29 Januari 2016 Artikel oleh Jon Bloom Staf penulis desiringGod.org
Keintiman dengan Allah tersedia untuk Anda. Kita bisa mengaksesnya sebagai janji Allah. Undangan Allah bagi Anda untuk menikmati persekutuan yang intim dengan-Nya adalah hal yang menguji iman Anda lebih dari apa pun (Yak. 1:2-4).
Inti dari Keintiman
Keintiman adalah apa yang kita sebut sebagai pengalaman sungguh-sungguh mengenal-dan-dikenal oleh orang lain. Kita sering menggunakan bahasa spasial ketika menggambarkan pengalaman ini. Teman-yang-intim adalah seseorang yang kita kenal dekat; mereka mengenal kita secara mendalam. Jika terjadi sesuatu yang merusak keintiman kita, mereka merasa jauh dari kita. Atau, mereka yang tidak mengenal kita secara intim adalah mereka yang mengenal kita secara dangkal.
Namun, keintiman tentu saja bukanlah mengenai spasial, melainkan relasional. Kita semua tahu seperti apa rasanya duduk di sebelah seseorang, tetapi rasanya jauh. Kita bisa merasa dekat dengan seseorang yang jauhnya ribuan kilometer dari kita.
Apa yang membuat kita merasa intim dengan orang lain? Meskipun ada banyak hal yang membentuk keintiman (dan setiap hubungan intim yang kita miliki mempunyai resep yang berbeda), ada hal yang sama dari semuanya, yaitu kepercayaan. Kita tidak bisa intim dengan seseorang yang tidak bisa kita percayai.
Kepercayaan adalah inti dari keintiman. Semakin kita mempercayai seseorang, semakin kita mengizinkan mereka mendekati kita. Sejauh mana kepercayaan dikompromikan dalam sebuah hubungan, sejauh itu pula keintiman akan menguap.
Inti dari Keintiman dengan Allah
Sama halnya dalam hubungan kita dengan Allah dan dalam hubungan kita dengan manusia. Pengalaman kita dekat atau jauh dari Allah bukanlah deskripsi kedekatan-Nya secara nyata dengan kita, melainkan pengalaman keintiman kita dengan-Nya. Kitab Suci menunjukkan kepada kita bahwa Allah dekat dengan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Semakin kita memercayai Allah, semakin kita intim dengannya. Rasa jauh dari-Nya sering kali disebabkan oleh terganggunya kepercayaan; seperti misalnya karena dosa atau kekecewaan.
Realitas ini penting untuk dipahami. Sebagai orang Kristen, kita ingin mengalami keintiman dengan Allah. Bersama dengan pemazmur kita berkata, ”aku suka dekat pada Allah” (Maz. 73:28). Kita ingin memperhatikan nasihat Yakobus dan memahami janjinya: ”Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu” (Yak. 4:8). Namun, kita malah bisa mencari keintiman itu melalui cara-cara yang tidak menghasilkan kedekatan.
Keintiman Itu Lebih dari Pengetahuan
Satu kesalahan yang umum adalah berpikir bahwa kedekatan dengan Allah bisa dicapai lewat akumulasi pengetahuan. Tentu saja, untuk mengenal Allah secara intim, kita harus mengetahui hal-hal yang penting tentang Allah. Yesus berkata, ”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32). Dia juga berkata bahwa banyak orang yang menyembah apa yang tidak mereka kenal (Yoh. 4:22).
Dalam sejarah gereja Kristen, tidak pernah tersedia pengetahuan teologi bagi banyak orang seperti pada masa sekarang. Gereja Amerika mungkin menikmati jumlah yang terbesar dalam kelimpahan ini. Kami dibanjiri berbagai terjemahan Alkitab, buku-buku yang bagus, artikel yang berwawasan luas, rekaman khotbah, wawancara, film, dokumenter, musik, dan masih banyak hal lainnya lagi. Sebagian besar sangatlah bagus isinya. Adalah tepat bagi kami untuk sangat bersyukur.
Namun, Amerika tidak dilimpahi dengan para Henokh (atau menemukan mereka seringkali menghilang), orang percaya yang berjalan dengan Allah dengan cara yang sangat intim (Kej. 5:24; Ibr. 11:5). Mengapa? Karena pengetahuan tidak sama dengan beriman-percaya. Itu sebabnya Yesus seolah-olah berkata pada para pemimpin gereja hari ini, beberapa orang yang terobsesi pada ensiklopedia pengetahuan Kitab Suci,
”Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yoh. 5:39-40).
Pengetahuan Alkitab jauh lebih baik daripada emas ketika hal itu mendorong keintiman kita dengan Allah (Maz. 19:10). Namun, ketika pengetahuan Alkitab menggantikan kepercayaan kita pada Allah, itu hanya membuat kita sombong (1Kor. 8:1).
Mengapa Pengalaman Estetik Gagal
Kesalahan umum yang lain adalah mencoba meraih keintiman dengan Allah melalui pengalaman estetik yang subjektif. Kita mungkin menyebutnya pendekatan “Field of Dreams”, yaitu ketika kita membangun suasana yang benar, Allah akan “hadir”.
Beberapa orang mencoba melalui suasana yang sangat liturgis yang dirancang untuk mengilhami pengalaman transenden dan misteri. Yang lain mencoba lewat acara ibadah kontemporer yang dirancang untuk mengilhami sebuah pengalaman imanen. Yang lain mengejar kebangunan rohani; berpikir bahwa kedekatan dengan kuasa-Nya Allah akan menghasilkan kedekatan dengan Allah. Jika kita benar-benar memercayai Allah, suasana seperti itu memang bisa mendorong keintiman kita dengan Allah. Namun, dari semuanya itu, tidak satu pun yang secara inheren dapat menyulap kedekatan kita dengan Allah.
Pikirkan hal tersebut dengan analogi seperti ini. Makan malam dengan musik yang romatis bisa mendorong momen manis relasi yang intim antara suami dan istri, tetapi semuanya itu hanya sampai pada tingkat kalau suasana hanya bisa mendorong dan memperdalam rasa percaya dan cinta di antara mereka. Jika relasi di antara mereka berjarak/menjadi jauh karena kurangnya rasa percaya, estetik itu sendiri tidak mempunyai kekuatan untuk menjembatani jarak tersebut. Hanya kepercayaan yang dipulihkanlah yang bisa menjembataninya.
Bagaimana Kita Mendekat pada Allah
Rahasia untuk mendekat pada Allah dan membuat Dia mendekat pada kita dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab; kita mendekat kepada Allah melalui iman di dalam Kristus yang memberi kita jalan masuk kepada-Nya (Ibr. 4:14-16; 7:25; Fil. 3:9). Kita menaruh percaya kita pada ”janji-janji-Nya yang sangat besar dan berharga” yang mengatakan Amin bagi kita di dalam Kristus (2 Pet. 1:4; 2 Kor. 1:20, AYT)
Allah senang dengan iman kita; bukan prestasi kita. Di mana kurang adanya iman, Dia tidak disenangkan dengan kuantitas pengetahuan kita atau kualitas acara estetis kita.
Dan tanpa iman tidak mungkin kita menyenangkan Dia, karena siapa pun yang mendekat kepada Allah harus percaya bahwa Dia ada dan bahwa Dia memberi upah pada mereka yang mencari Dia (Ibr. 11:6).
Ketika Allah melihat seseorang sungguh-sungguh memercayai janji-Nya dan hidup berdasarkan janji-janji itu, maka Allah akan melimpahkan kekuatan-Nya pada orang tersebut (2 Taw. 16:9) dan menyatakan diri-Nya kepada orang itu:
“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya” (Yoh. 14:21).
Undangan Keintiman dari Allah
Allah menginginkan keintiman dengan Anda. Kristus sudah mengerjakan semua bagian yang berat di kayu salib untuk mewujudkannya. Dia hanya ingin agar Anda percaya kepada-Nya (Yoh. 14:1). Dia ingin Anda percaya kepada-Nya dengan segenap hatinya Anda (Ams. 3:5).
Berarti, undangan Allah untuk menikmati keintiman dengan-Nya adalah berupa pemeliharaan dalam kehidupan Anda yang menguji imannya Anda lebih dari apa pun. Hal yang paling harus Anda percayakan kepada Allah pada saat ini akan dipakai-Nya untuk menarik Anda pada-Nya.
Itu seperti sebuah undangan yang ingin ditolak oleh dagingnya Anda. Namun, jika Anda membaca Alkitab, bukankah awan besar dari para saksi (Ibr. 12:1) sepakat dengan Yakobus dan Petrus bahwa ujian yang terbesar terhadap iman adalah jalan menuju sukacita yang terbesar? (Yak. 1:2-4; 1 Petrus 1:8-9, AYT). Bukankah mereka sepakat dengan Paulus bahwa hal itu sebanding dengan sukacita pengenalan akan Kristus dan kemuliaan yang akan dinyatakan? (Fil. 3:8; Rom. 8:18).
Keintiman dengan Allah sering kali terjadi di tempat di mana kita harus paling percaya kepada-Nya. Surga di bumi adalah sukacita yang tak terlukiskan dan damai yang melampaui segala akal yang berasal dari memercayai Allah sepenuhnya (Fil. 4:6-7). Seperti yang dinyatakan seorang penulis lagu himne, ”siapa yang percaya kepada Dia sepenuhnya akan menemukan Dia benar sepenuhnya.”
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "HOW TO HAVE INTIMACY WITH GOD."