Bagaimana Saya Tahu Kalau Telah Cukup Melakukan Ini Itu bagi Allah?

20 Juli 2020
Wawancara dengan John Piper
Pendiri & Pengajar, desiringGod.org

Transkrip Audio

“Saya khawatir belum melakukan cukup banyak hal bagi Allah.” Pernyataan ini datang setiap minggu di inbox kami. Kami mendengarnya sepanjang waktu. Kali ini, pertanyaan datang dari seorang pemuda, pendengar podcast. “Terima kasih, Pendeta John, untuk acara Bertanya Pada Pendeta John. Saya seorang pengikut Yesus. Baru-baru ini, tebersit pertanyaan tentang kekhawatiran dan bagaimana menjadi semakin seperti Yesus dengan kekhawatiran itu. Kadang-kadang, saya kewalahan dengan apa yang terlihat seperti daftar hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadi seperti Yesus. Saya tertekan karena saya ingin menyenangkan Allah. Rasanya ada begitu banyak hal yang harus dilakukan: mematikan dosa, bertumbuh dalam buah Roh, melakukan yang terbaik yang saya bisa, hidup dan mencurahkan diri ke dalam komunitas saya (gereja), memuridkan (pelayanan misi), menjalani gaya hidup sehat, Sabat dengan benar, dan juga menanggung penderitaan.

Saya tahu kalau Yesus berkata dalam dunia kita menderita penganiayaan dan Ia telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33), namun sepertinya ada begitu banyak hal yang perlu saya lakukan. Apakah saya terlalu fokus pada hal-hal tertentu melebihi hal lain? Atau coba fokus sedikit-sedikit saja, tapi pada semua hal? Pada akhirnya, yang ingin saya dengar hanyalah: ”Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia” (Mat 25:23).

Pemuda ini memberikan daftar hal-hal yang cukup mengesankan untuk dilakukan:

  • mematikan dosa, 
  • bertumbuh dalam buah Roh, 
  • melakukan yang terbaik yang dia bisa, 
  • hidup dan mencurahkan diri ke dalam komunitasnya (Gereja), 
  • memuridkan (misi), 
  • menjalani gaya hidup yang sehat, 
  • Melakukan Sabat dengan benar, 
  • Juga, menanggung penderitaan.

Astaga. Namun, saya pikir yang berikut ini akan sangat membantu — meskipun pada awalnya mungkin tampaknya tidak membantu — yaitu untuk memastikan si pemuda ini melihat kalau situasinya sebenarnya jauh lebih berat daripada yang dikiranya jika dia terus menjalani kehidupan Kristen dengan cara tertentu.

Daftar Hal-hal yang Harus Dilakukan dalam Perjanjian Baru (PB)

Sebagai contoh, lihatlah daftar dari Surat Efesus pasal 4:

  • Buanglah dusta.
  • Berkatalah benar.
  • Apabila kamu menjadi marah.
  • Janganlah kamu berbuat dosa.
  • Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.
  • Janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
  • Janganlah mencuri.
  • Lakukan pekerjaan yang baik
  • Bagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
  • Jangan ada perkataan kotor keluar dari mulutmu.
  • Beroleh kasih karunia mereka yang mendengarnya.
  • Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah.
  • Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang.
  • Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain.
  • Penuh kasih mesra.
  • Saling mengampuni.

Atau bagaimana dengan daftar dari Surat Roma 12:

  • Hendaklah kasih itu jangan pura-pura.
  • Jauhilah yang jahat.
  • Lakukanlah yang baik.
  • Saling mendahului dalam memberi hormat.
  • Janganlah hendanya kerajinanmu kendor.
  • Biarlah rohmu menyala-nyala
  • Layanilah Tuhan.
  • Bersukacitalah dalam pengharapan.
  • Sabarlah dalam kesesakan.
  • Bertekunlah dalam doa.
  • Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus.
  • Selalu memberikan tumpangan.
  • Berkatilah siapa yang menganiaya kamu.
  • Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita.
  • Menangislah dengan orang yang menangis.
  • Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama
  • Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi.
  • Arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.
  • Janganlah menganggap dirimu pandai.
  • Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan.
  • Lakukan apa yang baik bagi semua orang.
  • Hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.
  • Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan.
  • Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan.
  • Kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.

Hanya melalui dua bagian yang singkat, semuanya itu merupakan 41 hal yang diperintahkan untuk dilakukan. Beratkah menurut Anda? Biarkan saya membuatnya lebih berat lagi. Tahukah Anda ada berapa banyak perintah dalam 13 surat yang ditulis Paulus? Ada 431 perintah. Tahukah Anda ada berapa banyak perintah dalam surat-surat yang lain? Ada 128 perintah. Tahukah Anda ada berapa banyak perintah dalam Kitab Injil? Ada 1022 perintah. Jadi, kira-kira seperti itulah. Anda menginginkan daftar yang membuat Anda khawatir? Bagaimana dengan 1500 perintah untuk daftar Anda? Jadi, kadang-kadang Anda harus memperburuk keadaan untuk bisa berhikmat.

Apa maksudnya? Ini berarti bahwa kehidupan Kristiani jika didekati dengan cara tertentu malah tidak bisa dijalani. Untuk lebih spesifiknya: ”Jika Anda mencoba untuk memberikan perhatian yang terfokus dan khusus pada masing-masing perintah individu dalam PB, yaitu sekitar 1800 perintah, Anda tidak dapat melakukannya.” Ini bukan karena Anda malas, masih duniawi, atau berdosa, tetapi karena Anda terbatas. Otakmu terbatas. Tidak ada yang bisa mengingat apalagi untuk fokus sepanjang hari pada 1800 tugas. Anda tidak dapat menyimpan begitu banyak hal di kepalanya Anda apalagi untuk memberikan perhatian dan mendoakannya satu per satu.

Ketaatan yang Dibenarkan

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Jawabannya bukanlah — tolong garis bawahi ini — ”Baiklah, saya rasa intinya bukan mengenai ketaatan. Jelas: ketaatan bukanlah intinya. Allah tidak peduli jika kita menaati perintah-Nya.” Si pemuda yang menulis pertanyaan ini (dia tidak memberitahu kami siapa namanya) memang benar: ”Ketaatan itu penting.” Dia benar: ”Berusaha menyenangkan Tuhan dengan melakukan apa yang memuliakan Tuhan.” Ini adalah konfirmasi atas status kita yang benar; kelahiran baru kita; iman kita yang sejati. Itu memang penting. Anda tidak membuang perihal ketaatan ke luar jendela rumah karena ada 1.800 perintah yang tidak dapat Anda patuhi dengan terfokus padanya; memberi perhatian langsung setiap detiknya. Bukan itu jawabannya.

Izinkan saya membuat tiga pengamatan yang menurut saya menunjukkan bagaimana Allah ingin kita melakukan firman-Nya; perintah-perintah-Nya. Saya berasumsi kalau kita sudah sepakat mengenai pembenaran-oleh-iman-saja – sudah setuju sepakat. Kita memiliki status-yang-benar di hadapan Allah karena kita telah beriman percaya kepada Yesus sebagai penebus, hikmat, dan kebenaran bagi kita (1 Kor. 1:30). Upaya untuk menyelaraskan hidup kita dengan perintah Allah bukanlah upaya untuk menjadi benar di hadapan-Nya. Tujuan kita adalah untuk menjadi serupa dengan Kristus; untuk memuliakan-Nya —  bukan untuk menjadi benar di hadapan Allah.

1. Diubahkan dari dalam oleh Roh

Inilah pengamatan yang pertama. Masing-masing dari 2 daftar yang saya berikan, satu dari Surat Efesus 4 dan satu dari Surat Roma 12, secara menarik dan krusial dimulai dengan seruan umum bagi kita untuk semakin diubahkan dari dalam. Jadi, buah kehidupan kita keluar secara alami dari pohon pembaruan. Sangat berbeda bila setiap buah didorong keluar oleh suatu upaya yang disengaja. Misalnya, Surat Roma 12:2 mengatakan, ”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kita harus memberikan diri kita sendiri untuk sungguh-sungguh diperbaharui, diubah secara penuh dari dalam, sehingga pemahaman kita mengenai kehendak Allah berbuah seratus kali lipat, keluar seperti buah di pohon. Bukannya malah seperti langkah-langkah yang penuh perhitungan ketika kita akan berjalan melalui ladang ranjau. Kita melihat hal yang sama dalam Surat Efesus 4:22-24, tapi saya tidak akan membahasnya pada saat ini.

Seperti itulah pengamatan pertamanya saya. Yang pertama-dan-terutama, pikirkanlah mengenai pembaharuan dari dalam oleh Roh dengan merangkul iman pribadi yang baru yang telah Allah ciptakan dan sedang kerjakan di dalam kita oleh Roh; yang kemudian meluap dengan tanggapan-yang-tepat dalam seratus situasi secara spontan.

2. Memperbarui iman, harapan, dan kasih

Sadarilah bahwa PB menggambarkan beberapa respon jiwa sebagai ”akar” dan ratusan lainnya sebagai ”buah” ketaatan. Beberapa tindakan adalah akar. Beberapa tindakan adalah buah. Jadi, kita harus terfokus untuk memperdalam, menguatkan serta memperkokoh ”akar”, seperti halnya iman, pengharapan, dan kasih. Masing-masing dari semuanya ini digambarkan dalam PB sebagai sesuatu yang menghasilkan kehidupan — tumpuan hidup; tumpuan ketaatan.

Iman membimbing kita kepada ”ketaatan iman”, demikian Paulus menyebutnya (Rom. 1:5;16:26). Seratus buah yang baik datang dari pemahaman yang benar-dan-tenteram bahwa Kristus dan janji yang dibuat-Nya sudah memadai. Pengharapan — hal yang sama — memunculkan perilaku yang didasari kebebasan-dan-kasih. Kasih digambarkan sebagai keseluruhan dan sumber dari semua pemenuhan perintah lainnya. Paulus mengatakannya seperti ini: ”Sebab, ’Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini,’ dan jika ada perintah lainnya [luar biasa pernyataan: ”jika ada perintah lainnya”], semuanya sudah terangkum dalam perkataan ini, ’Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri’” (Rom 13:9-10, AYT).

Implikasinya: berilah pembaruan-dari-dalam bagi jiwanya Anda sehingga akan memperdalam-dan-mengokohkan akar kebajikannya iman, pengharapan, dan kasih ini.

3Gunakanlah berbagai perintah ini bagi kebaikan Anda

Paulus tidak memberi kita 431 perintah dalam suratnya untuk dilewatkan-dan-diabaikan dengan berkata, ”Yang perlu kita lakukan hanyalah mendalami mengenai kasih. Kita bisa mengabaikan semua perintah itu dan tidak membaca paruh kedua suratnya karena itu hanya akan mengubah kita menjadi orang yang legalis.” Nah, itu adalah kesalahan yang dilakukan banyak orang. Pernyataan seperti itu merusak kesuciannya Alkitab. Mereka mencoba untuk menjadi lebih bijaksana daripada Allah. Oh, betapa banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen di gereja yang mengira dirinya bisa lebih bijaksana daripada Allah dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang tidak disimpulkan-Nya. Allah memang memberi kita keharusan untuk melakukan berbagai hal ini.

Berbagai perintah itu, 431 perintah di antaranya, tidak muncul di sana secara kebetulan. Semuanya itu sebagai tanda bagi jiwa kita untuk melihat bagaimana kita melakukannya dalam proses pembaruan yang lebih mendalam. Perintah-perintah ini membantu kita; tidak menghalangi. Roh Kudus menggunakan perintah khusus, seperti misalnya ”berilah tumpangan”,”janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu”, ”jauhkanlah dirimu dari percabulan”, dan 400 perintah lainnya — sebagai tes lakmus untuk melihat apakah upaya pembaruan kita, pada kenyataannya, telah menghasilkan buah yang baik.

Jadi, kata penutup untuk si pemuda ini adalah: ”Puji Tuhan karena Anda mau menyenangkan Tuhan dan ingin mendengar, ’Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan setia.’ Puji Tuhan karena Anda mau taat dan ingin menyenangkan Tuhan melalui perbuatan Anda. Saya tidak ingin Anda mengabaikan berbagai hal yang spesifik dalam PB.”

Namun, saya ingin Anda berhenti sejenak dan menyadari bahwa terfokus pada hal-hal yang spesifik saja adalah sia-sia; karena ada terlalu banyak yang spesifik. Biarlah keindahan Kristus, kebesaran karya-Nya, betapa berharganya janji-Nya yang spektakuler, dan kuasa Roh Kudus yang mengerjakan karya pembaharuan yang sejati dalam hidupnya Anda. Kemudian, biarlah usaha Anda dalam berfokus pada hal-hal yang spesifik ini menjadi cara untuk mengukur temperatur pembaruannya Anda.

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul 'How Do I Know If I’m Doing Enough for God.'

You may also like...

Tinggalkan Balasan