Nya yang paling suci), Dia yang berbicara pada Musa adalah: ”AKU ADALAH AKU”/ ”I am who I am” (Kel. 3:14; juga 33:19; 34:6). Inilah sebabnya mengapa dalam urutan-secara-ilahi, fakta kalau Allah sebagai ”yang-ada” harus didahulukan. 

Dimensi waktu adalah hal yang misterius bagi kita. Jadi, tidaklah mengejutkan bagaimana Allah berinteraksi dengan dimesni waktu akan menjadi sesuatu yang tetap misterius bagi kita. Namun, kita bisa berasumsi ketika Allah berbicara tentang dimensi waktu, Ia dengan penuh kasih karunia menyatakannya dengan cara yang kita bisa pahami sebagian. Jadi, ketika Dia menyatakan diri-Nya sebagai ”yang sudah ada” dan ”yang akan datang”, Allah membantu kita, makhluk-yang-terbatas-oleh-waktu, untuk memahami kalau Dia adalah Allah yang ”dari selama-lamanya sampai selama-lamanya” (Mzm. 90:2). Hal ini juga untuk membantu kita memahami Yesus, seperti Bapa-Nya, adalah ”tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr. 13:8). Yesus selalu sebagai yang-ada.

Termasuk, misteri dari segala misteri, mengenai Sang Firman-Nya Bapa yang kekal telah datang ke dunia, masuk ke dalam dimensi ruang-dan-waktu; ke dalam dunia yang diciptakan-Nya sendiri (Yoh. 1:10). ”Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Untuk hadir di antara kita, Allah Putra menyatakan diri-Nya secara luar biasa sebagai:

Bahkan ada pewahyuan yang lebih luar biasa dan sekaligus dianggap menghujat ketika Yesus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Ketika ditanya: ”Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?” Jawaban Yesus yang mulia dan sekaligus mematikan adalah: ”Akulah Dia”/”I am” (Mrk. 14:61-62). 

Siapakah Anak Manusia ini? Seperti halnya Allah Bapa-yang-kekal, begitu pula Allah Putra-yang-kekal. Dia adalah ”AKU ADALAH”/ ”I Am”. Dia adalah Anak dari Yang Terpuji. Dia adalah Tuhan Yesus, yang seperti Tuhan Allah, selalu ”yang-ada” (always ”is”).

Dia-Yang-Sudah-Ada 

Bahwa Allah Putra selalu ”yang-ada” menyiratkan kalau Dia juga selalu ”yang-sudah-ada” (always ”was”). Bagi kebanyakan orang, ini adalah keberadaan Allah yang sulit dipahami. 

Kesulitan ini sepenuhnya bisa dipahami. Kita hanyalah makhluk ciptaan yang berusha memahami seorang Pribadi-yang-tidak-pernah diciptakan. Belum lagi mengenai perihal ketritunggalan-Nya Allah. Dia memang tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh kita karena Allah adalah kudus – sehingga keberadaan segala sesuatu tidak ada yang bisa menggambarkan keberadaan-Nya yang tidak pernah diciptakan. 

Namun, Yesus membawa pergumulan kita mengenai hal ini pada tingkat yang sama sekali baru, ketika dalam inkarnasi-Nya, Sang Pencipta kini menjadi ciptaan: 

”Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya Bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan… Firman itu telah menjadi manusia…” (Yoh. 1:1-3, 14).  

Untunglah, seperti halnya Allah yang menyatakan diri-Nya dalam Perjanjian Lama secara bertahap, Yesus juga menyatakan kemuliaan-Nya secara bertahap.

Salah satu orang yang pertama-tama melihat kemuliaan Yesus sejak dari masa kekekalan adalah Yohanes Pembaptis. Sepupu Yesus yang lebih tua ini berkata: ”Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku” (Yoh. 1:15).

Namun, ketika masanya sudah dekat bagi Yesus untuk menggenapi tujuan penebusan (yang menjadi alasan bagi kedatangan pertama-Nya), Dia menyatakan hal yang melampaui natur keberadaan-Nya yang selalu-ada dan sudah-ada sejak dari masa kekekalan. Ia melakukannya melalui diskusi yang terkenal dengan para pemimpin Yahudi: 

”Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ”Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada (I am)” (Yoh. 8:56-58).

Allah Putra begitu unik; begitu kudus hingga natur-Nya mematahkan tata bahasa manusia pada umumnya. Dia menggunakan kata kerja masa kini untuk menyatakan sesuatu yang terjadi pada masa lampau untuk menyampaikan gagasan mengenai  Kristologi. Kelak, Rasul Paulus juga melakukan hal yang sama ketika menyatakan Yesus sebagai ”ada terlebih dahulu dari segala sesuatu” (Kol. 1:17). 

Siapakah Anak Manusia ini? Seperti halnya Allah Bapa yang kekal, begitu juga Allah Putra. Dia adalah Alfa. Dia adalah Yang Awal. Dia adalah yang selalu ”sudah-ada” (always ”was”). 

Dia Yang-Akan-Datang

Bahwa Yesus selalu ”yang-ada” secara tersirat juga menyatakan Dia akan selalu – bahwa Dia adalah ”yang-akan-datang”. Kebenaran ini dinyatakan-Nya dengan tepat dan dengan kejelasan yang mulia.

Ketika menggambarkan mengenai akhir zaman pada para murid, Yesus berkata, 

”Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain” (Mat. 24:30-31).

Yesus menyatakan mengenai kedatangan yang sama ini pada para pemimpin Yahudi ketika sedang disidang mereka. Setelah menyatakan diri-Nya sebagai ”Akulah Dia” (”I am”), Yesus berkata: ”… kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit” (Mrk. 14:62).

Orang Yahudi yang mendengarkan ini tahu persis apa yang dimaksud Yesus. Mereka tahu kalau Yesus sedang merujuk diri-Nya sebagai ”anak manusia” (yang dinubuatkan Nabi Daniel) yang ”orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya” dan yang akan menerima dari Allah Yang Maha Kuasa sebuah ”kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah” (Dan. 7:13-14). 

Namun, Yesus tidak hanya sekadar memberikan wanti-wanti. Dia mengungkapkan tujuan inkarnasi-Nya yang sudah lama dinantikan, titik puncak sejarah umat manusia, dan upah bagi penderitaan-Nya.

Kerajaan Allah! Yaitu masa ketika pada akhirnya Allah akan berdiam bersama-sama dengan manusia. Masa penantian telah berakhir. Allah akan ”menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita”; masa ketika ”segala sesuatu yang lama itu telah berlalu”; masa ketika Allah ”menjadikan segala sesuatu baru” (Why. 21:3-5).

Kerajaan Allah! Yaitu ”pengharapan kita yang penuh bahagia” dan yang mengasihi ”penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus (Tit. 2:13; 2 Tim. 4:8). Penggenapan dari ”pengharapan kita yang penuh bahagia” tersebut (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita; Anak Manusia yang dinubuatkan) telah berjanji: ”Sesungguhnya Aku datang segera” (Why. 22:12).

Siapakah Anak Manusia ini?
Seperti halnya Bapa-yang-kekal, begitu pula Putra-yang-kekal; 
Mencakup hingga masa tak terhingga, dua-Pribadi-yang-kekal, tetapi tunggal. 
Alfa-dan-Omega; Yang Pertama-dan-Yang Terkemudian; 
Kekal keberadaannya baik pada masa sekarang, terkemudian, dan lalu. 

Begitulah pertanyaan terbesar dalam sejarah mendapatkan jawaban klimaksnya ketika Tuhan Allah mengutus Tuhan Kristus supaya masa ketika akan berlangsungnya Kerajaan Allah yang kekal tersebut semakin mendekat. Kita semua yang sedang menantikan pengharapan kita yang penuh bahagia tersebut akan berkata: ”Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” (Why. 22:20).

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul 'Jesus Christ is YAHWEH'

You may also like...

Tinggalkan Balasan