Bagaimana Saya Mengatasi Rasa Takut terhadap Virus Corona

20 Maret 2020
Wawancara dengan John Piper
Pendiri & Pengajar, desiringGod.org

Transkrip Audio

Selamat datang dalam episode khusus podcast Tanya Pendeta John. Tampaknya, ini saat yang tepat untuk membahas beberapa aspek dari pandemi virus corona yang sedang terjadi di sini. Sepertinya tidak banyak perhatian yang diberikan untuk hal ini. Namun, menurut saya ada beberapa aspek yang perlu kita bahas berdasarkan apa yang Anda, para pendengar, sudah sampaikan kepada kami melalui email selama beberapa hari belakangan ini.

Namun, sebelumnya, Pendeta John, saya rasa banyak orang yang ingin tahu keadaan Anda secara fisik selama pandemi ini. Saya rasa Anda banyak tinggal di rumah saja ya?

Kami banyak tinggal di rumah saja.

Ya, siapa sangka? Pada 20 Desember 2006, saya pikir saya baik-baik saja. Pada 21 Desember 2006, saya divonis terkena kanker. Jadi, saya juga tidak tahu bagaimana keadaan saya pada saat ini. Namun, saya merasa baik-baik saja. Menurut saya, kami tidak sakit. Saya tidak berharap kami akan sakit. Namun, Allah yang berkuasa.

Tentu saja, ibadah jadi berbeda. Gereja Baptis Bethlehem mengadakan ibadah secara online. Dua hari Minggu yang lalu, kami beribadah bersama sepuluh orang. Kami bernyanyi di ruang bawah tanahnya Livingston dan menonton livestream kebaktian. Kali ini, hanya ada saya dan Noel. Tahu tidak, kalau ada sepasang suami dan istri yang belum pernah duduk di dua kursi sambil berbakti bersama jemaat di gerejanya dan bernyanyi sendirian, maka mereka harus mencobanya. Itu akan menyenangkan kalau Anda bisa mengatasi rasa malunya. Inilah istri saya: tulang dari tulang saya, daging dari daging saya. Jika Anda bisa mengatasi ini, maka hal itu akan terasa menyenangkan. Itu memang menyenangkan.

Ya, jadi berbeda. Treadmill saya tidak berubah. Masih dilakukan di loteng rumah. Saya masih melakukan jenis olahraga yang sama seperti yang selalu dilakukan. Saya melakukan banyak konferensi video. Saya melakukan konferensi video dengan orang-orang dari T4G hari ini. Saya melakukan konferensi video dengan tim kepemimpinan – bersama Anda, Tony – di internet; melakukan video Zoom kita. Saya telah menyelesaikan enam puluh episode Lihat Kitab Ini hingga pasal pertamanya Surat Efesus. Jadi, kami tidak sedang bermain-main di sini.

Namun, ini memang membangunkan. Saya ingin supaya orang betul-betul menyadari mengenai hal ini dan tidak menganggapnya sepele karena saya menganggap Allah yang memegang kontrol. Dia sedang mengatakan sesuatu. Kita perlu bertanya, ”Apa yang Allah sedang coba katakan?” Karena Dia yang memegang kendali. Dia tidak melakukan hal-hal seperti ini secara sembarangan. Dia punya tujuan. Saya sangat memercayai Dia dan ingin memahami apa yang Dia ingin kita katakan.

Amin. Begitu banyak pekerjaan di Desiring God (DG) yang terus berjalan seperti biasa bagi kami, bahkan dalam masa pandemi ini. Jelas, kami tidak bisa bepergian. Itu adalah perubahan terbesar sejauh ini. Saya baru saja menyelesaikan serangkaian perjalanan, mengajar di Frisco, Texas, dan kemudian di Austin dan hari ini persis dua minggu yang lalu saya berada di Seattle, saat kota itu ditutup. Perjalanan utama Anda ke Asia Tenggara juga dibatalkan karena semua ini.

Ya, itulah mengapa sebabnya saya merekam begitu banyak episode Lihatlah Kitab Ini karena kami berkata, “Ok, mari kita membuat lebih banyak episode Lihatlah Kitab Ini ketika kita seharusnya sedang berada di Asia.

Senang mendengar bahwa Anda dan Noel sehat. Kami di sini juga sehat. Keluarga kami sehat, dan segala sesuatunya tampaknya berjalan dengan baik, setidaknya dari luar kelihatannya begitu.

Seperti yang Anda ketahui, ada ketakutan yang luar biasa saat ini, Pendeta John. Kami melihatnya dari banyak email yang masuk dari para pendengar di AS. Berita utamanya buruk: Indeks Dow tampaknya turun seribu poin per hari. Pasar konsumen sebagian besar telah membeku. Maskapai penerbangan melambat dan mungkin akan segera berhenti. Seiring dengan penghentian itu, pendapatan juga hilang bahkan pekerjaan juga hilang. Kami baru mendengar kabar dari mitra DG, para donor kami, yang dihadapkan pada masalah baru di pasar, menghadapi penutupan, ketidakmampuan untuk bekerja seperti biasa, dan bahkan realitas pahit karena sekarang terpaksa menghentikan karyawan yang tidak dapat mereka pekerjakan. 

Sementara itu di TV, politisi mengadakan konferensi pers langsung sepanjang hari dengan berita terbaru, dengan statistik infeksi, dan meyakinkan orang agar tetap tinggal di rumah. Wabah virus terus melonjak di Italia, Spanyol, Jerman, dan juga bergerak semakin dekat ke negara bagian kita seperti New York dan New Jersey. Sekarang ada kasus di setiap negara bagian di Amerika, dan rumah sakit kita mulai merasakan ada lonjakan pasien. Warga yang lebih tua tahu bahwa mereka adalah target utama. Virus tersebut menyebabkan kegagalan paru-paru pada penduduk yang lebih muda lebih dari yang diperkirakan sebelumnya. Lansia stres. Orang dewasa dari segala usia mengalami stres. Anak-anak stres. Orangtua stres. Pemilik bisnis  stres. Ayah yang mencari nafkah stres. Sedikit dari kita yang tahu apakah virus ini akan menjangkiti kita secara pribadi. Tapi akibat berantainya telah memengaruhi kita semua. Dan sekarang kita diberitahu bahwa ini semua bisa berlangsung selama berbulan-bulan.

Jadi, untuk para pendengar yang saat ini sedang mengalami perjuangan iman, dan saat ini sedang berjuang melawan ketakutan – secara fisik atau keuangan – apa yang akan Anda katakan kepada mereka, Pendeta John?

Kedamaian yang Tak Terguncangkan

Ketika saya memikirkan betapa berharganya (sebuah pengalaman yang berharga) ketika kita terbebas dari rasa takut dan kecemasan; ketika kita dipenuhi dengan kedamaian; ketenangan dalam menghadapi bahaya, pertanyaan saya adalah: Siapakah yang dapat memiliki kebebasan dari rasa takut yang terjamin; yang memiliki landasan yang kokoh; yang bisa dibenarkan; yang dianugerahi oleh Allah? Termasuk kebebasan dari rasa cemas yang ditopang Allah? Yang memiliki rasa damai yang tak tergoyahkan serta rasa berkecukupan yang manis-dan-tetap? Siapa yang bisa mengklaim harta ini? Dalam firman Allah sangatlah jelas bahwa Allah yang memerintahkan dan menawarkan kehidupan tanpa rasa takut dan kehidupan yang dipenuhi dengan damai sejahtera.

”Allah adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (Ibr. 13:6).

”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Fil. 4:6-7).

“Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” [termasuk ketika ada atau tidaknya virus corona] (Fil. 4:11).

Tidak ada rasa takut. Tidak ada rasa cemas. Hanya ada kedamaian yang melampaui segala akal; rasa bercukupan yang melampaui segala akal dalam setiap keadaan, baik susah maupun senang. Itulah yang ditawarkan Allah. Pertanyaannya adalah: ”Kepada siapakah pengalaman tidak mengenal rasa takut dan memiliki damai sejahtera yang melampaui segala akal yang luar biasa itu diberikan?”

Berakar Pada Realitas

Dengan kata lain, dalam situasi pandemi atau tidak, saya tidak tertarik pada pengalaman psikologis yang mencerminkan rasa tak kenal takut dan rasa berkecukupan yang tidak berdasarkan pada kenyataan. Tujuan hidup kita bukanlah memiliki pikiran psikologis yang manis tanpa didasari pada kenyataan. Tujuannya adalah memiliki kebahagiaan psikologis, spiritual dan fisik bagi diri kita sendiri, dan pada orang lain melalui kita, berdasarkan kenyataan yang berasal dari Penciptanya kita. Itu akan menjadi kebenaran hingga jutaan tahun mendatang. Itulah satu-satunya jenis tak kenal takut dan rasa berkecukupan yang saya mau cari tahu.

Jadi, rasa tak kenal takut yang Anda lihat di film, di mana ada seorang pahlawan angkuh yang tetap tenang dalam situasi berbahaya dan kemudian memamerkan keberanian mereka, itu sama sekali tidak menarik bagi saya. Tidak satu pun – karena semuanya itu tidak berdasarkan kenyataan.

  • Allah itu nyata.
  • Dosa itu nyata.
  • Neraka itu nyata.
  • Yesus Kristus itu nyata.
  • Darah yang ditumpahkan-Nya di atas kayu salib itu nyata.
  • Roh Kudus itu nyata.
  • Iman dan tidak beriman itu nyata.
  • Surga itu nyata.
  • Jiwa manusia yang akan berada di surga atau neraka untuk selama-selamanya itu nyata.

Itu adalah berbagai kenyataan agung dari alam semesta ini. Tidak ada rasa tak kenal takut yang Anda tonton di film yang berdasarkan pada salah satu dari kenyataan tersebut. Oleh karena itu, yang seperti itu tidak ada gunanya untuk dikagumi atau diingini.

Ketakutan Membongkar Fondasi Kita

Apa yang Allah lakukan – di antara sejuta hal lainnya – pada masa pandemi virus corona ini adalah menekankan mengenai kenyataan. Salah satu tes lakmus tentang apakah hidup Anda didasarkan pada kenyataan atau pada pilar fatamorgana yang mengabaikan Allah, yang menopang kuil budaya sekularisme, adalah rasa takut. Ketakutan adalah ujian terhadap fondasi hidupnya Anda. Oh, betapa berharganya anugerah yang diberikan Allah ketika kita diijinkan mengetahui, ketika kita masih memiliki waktu, kalau pilar yang menopang rasa damai sejahtera kita berlubang dan terbuat dari bubur kertas. Itu adalah sebuah anugerah.

Saya tidak ingin langsung berkata, ”Karena Anda bertanya kepada saya tentang rasa takut, maka: ’Kalian jangan takut! Kalian jangan takut! Kalian jangan takut!’”.  Yang saya tahu, orang-orang yang mendengarkan ini seharusnya merasa takut karena pilar yang kehidupan mereka terbuat dari bubur kertas. Hidupnya mereka tidak berdasarkan realitas. Saya tidak tahu. Saya ingin menolong supaya tidak menjadi seperti itu.

Ada berbagai alasan yang mulia; yang kokoh-seperti-batu; yang tidak dapat dihancurkan; yang pasti; yang mendasar bagi kita untuk tidak merasa takut terhadap akibat yang dapat ditimbulkan virus corona terhadap kesehatan, bisnis, atau keluarganya Anda; atau terhadap perekonomian, peradaban Barat, roda sejarah seperti yang kita ketahui selama ini. Ada berbagai dasar yang diletakkan pada kenyataan yang membuat kita tidak perlu merasa takut.

Jadi, pertanyaan saya adalah: ”Siapakah yang dapat memiliki kebebasan dari rasa takut yang terjamin; yang memiliki landasan yang kokoh; yang bisa dibenarkan; yang dianugerahi oleh Allah? Termasuk kebebasan dari rasa cemas yang ditopang Allah? Yang memiliki rasa berkecukupan yang manis-dan-tetap? Jawabannya diberikan dalam satu ayat – salah satu janji yang paling luas, lengkap, menenangkan, berharga, dan terkenal di dalam Alkitab: ”Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil  sesuai dengan rencana Allah” (Rom. 8:28).

Siapakah yang seharusnya menikmati rasa tidak-takut dan damai, yang menjadi hal yang benar-benar segalanya pada masa pandemi virus corona ini, yang turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan kekal bagi mereka? Jawabannya: ”Mereka yang mengasihi Allah dan mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.”

Ini merupakan salah satu dari sepuluh ribu hal yang dilakukan Allah melalui virus yang mengerikan ini. Dia sedang berkata kepada dunia dan kepada kita mengenai apa yang dikatakan-Nya kepada Petrus dalam Injil Yohanes 21:16: ”Apakah engkau mengasihi Aku?” Itulah yang dikatakan-Nya. Yesus membuatnya lebih jelas dalam Injiil Matius 10:37. Ia seolah-olah bertanya: ”Apakah kamu mengasihi aku lebih dari apa pun? Lebih dari ini? Lebih dari ibu atau bapamu, anakmu laki-laki atau perempuan?”

Kedua, Dia menyatakan apa yang ingin dikatakan-Nya melalui Rasul Petrus dalam Surat 2 Petrus 1:10: ”Berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.” Virus corona adalah sebuah pertanyaan yang membangunkan dunia, terutama bagi umat Kristen: ”Apakah hidup Anda merupakan sebuah konfirmasi bahwa Allah memang telah memanggil Anda keluar dari kegelapan ke dalam cahaya-Nya yang luar biasa?” Mereka adalah orang-orang – yang terpanggil dan yang mengasihi  Allah – yang memiliki sebuah jaminan; sebuah dasar; sebuah landasan pada kenyyataan untuk tidak merasa takut yang diteguhkan oleh kedamaian-yang-tak-terguncangkan.

Apa yang Tidak Dapat Diambil oleh Virus

Surat Roma pasal 8 – pasal delapan yang luar biasa – adalah sebuah pasal yang menurut saya harus dihafalkan oleh semua orang dalam masa isolasi. Saran saya: ”Melakukan hal itu  merupakan cara terbaik dalam memanfaatkan waktu Anda.” Surat Roma 8 ini memberikan dasar yang kuat bagi seseorang untuk tidak mengenal rasa takut, lebih dari apa pun yang ada di dunia ini – lebih dari apa pun yang ditawarkan dunia. Saya akan menyatakan empat poin:

1. Bagi mereka yang terpanggil, yang mengasihi Allah di dalam Yesus Kristus, semua penghukuman-Nya Allah terhadap Anda telah diletakkan pada Yesus. Sekarang tidak ada lagi penghukuman – tidak ada hukuman – bagi mereka yang berada di dalam Kristus: ”dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging” (Rom. 8:3). Penghukuman bagi mereka yang berada di dalam Kristus sudah berakhir. Itu sudah terjadi di Kalvari. Luar biasa.

2. Kerelaan Allah untuk mengorbankan Putra tunggal-Nya bagi orang-orang yang terpanggil, yang mengasihi-Nya, memiliki arti kalau Dia tidak hanya mati untuk menggantikan mereka, tetapi juga tidak akan menahan apa pun untuk kebaikan kekal mereka. ”Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Rom. 8:32). Jadi, semua yang kita butuhkan untuk memuliakan Allah dan untuk memiliki sukacita abadi, sudah dijamin-Nya di atas kayu salib untuk kita selama masa pandemi virus corona ini.

3. Tak seorang pun yang dipanggil oleh Allah akan gagal mencapai kemuliaan kekal. Ada sebuah rantai emas, rantai komitmen perjanjian yang tak terpatahkan, bahwa Allah akan memelihara orang yang dipanggil-Nya untuk selama-lamanya. ”Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya (Rom. 8: 30). Yang terpanggil tidak akan hilang – untuk selama-lamanya.

4. Akhirnya, inilah arti dari semua ini: ”Baik kesengsaraan maupun kesusahan, baik penganiayaan maupun kelaparan atau ketelanjangan, baik bahaya maupun pedang, baik virus corona maupun keruntuhan ekonomi, baik anarki total maupun akhir dunia, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.” Termasuk kematian – khususnya kematian – karena Surat Roma 8:36 menyatakan, ”Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari.”

Tidak masalah apakah kita berada dalam bahaya virus corona atau massa anti-Kristen. Tidak ada yang bisa ”memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus” (Rom. 8:39). ”Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”  (Rom. 8:37). Oleh karena itu, orang Kristen – oleh karena itu, orang Kristen – orang Kristen orang yang mengasihi Allah, keluarlah dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang luar biasa. Angkat kepalamu. Taruh nyanyian pujian di mulutmu. Kasihilah sesamamu. Jangan takut.

Itu adalah beberapa pilar yang kokoh seperti batu yang berada di bawah kehidupan orang-orang Kristen. Terima kasih, Pendeta John. Ya, “betapa berharganya anugerah yang diberikan Allah ketika kita diijinkan mengetahui, ketika kita masih memiliki waktu, kalau pilar yang menopang rasa damai sejahtera kita berlubang dan terbuat dari bubur kertas”. Kata-kata yang luar biasa dalam masa pandemi ini.

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul 'How Do I Fight My Coronavirus Fears?.'

You may also like...

Tinggalkan Balasan