Ulangan 7:3-4
Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera.
Mengapa Musa dan Yusuf boleh menikah dengan wanita dari bangsa asing? Tidak tahu. Yang pasti itu terjadi sebelum perintah di bagian ini diberikan.
Inilah prinsip progressive revelation dalam memahami Alkitab. Diijinkan Allah untuk terjadi bukan berarti itu diperbolehkan.
Bagaimana dengan pernikahan Boas dan Rut? Bukankah Rut adalah perempuan Moab? Pernyataan Rut di Rut 1:16 menjadi bukti imannya kepada Allah Tritunggal.
Rut adalah contoh “Yahudi sejati” yang dimaksud Paulus di Rom. 2:28-29. Meskipun Rut adalah orang Moab, ia sudah berstatus “Yahudi sejati” ketika bertemu dengan Boas.
Ada beberapa orang yang sengaja berpacaran/menikah dengan orang-orang di luar Kristus dengan alasan ingin meng-Kristen-kan pasangannya. Ini adalah alasan yang dibuat-buat.
Alkitab tidak pernah menyerukan hal ini karena “pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33). Bukan sebaliknya.
Apalagi, kekristenan tidak mengenal iman keturunan atau pernikahan. Anak dan istrinya seorang pendeta belum tentu akan diselamatkan. Lah, pendetanya juga belum tentu adalah orang Kristen sejati. Karena itu, keselamatan adalah urusan masing-masing.
Maka, orang Kristen yang dengan sengaja berpacaran dan menikah dengan orang-orang di luar Kristus sedang mengundang murka Allah hadir dalam hidupnya. Atau, bisa jadi orang itu memang hanyalah orang Kristen palsu. Jika memang demikian, sekiranya memang imannya palsu, maka silakan dilanjutkan saja.
Ia toh memang masih hidup sebagai orang terkutuk (1 Kor. 16:22). KTP-nya saja yang Kristen, belum hatinya.