Di Manakah Yesus dalam Perjanjian Lama?

BAGAIMANA MENEMUKAN-NYA DI SETIAP HALAMAN

 


20 Desember 2018
Artikel oleh Glen Scrivener
Kontributor Tamu

Sepuluh tahun yang lalu, saya memimpin kelompok diskusi untuk para pengkhotbah muda. Seorang gembala bagi para pemuda memberikan hasil penggaliannya tentang Kitab Hakim-hakim pasal 14 untuk dikritik. Pada bagian akhir, dia berbicara tentang “Juruselamat lain yang akan datang untuk menyelamatkan umat-Nya untuk selama-lamanya.” Dia tidak menjelaskan maksudnya, dan tidak menyebutkan nama “Yesus”, namun dia menyatakan hal tersebut.

Selama sesi diskusi, saya bertanya kepadanya, “Mengapa Anda menyatakan hal itu pada bagian akhir?” Tiba-tiba, siswa yang lain menjawab dengan kalimat yang tidak pernah saya lupakan: “Karena kita seharusnya memang melakukan hal tersebut.”

Seisi ruangan tampak bersuara menyetujuinya. Setiap orang merasakan kewajiban yang sama. Tak satu pun dari para pengkhotbah dalam pelatihan ini yang yakin mengapa mereka harus “beralih pada Yesus”, namun tampaknya memang ada aturan untuk hal itu. Saya melihat hal ini terjadi di mana-mana di kalangan orang Kristen. Kita merasa harus memandang Perjanjian Lama (PL) sebagai Kitab Sucinya orang Kristen, namun kita tidak merasa yakin mengapa atau bagaimana . Tampaknya, ini merupakan sesuatu yang tidak selaras. Namun, benarkah seperti itu?

Mungkin kita akan terbantu dengan adanya kerangka sederhana tentang bagaimana Kristus menjadi inti dari Kitab Suci: Dia dipolakan; dijanjikan; dan hadir sejak kitab Kejadian dan untuk seterusnya.

POLA KRISTUS

Air bah dan bahtera; Paskah dan Laut Merah; padang gurun dan Tanah Perjanjian, pembuangan dan pemulangan kembali; peperangan dan perdamaian; kerajaan dan para raja; para nabi dan imam, Bait Suci, berbagai kurbannya, dan berbagai ritualnya; hikmat-bijaksana dalam kematian dan kehidupan; nyanyian ratapan dan kegembiraan; kehidupan dari orang yang menderita, tetapi yang tetap setia; dan darahnya para martir yang saleh — PL secara luar biasa mencerminkan Yesus.

Cerita secara keseluruhan dan setiap bagiannya seperti sebuah kepingan-mozaik. Melihat dari jauh setiap detailnya berarti melihat suatu gambaran dalam skala yang semakin besar dengan pola yang sama — penderitaan dan kebangkitan Kristus (seperti dalam 1 Kor. 10:1–11). Namun, meskipun Paulus mengajari kita mengenai berbagai pola Injil dalam PL, ia bersusah payah (dalam ayat 4 dan 9) untuk menunjukkan bahwa Kristus tidak sekadar diberi pola — Ia juga dijanjikan dan dihadirkan kepada orang-orang percaya dalam PL.

JANJI MENGENAI KRISTUS

Orang-orang kudus PL bukan sekadar kepingan dalam sebuah mozaik. Tanpa disadari, mereka sedang menyaksikan suatu pola Injil yang tidak mereka ketahui. Mereka juga menantikan penggenapan dari berbagai pola ini. Bagaimana? Melalui janji-janji. Beginilah bagaimana Yesus, Paulus, dan Petrus memandangnya (Luk. 24:25–27; Kis. 26:22–23; 1 Pet. 1:10–12). Masing-masing dari semuanya itu mencirikan bentuk PL sebagai pemberitaan mengenai “penderitaan dan kemuliaan-Nya Kristus”, namun, pada saat yang bersamaan, masing-masing dari semuanya itu mempertahankan bahwa pesan ini adalah mengenai apa yang “ditulis”; “dinyatakan”; “dinubuatkan”; dan “diprediksi” oleh Musa dan para nabi sendiri. Selama ini, iman yang sejati adalah iman mesianik , yang berpusat pada Kristus itu sendiri. Dialah yang ditunggu-tunggu dan dipercaya oleh umat beriman.

KEHADIRAN KRISTUS

Namun, lebih dari sekadar pola dan janji, mungkin aspek yang paling kurang dihargai adalah bahwa Kristus juga ada-dan-hadir. Sungguh mengejutkan betapa eksplisitnya para penulis Perjanjian Baru (PB) tentang kehadiran Yesus dalam Perjanjian Lama (PL):

  • Sang “Akulah” yang membuat Abraham bersukacita adalah Yesus (Yoh. 8:56–58).
  • Tuhan yang memotivasi Musa adalah Kristus (Ibr. 11:26).
  • Sang Penebus yang membawa mereka keluar dari Mesir adalah Yesus (Yudas 5).
  • Sang Batu Karang di padang gurun adalah Kristus (1 Kor. 10:4).
  • Penglihatannya Yesaya mengenai Sang Raja dalam Bait Allah adalah Sang Putra; Allah Anak (Yoh. 12:40–41).

Yesus tidak hanya dipolakan dan dijanjikan dalam PL. Dia juga ada-dan-hadir. Hal ini penting karena karakter yang esensial baik dari Allah maupun iman tidak berubah dari perjanjian yang pertama ke perjanjian yang baru. Allah selalu bekerja dalam pola Tritunggal, yaitu dari Bapa; melalui Anak; oleh Roh. Dia tidak mulai menjadi tritunggal – Bapa tidak mulai membutuhkan mediator – pada hari Natal (Yoh. 1:1–14). Iman juga secara mendasar tidak berubah. Iman-yang-sejati tidak sekadar bersandar pada rencana ilahi atau memercayai janji-janji yang tidak terikat. Iman menerima Sang Pribadi yang dijanjikan.

Kristus datang “dengan berpakaian Injil” seperti yang sering ditulis Calvin. Kita harus mengingat mengenai berbagai janji yang dibalut dengan Kristus, namun jangan pernah memberitakan mengenai satu set pakaian. Pribadi dari Sang Anaklah yang menjadi pusat dari iman-yang-menyelamatkan.

Seperti Apa Pada Awalnya?

Berbagai perikop yang dikutip sejauh ini berasal dari PB. Hanya dengan berbekal hal-hal berikut ini, Anda dapat mengajukan argumen yang kuat bahwa PL memang memberitakan Kristus. Namun, mungkin dapat dikatakan, penafsiran Kristen ini hanya dapat ditemukan dengan melihat ke belakang dari PB. Apakah mungkin untuk membaca Alkitab dengan berjalan melangkah ke depan , mulai dari Kitab Kejadian dan untuk seterusnya, dengan melihat keterpusatan pada Kristus yang sama? Saya yakin bisa begitu.

Saya berpendapat bahwa Kristus mempunyai pola, janji, atau hadir dalam setiap halaman PL. Lebih dari itu, dalam berbagai bagian penting tertentu, Ia digambarkan dalam ketiga cara tersebut secara sekaligus. Berikut ini, saya memilihkan hanya tiga dari berbagai peristiwa tersebut dan berharap ini dapat menginspirasi Anda untuk melihat keseluruhan Alkitab melalui lensa-lensa ini.

Yesus Berjalan di Taman Eden (Kejadian 3)

POLA KRISTUS

Adam dan Hawa, merasa malu atas dosa mereka, bersembunyi di antara pepohonan. Sebelumnya, mereka juga telah menyelubungi diri mereka dengan daun pohon aara. Mereka berusaha mengendalikan dosa mereka dengan menyembunyikan keburukan mereka; dan menunjukkan kebaikan yang palsu. Namun, Tuhan mereka mempunyai solusi yang berbeda. Dia menutupi mereka bukan dengan tumbuh-tumbuhan, melainkan dengan kulit. Kita tidak diberitahu makhluk tak berdosa apa yang mati untuk dijadikan sebagai pakaian bagi orang yang bersalah, namun Yesaya dan Paulus mengambil pola substitusinya, yaitu  kita, orang yang bersalah, diselubungi oleh kebenaran-yang-asing — Kristus sebagai pakaian bagi kita , bisa dibilang seperti itu (Yes. 61:10 ; Gal. 3:27).

JANJI MENGENAI KRISTUS

Ketika penghakiman dijatuhkan di taman, sungguh mengherankan bagaimana segala sesuatu kecuali pasangan itu yang terkena kutuk. Sebaliknya, Allah menjanjikan mengenai “benih [keturunan] perempuan”. Ini menyiratkan mengenai kelahiran yang ajaib — wanita tidak memiliki benih (Kej. 3:15 , terjemahannya saya).  [red.: “benih” bisa bermakna “sperma”] Keturunan perempuan ini akan meremukkan kepala keluarga orang fasik, meskipun kerugiannya besar bagi dirinya sendiri — tumitnya akan diremukkan. Pada bagian ini, kita mempunyai janji mengenai kelahiran-yang-ajaib dan penderitaan-yang-penuh-kemenangan dari “benih tersebut”. Martin Luther berkomentar,

Semua janji-Nya Allah mengarah kembali pada janji pertama mengenai Kristus dalam Kej. 3:15. Iman dari nenek moyang dalam zaman PL, dan iman kita pada zaman PB adalah iman yang satu-dan-sama kepada Kristus Yesus… Waktu tidak mengubah objek iman yang sejati; atau Roh Kudus. Selalu ada dan akan selalu ada satu pikiran; satu kesan; satu iman mengenai Kristus di antara orang-orang percaya sejati baik mereka yang hidup pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang. (Penafsiran tentang Surat Galatia)

KEHADIRAN KRISTUS

Sekarang kita sampai pada aspek mengenai kehadiran Kristus yang sering diabaikan. Siapakah Tuhan yang berjalan bersama makhluk yang paling disayangi-Nya pada waktu hari sejuk ini (Kej. 3:8)? Jonathan Edwards mengemukakan pendapat paling umum dari para bapak Gereja, Reformator, dan Puritan:

Ketika kita membaca dalam sejarah suci mengenai apa yang dilakukan Allah, dari waktu ke waktu, terhadap Gereja dan umat-Nya; dan bagaimana Dia menyatakan diri-Nya kepada mereka, maka kita akan memahaminya khususnya mengenai pribadi kedua dari Tritunggal. Ketika kita membaca tentang Allah yang menampakkan diri setelah peristiwa Kejatuhan, dalam bentuk yang terlihat, maka kita biasanya (jika tidak secara universal) memahaminya sebagai pribadi kedua dari Tritunggal. (Sejarah Karya Penebusan , 20)

Ini tidak menjawab semua pertanyaan yang mungkin kita miliki tentang penampakan dalam PL. Namun, yang jelas adalah bahwa Anak Allah memang belum menjadi manusia sebelum inkarnasi-Nya di dalam rahimnya Maria sehingga kita tidak boleh berpikir tentang inkarnasi Yesus pada bagian ini atau bagian lain dalam PL. Namun dengan mengingat Kolose 1:15 dan Yohanes 1:18 , Edwards menegaskan bahwa Bapa selalu dimediasi oleh Putra. Kristus tidak hanya dipolakan dan dijanjikan dalam PL. Dia juga ada-dan-hadir.

Yesus Berbicara di Gunung Moria (Kejadian 22)

POLA KRISTUS

Inilah ujian iman yang terutama, namun ujian ini lebih dari ujian bagi imannya Abraham. Pasal ini telah menjadi batu sandungan bagi banyak orang ketika mereka membaca firman-Nya Allah kepada Abraham: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu” (Kej. 22:2). Ini benar-benar skandal sampai Anda mempertimbangkan mengenai polanya. Siapakah anak tersebut? Dia adalah keturunannya Abraham; pengharapan dunia. Segala janji-Nya Allah tertuju pada anak yang terkasih ini. Jika dia dikorbankan, maka Allah harus  — entah bagaimana caranya! — menghidupkannya kembali untuk menyelamatkan dan memberkati dunia ini.

Perhatikan bahwa dia akan dikurbankan di sebuah gunung di wilayah yang kemudian menjadi Yerusalem (Kej. 22:1–14; lihat 2 Taw. 3:1). Dia membawa kayu di punggungnya ketika dia berjalan dengan susah payah mendaki bukit sebagai kurban penebusan (Kej. 22:6). Sementara itu, Abraham percaya bahwa dia akan menerima putranya tersebut kembali dari kematian (Kej. 22:5; lihat Ibr. 11:17–20). Ketika Anda memahami polanya – kematian dan kebangkitan dari putra tersebut – maka Kitab Kejadian 22 tidak menjadi penghalang bagi iman, tetapi menjadi dorongan yang besar bagi iman.

JANJI MENGENAI KRISTUS

Perhatikan bagaimana penulis Kitab Kejadian 22 (Musa yang secara tradisional dianggap sebagai penulisnya) berbicara tentang gunung tersebut: “Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan’” (Kej. 22:14, TB). Selama ratusan tahun, bangsa Israel menunjuk ke arah gunung itu dan percaya akan adanya penyediaan untuk masa depan – penebusan pada masa depan. Mereka bahkan tahu di mana hal itu akan terjadi. Selama berabad-abad, orang-orang kudus dalam PL melihat Kristus dijanjikan dalam peristiwa ini dan mereka menaruh pengharapan mereka sesuai dengan hal itu.

KEHADIRAN KRISTUS

Dalam Kejadian 22:11, Malaikat Tuhanlah yang menghalangi pengurbanan tersebut. Di ayat 15, Dia kembali berbicara dan melakukannya dengan pemahaman diri yang luar biasa. Menurut malaikat ini, siapakah diri-Nya? Meskipun diutus oleh Tuhan, Dia berbicara sebagai Tuhan: “Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri – demikianlah firman TUHAN . . . maka Aku akan memberkati engkau…. membuat keturunanmu sangat banyak…” (Kej. 22:16–17, TB) Ketika kita menjumpai malaikat yang lain dalam Kitab Suci, para malaikat ini menekankan perbedaan mereka dengan Allah (seperti dalam Why. 22:9). Namun, di sini ada seorang utusan yang unik – secara harfiah, namanya dapat diterjemahkan “Yang Diutus” – yang bersikeras bahwa Dia berasal dari Tuhan dan bahwa Dia sendiri adalah Tuhan. Dalam istilah pengakuan iman, Dia adalah “Allah yang berasal dari Allah.”

Mengenai identitasnya malaikat, Calvin merangkum sejarah penafsiran Kristen yang ada sebelum dirinya:

Para doktor [teologi] yang ortodoks dari Gereja dengan tepat dan bijaksana telah menjelaskan bahwa Firman Allah adalah malaikat yang tertinggi, yang kemudian mulai, seolah-olah dengan adanya suatu antisipasi, menjalankan tugas sebagai Mediator. (Institut , I.xiii.10)

Dalam Kitab Kejadian 22, “Allah yang berasal dari Allah” ini menghentikan pisau-penghakiman yang akan dihujamkan ke atas Ishak. Dua milenium kemudian, Sang Mediator yang sama akan mendaki bukit yang sama untuk menghalangi penghakiman-Nya Allah atas umat-Nya.

Yesus yang Terbakar di Semak (Kitab Keluaran 3)

POLA KRISTUS

Semak yang terbakar memiliki begitu banyak resonansi yang alkitabiah. Tumbuh-tumbuhan sering disamakan dengan umat-Nya Allah (atau raja yang mewakili mereka; Hak. 9; Yes. 5; Yoh. 15). Penderitaan umat-Nya di Mesir umumnya digambarkan sebagai dapur peleburan besi (Ula. 4:20; 1 Raj. 8:51; Yer. 11:4). Pada bagian ini, di semak yang menyala-nyala, kita melihat umat-Nya Allah terbakar dalam dapur peleburan besi, namun – inilah pola yang mirip dengan Kristus – Raja mereka, “Akulah” yang agung tersebut, turun ke dalam api untuk mendampingi umat-Nya dan memimpin mereka keluar. Polanya eksodus adalah polanya Injil.

JANJI MENGENAI KRISTUS

Peristiwa eksodus itu sendiri merupakan penggenapan dari berbagai janji. Dalam Kitab Kejadian 12, kita belajar bahwa “keturunannya Abraham” akan memberkati dan memerintah bangsa-bangsa. Janji tersebut mengandung ambiguitas – apakah “keturunannya” itu jamak (bangsa Israel) atau tunggal (Kristus)? Intinya, jawabannya adalah ya. “Keturunan” yang pertama-tama adalah bangsa Israel dan setelah genap waktunya adalah Kristus – Sang Mesias yang secara khusus mewakili bangsa itu (Gal. 3:16). Jadi, ketika janji itu berkembang, kita membaca Kitab Kejadian 15 ketika Tuhan menubuatkan sebuah pola penderitaan-dan-kebangkitan bagi “keturunan Abraham”: maka keturunan itu akan diperbudak dan ditindas, namun melalui penghakiman, keturunan itu akan keluar menuju kemuliaan yang lebih besar. (Kejadian 15:13–15). Kematian dan kebangkitan ini pertama-tama akan dialami oleh bangsa Israel. Namun, ketika kita menyaksikan peristiwa eksodus, maka kita melihat gambaran awal dari drama Injil yang akan datang. Dengan kata lain, keseluruhan peristiwa eksodus adalah janji mengenai Kristus.

KEHADIRAN KRISTUS

Nama ilahi “Akulah” adalah dasar pemahaman kita tentang Allah Kata “Akulah” dipertahankan dalam nama “Yahweh” yang digunakan sebanyak 6800 kali dalam PL Allah Israel, pada dasarnya, adalah “Dia yang diam dalam semak duri” (Ula. 33:16). Siapakah Dia? Dia adalah Malaikat Tuhan yang juga adalah Tuhan (Kel. 3:2, 6, 14). John Owen menjelaskan bahwa dia adalah “Malaikat perjanjian, Malaikat yang agung dari kehadiran-Nya Allah, yang di dalamnya terdapat nama-dan-natur-Nya Allah… yang tidak lain tidak bukan adalah Anak Allah.” Tidak heran Yudas bisa melihat kembali ke masa eksodus dan berkata, “Tuhan [Yesus] menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir” (Yud. 5, TB). Yesus Kristus benar-benar adalah Allah-Nya Israel dan Sang Pahlawan dalam keseluruhan isi Alkitab.

Yesus Adalah Tuhan Atas Segalanya

Ketika para pengkhotbah pemula mengeluh bahwa “kita seharusnya” menjembatani pada Kristus, apa masalahnya? Saya yakin yang terjadi adalah ini: Mereka gagal melihat keagungan-Nya Kristus, dan mereka gagal melihat bahwa PL, dalam konteks dan istilahnya sendiri, sudah menjadi Kitab Suci Kristen . Ini sudah merupakan proklamasi dari keilahian-Nya Sang Mesias.

Memang benar bahwa ada pola-pola yang dapat ditemukan dalam PL. Citra Injil dibangun selama berabad-abad; selapis demi selapis. Yesus benar-benar adalah Bait Allah yang sejati; Anak Domba yang sejati; Sang Imam yang sejati; Sang Raja yang sejati; dan Sang Nabi yang sejati. Dia adalah versi yang sejati dan lebih baik dari Yusuf; Daud; dan Yunus. Semuanya ini memang benar adanya. Namun, itu belum merupakan kebenaran yang utuh.

Ada janji-janji penting yang dapat ditelusuri di seluruh Kitab Suci — mulai dari Kejadian 3:15 dan seterusnya. Yesus adalah keturunan yang dimaksud itu — keturunannya perempuan; keturunannya Abraham; keturunannya Daud. Dia menggenapi setiap janji berupa tanah, kedamaian, berkat, dan sebagainya. Semuanya ini memang benar adanya. Namun, itu belum merupakan kebenaran yang utuh.

Selain perspektif ini, kita juga harus melihat Anak Allah hadir dalam PL. Ini adalah komponen penting agar kita tidak membayangkan adanya “ketidakselarasan” di antara kedua perjanjian. Apa yang menjadi jurang antara yang Lama dan yang Baru bukanlah sekadar sebuah rencana atau janji; itu adalah mengenai Seseorang.

Yesus menyatukan keseluruhan isi Alkitab. Dia tidak absen dari PL; duduk di bangku cadangan; menunggu waktu-Nya untuk bermain Dia adalah seorang pemain-pelatih-manajer yang mengarahkan segala sesuatunya. Dalam seluruh isi PL, Dia adalah satu-satunya Perantara bagi Allah Yang Maha Tinggi, yang dengan sengaja bergerak menuju inkarnasi-Nya sendiri. Yesus adalah Tuhan. Dia memang selalu adalah Tuhan.

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "Where Is Jesus in the Old Testament? HOW TO FIND HIM ON EVERY LAST PAGE."

You may also like...

Tinggalkan Balasan