Neraka adalah realitas yang mengerikan dan luar biasa. Namun, ketika Kitab Suci berbicara [mengenai hal itu], para pendeta tidak boleh diam saja. Berikut adalah empat hal yang harus dikhotbahkan oleh para pendeta tentang neraka:
- Neraka itu nyata. Sudah menjadi ciri khas dari pengajaran-Nya Yesus untuk memperingatkan mengenai neraka, sama seperti Yesus yang menggambarkan mengenai berbagai hak istimewa di surga kelak. Menurut pengajaran-Nya Yesus dan seluruh isi Kitab Suci, neraka sama nyatanya dengan surga.
- Neraka itu mengerikan. Deskripsi Perjanjian Baru tentang neraka meliputi: kegelapan yang paling gelap; ratap dan kertak gigi; kebinasaan jiwa dan tubuh; api yang kekal, penghukuman; penderitaan dari murka-Nya Allah; kebinasaan kekal jauh dari hadirat Tuhan; kebinasaan; keterpisahan; dan kegelapan yang paling dahsyat. Apa yang harus dilakukan para pengkhotbah dengan bahasa seperti ini? Persis seperti apa yang dilakukan para pengkhotbah dengan istilah alkitabiah yang lainnya, yaitu menjelaskan dengan tepat apa maksudnya. Secara khusus, kata ”kekal” menggarisbawahi betapa pentingnya hal ini.
- Mereka yang tidak bertobat dari dosa-dosa mereka serta tidak beriman-percaya kepada Kristus akan menghabiskan kekekalan di neraka. Alkitab mengajarkan bahwa mereka yang tidak beriman-percaya kepada Kristus akan menderita murka-Nya Allah di neraka untuk selama-lamanya. Para pendeta tidak boleh melunakkan kenyataan pahit ini atas nama belas kasihan yang palsu.
- Yang terpenting, dalam menguraikan dan menerapkan pengajaran yang alkitabiah tentang neraka, kita harus menekankan bahwa ada jalan keselamatan. Injil bukanlah pesan tentang neraka. Namun, seseorang tidak dapat setia pada Kitab Suci tanpa mengkhotbahkannya karena alasan sederhana bahwa Injil itu sendiri tidak dapat dipahami jika terpisah dari realitasnya. Singkatnya, Injil adalah mengenai ini: Kristus mengambil tempat kita; menanggung dosa kita; mati menggantikan kematiannya kita — agar kita dapat mengambil bagian dalam tempat-Nya; dibenarkan dalam kebenaran-Nya; merasakan pembenaran-Nya; dan mengalami hidup-Nya.
(Materi ini diadaptasi dari bab Sinclair Ferguson, “The Preacher and Hell,” dalam Christopher W. Morgan dan Robert A. Peterson, eds., Hell Under Fire [Zondervan, 2004])
Artikel ini diterjemahkan dari “What should pastors preach about hell?“