6 Februari 2015 Artikel oleh Marshall Segal Staff Penulis, desiringGod.org
Manakah yang lebih berbahaya bagi jiwanya manusia – uang atau teologi?
Uang adalah jawaban yang mudah. Paulus memperingatkan kita, ”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim. 6:10). Hargailah uang (dan apa yang bisa dibeli dengannya) lebih daripada menghargai Allah, maka uang akan merampas Anda dari Allah dan memberi Anda sakit yang mengerikan dan tidak berkesudahan, yaitu terpisah dari-Nya.
Yesus sendiri berkata, ”Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Mat. 6:24; lihat juga Ibr. 13:5). Allah dalam Kekristenan dan ilah uang sangat bertentangan. Mereka tidak bisa bersatu di dalam hati manusia. Jika Anda mendapati diri Anda sedang melayani uang – menghabiskan waktu dan energi Anda sekadar untuk bekerja, mengumpulkan dan menghabiskan uang – maka Anda tidak sedang melayani Allah berdasarkan definisi itu.
Namun, apakah uang secara rohani lebih berbahaya daripada teologi? Jawabannya mungkin lebih sulit daripada yang kita pikirkan, khususnya dalam gereja Amerika yang berpendidikan dan yang sudah mati rasa karena kenyamanan akan kekayaan mereka. Uang adalah ilah-yang-berwujud karena bisa dihitung dan sering terlihat.
Teologi, di sisi lain – jika dipisahkan dari pengenalan akan Allah yang sungguh-sungguh dan pengalaman menikmati Allah itu sendiri – bisa menjadi ilah rohani yang menenangkan, halus, dan dangkal. Keduanya mematikan, tetapi yang satu ini meninabobokan kita melalui keyakinan-dan-kelegaan dalam Allah yang tampak dari luar sebagai sesuatu yang membanggakan dan intelek. Teologi akan membunuh Anda jika ia tidak membangkitkan kasihnya Anda yang mendalam-dan-abadi bagi Allah dalam Alkitab; jika ia tidak menimbulkan keinginan Anda untuk memuliakan-Nya.
Teologi yang Baik Adalah Satu-Satunya Jalan Menuju Allah
Saya suka teologi dan Anda seharusnya juga suka. Satu tujuan hidup-dan-pelayanannya Paulus adalah mengenal Kristus dan Dia yang disalibkan (untuk mengenal teologi Kristen). Ia ingin mengenal Allah-dalam-Kristus dengan sebenar-benarnya dan selengkap-lengkapnya dengan semua implikasi atas apa pun yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukannya (1 Kor 2:2). Anda tidak bisa membaca surat-surat Paulus dan tidak menyimpulkan bahwa teologi adalah detak jantungnya. Dia hidup untuk mengetahui tentang Allah yang tidak dapat diselami ini sebanyak mungkin. Dia siap mati untuk kebenaran tersebut.
Mazmur 119 adalah sebuah surat cinta yang penuh semangat tentang pernyataan diri Allah dalam Firman-Nya. Apa yang kita ketahui tentang Allah dari Alkitab sangat luar biasa; tidak habis-habisnya karena bermanfaat untuk mengajar, menegur, mengoreksi, mendidik dalam kebenaran dan kehidupan (2 Tim. 3:16; Yoh. 6:68).
Tanpa teologi, kita tidak akan mengenal Allah – secara harfiah dan rohani. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai larangan atas teologi, tetapi menyerukan mengenai kehati-hatian dan sebuah bentuk wanti-wanti terhadap teologi. Pengetahuan-tentang-Allah dapat menggantikan pengenalan-yang-otentik terhadap Allah sehingga menghancurkan diri kita sendiri, khususnya bagi mereka yang dibentuk-dan-diyakinkan oleh teologi. Kita semua seharusnya ingin supaya teologi kita tidak hanya benar, tetapi juga dipenuhi Roh Kudus dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita.
Pembaca yang Terbaik Dapat Menjadi Pendengar yang Terburuk
Orang-orang Farisi melawan Yesus dalam setiap kesempatan. Mereka meragukan bahkan sangat membenci apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus, serta berulang kali mencoba menjebak-Nya dalam kebohongan atau ketidakkonsistenan. Mereka sudah membaca firman Allah berulang-ulang. Mereka mengenal kitab itu dengan sangat baik – atau seperti itulah kelihatannya – namun mereka tidak tahu kalau Firman-yang-hidup sedang bernafas dan berbicara di hadapan mereka – Firman yang melalui-Nya segala sesuatu dijadikan dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan (Yoh. 1:3). Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh. 1:14). Firman itu adalah gambaran Allah yang sempurna dan yang menopang alam semesta dengan firman-Nya (Ibr. 1:3).
Markus menceritakan salah satu konfrontasi antara Yesus dengan mereka yang disebut para ahli agama pada zaman itu. “Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: “Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” (Mrk 7:5). Kita tahu bahwa ini bukanlah kerendahan hati dan rasa ingin tahu yang tulus dari orang Farisi (Mat. 12:14; 22:15). Ini adalah sebuah permusuhan – sebuah upaya untuk menjatuhkan-dan-mempermalukan Anak Allah.
Mereka sangat percaya diri dengan teologi mereka sehingga sampai mengonfrontasi Kristus sendiri. Mereka mencoba menekan Yesus di bawah teologi mereka yang seberat bulu dan sedalam kolam renang anak-anak tersebut. Padahal, Yesus merupakan penggenapan-dan-inti dari berbagai halaman yang dibaca mereka. Mereka menantang pemahaman Allah tentang Allah sendiri. Pendidikan dan harga diri mereka – pengetahuan dan keyakinan mereka terhadap sistem mereka sendiri – telah membutakan mereka terhadap gambar-dan-suara Allah sendiri. Mereka tahu banyak tentang Allah – namun sedikit sekali mengenal Allah.
Orang yang Melek Huruf pun Perlu Belajar Membaca
Yesus menanggapi ketidaktahuan dan kritik mereka yang membunuh itu dengan Kitab Suci yang tampaknya diketahui mereka dengan sangat baik. ”Jawab-Nya kepada mereka: ’Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku” (Mrk. 7:6). Munafik, menurut Yesus, adalah memutuskan hubungan antara pengetahuan-tentang-Allah dengan kasih-yang-sejati-untuk-Allah. Kemunafikan bukan hanya tentang ketidaktaatan kepada Kitab Suci – karena orang Farisi jelas dianggap “taat” – melainkan juga tentang gambaran yang tidak tepat akan Allah dalam Alkitab. Anda bisa tahu tentang Dia dan tidak mengenal Dia. Mungkin itu posisi yang paling berbahaya di dunia – sekalipun terasa nyaman, aman, dan memiliki banyak informasi.
Yesus melanjutkan perkataan-Nya, ”Perintah Allah kamu abaikan [sebuah kutukan yang mengerikan dan menakutkan] untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Mrk 7:8). Anda telah menukar kebenaran-tentang-Allah dengan gambaran kebenaran yang dibuat oleh pikirannya Anda sendiri. Anda mencintai apa yang Anda pelajari tentang Allah melebihi dari mencintai Allah itu sendiri. Anda memercayai pengetahuan dan ketaatannya Anda lebih dari firman-Nya Allah. ”Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri” (Mat. 15:6).
Anda Bisa Mempersembahkan Teologi Juga
Jadi, kita memang seharusnya takut terhadap uang ketika uang membawa hati-dan-kesetiaan kita menjauh dari Allah. Kita juga seharusnya takut terhadap sistem teologi kita ketika hal tersebut secara halus melakukan hal yang sama. Dalam disiplin belajar kita yang baik tentang Allah – membaca, bertanya, mendengar, menulis – kita harus membangun kebiasaan untuk menghargai-dan-menyembah Dia juga. Berkomitmenlah untuk memiliki teologi-yang-benar, tetapi berkomitmenlah juga untuk memiliki teologi-yang-hangat – keintiman yang terus bertumbuh dengan-Nya; kerendahan hati di hadapan Allah; dan ketulusan dengan Allah. Jangan mempelajari Kitab Suci hanya untuk soteriologi, tetapi carilah keselamatan – hidup kekal – yang hanya ditemukan di dalam daging, darah dan pribadi Yesus Kristus (Yoh. 5:39).
Persembahkanlah teologinya Anda. Sama seperti semua uang adalah milik-Nya Allah, maka semua teologi-yang-baik adalah milik-Nya Allah juga – karena semua tentang Dia, dari Dia, dan untuk Dia. Minggu demi minggu, kita memberikan sepuluh persen (atau lebih) dari uang kita untuk menunjukkan rasa syukur, iman dan sukacita kita kepada Allah. Juga, untuk mengatakan bahwa semua ini memang adalah milik-Nya. Demikian juga, secara teratur kita perlu merespon Allah dalam penyembahan ketika kita belajar tentang Dia lebih mendalam. Carilah setiap kesempatan untuk menawarkan apa yang sudah kita lihat tentang Allah untuk dikembalikan kepada-Nya melalui doa dan penyembahan.
Berhentilah sejenak. Berdoalah dengan menggunakan firman Allah tentang Allah mengenai bagaimana mengembalikan ini semua pada-Nya. Menulis jurnal adalah sebuah cara untuk menstimulasi hatinya Anda tentang berbagai hal yang mulai dimengerti pikiran Anda. Taruhlah kebenaran yang Anda pelajari pada mulutnya Anda supaya bisa didengar dan disukai oleh orang lain – bagikanlah dengan seseorang. Pemazmur menanggapi pengenalan yang lebih dalam lagi akan Allah dan kasih-Nya dalam Mazmur 63: “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau… Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji” (Maz. 63:4,6)
Kita tidak akan pernah benar-benar merasa puas mengetahui Allah. Kita perlu mengenal Dia. Jika dikotomi itu tidak masuk akal bagi Anda, maka waspadalah. Mengetahui fakta tentang Allah tanpa memiliki perasaan bagi-Nya dan memiliki persekutuan dengan-Nya – tanpa memiliki sebuah perasaan bahwa Anda adalah putra atau putri-Nya Allah yang dipilih, ditebus dan dikenal – akan menghasilkan perasaan yang palsu akan kasih Allah dan rasa aman yang palsu. Namun, fakta tentang Allah juga bisa membawa Anda semakin lebih dekat pada-Nya.Anda memang tidak bisa melayani Allah dan teologi, tetapi Anda bisa melayani, mengasihi dan menghargai Allah dengan teologi-yang-baik.
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "You Cannot Serve Both God and Theology."