Yakobus 5:19-20 (TB)
Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.
Selama bertahun-tahun, sebuah gereja mengijinkan salah satu jemaatnya kumpul kebo dan tidak mengusir mereka dari persekutuan orang kudus (1 Kor. 5:13). Waktu saya bertanya mengapa hal seperti ini dibiarkan, jawaban yang saya terima adalah: “Kasihan. Kalau diusir, nanti mereka malah pindah agama.
Bukan ini yang dimaksud Yakobus dengan “menutupi banyak dosa”. Banyak gembala yang tidak bisa membedakan disiplin Gereja yang dibahas Paulus (1 Kor. 5) dan Matius (Mat. 18:15-18) dengan yang dimaksud Yakobus.
Dengan contoh kasus di atas, misalkan ada satu jemaat yang kumpul kebo, urutan disiplin Gereja yang alkitabiah adalah sebagai berikut:
- Menegurnya secara empat mata (Mat. 18:15). Jika ia belum “berbalik dari jalannya yang sesat”, maka
- Bawa 1-2 saudara rohani yang lain menegurnya bersama-sama (Mat. 18:16). Jika ia belum “berbalik dari jalannya yang sesat”, maka
- Ditegur di depan mimbar (Mat. 18:17). Jika ia belum “berbalik dari jalannya yang sesat”, maka
- Usirlah ia dari jemaat (1 Kor. 5:13). Penolakannya untuk bertobat adalah bentuk kesaksiannya kalau ia adalah “seorang yang tidak mengenal Allah” (Mat. 18:17). Kekerasan hatinya merupakan bentuk “proklamasi” kalau ia termasuk orang yang masih perlu untuk diinjili-dan-didoakan.
Sebaliknya, jika dari poin 1-3, ia telah “berbalik dari jalannya yang sesat”, bertobat sepenuh hati, maka inilah yang dimaksud Yakobus kalau kita telah “menyelamatkan jiwa orang itu dari maut”.
Karena ia sudah bertobat, kita tidak boleh lagi mengungkit-ngungkit dosa itu. Seperti dosa kita yang tidak lagi diungkit-ungkit Tuhan, sejauh timur dari barat (Mzm. 103:12), kita pun tidak lagi mengingat-ingat dosa si jemaat ini. Inilah yang dimaksud Yakobus dengan “menutupi banyak dosa”.
Orang percaya-yang-sejati akan terus-menerus beriman percaya. Orang percaya-yang-sejati akan terus-menerus “berbalik dari jalannya yang sesat” karena Tuhan sendiri yang akan menghajar dan menyesahnya hingga ia berbalik (Ibr. 12:6).
Bagaimana dengan gereja yang membiarkan jemaatnya hidup dalam dosa? Para pemimpin gereja tersebut, para penilik/penatua dan diakon, akan ikut menanggung dosanya dan dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan (Yeh. 3:18-19). Karena itu, jika Tuhan tidak panggil, jangan coba cari-cari jabatan di dalam gereja. Teramat sangat berat konsekuensi-dan-tanggung jawabnya.