Anda Punya Waktu untuk Duduk Bersama Allah

2 September 2021
Artikel oleh Marshall Segal
Staf penulis
, desiringGod.org

Ketika kita berhenti mengingat bahwa Allah itu ada — bahwa Dia yang menciptakan semua yang ada dari ketiadaan; menopang semua yang kita ketahui, dari waktu ke waktu, hanya dengan sepatah kata dari mulut-Nya; memerintah setiap pemerintahan di bumi; masuk ke dalam dunia ciptaan-Nya, menjadi manusia, menanggung berbagai kelemahan dan pencobaan, dimusuhi sampai mati, bahkan mati di kayu salib, semuanya itu untuk melimpahi kita dengan belas kasihan, membersihkan kita dari dosa kita, dan menjamin kekekalan kita bersama-Nya dalam surga — sungguh menakjubkan kalau kita sampai mengabaikan dan tidak memedulikan-Nya.

Bukankah menakjubkan bahwa Allah sudah ada sebelum dimensi waktu ada? Namun, terkadang kita malahan bergumul untuk menyediakan waktu  sepuluh menit saja bagi-Nya? Bukankah membingungkan, hampir gila, bahwa kita terkadang lebih suka mengalihkan perhatian kita pada telepon daripada memanfaatkan jalan masuk kita ke takhta kasih karunia-Nya dalam Kristus? Bukankah memang tidak dapat dijelaskan alasan mengapa seringnya kita hidup seolah-olah tidak punya waktu untuk duduk-dan-menikmati Tuhan?

Ini terasa menakjubkan, mengherankan, dan membingungkan, namun sangat familier. Setiap orang yang telah mengikut Yesus tahu bagaimana rasanya perhatian kita teralihkan ketika mengikut Yesus.  Itu berarti kita semua, kita masing-masing, bisa bersimpati pada Marta yang sedang khawatir. 

Teralihkan oleh Ketakutan

Ketika Marta melihat bahwa Yesus telah datang ke kota, dia menyambutnya di rumah di mana dia dan saudara perempuannya tinggal (Luk. 10:38). Ketika Maria melihat Yesus, dia segera duduk dekat kaki-Nya dan terus mendengarkan perkataan-Nya (Luk. 10:39). Namun, Lukas menuliskan, “sedang Marta sibuk sekali melayani” (Luk. 10:40).

Sebagai pujian baginya, Marta tidak teralihkan oleh sedikit perkara, tetapi oleh banyak perkara. Sulit bagi kita untuk terlalu mengecam Marta. Dia menjadi tuan rumah bagi Sang Mesias —Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai — dan dia menyiapkan makanan sendirian. Maria menyadari siapa Yesus dan duduk mendengarkan-Nya. Marta menyadari siapa Yesus dan melakukan apa saja yang dia sanggup untuk Yesus. 

Hal melayani itu memang bukanlah merupakan sebuah masalah — atau setidaknya bukan masalah utama — khususnya karena pada masa itu keramahtamahan yang demikian memang seperti itu. Lalu, apa masalahnya? Kekhawatiran menguasai Marta. Ketika dia mengeluh kepada Yesus karena Maria tidak membantunya, Yesus menjawab, ”Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara” (Luk. 10:41). Keluhan itu membuka pintu jendela hatinya lebar-lebar. Bukan kasih yang mendorongnya untuk melayani, melainkan kekhawatiran. Kegelisahan Marta disebabkan oleh kekhawatiran yang tidak pada tempatnya. Seberapa sering kita mengalami hal yang sama?

Bukan hanya dengan satu perkara, tetapi banyak perkara. “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.” Ini bukan hanya tentang keramahtamahan. Marta teralihkan dari Yesus karena pikirannya tenggelam dalam berbagia perkara dunia. Karena dia tidak berhenti dan mendengarkan Yesus, dia kehilangan ketenangan yang sangat dibutuhkannya.

Satu Saja yang Perlu 

Yesus tahu bagaimana menenangkan gelombang kekhawatiran yang mengamuk. Perhatikan bahwa Yesus menyebut nama Marta tidak hanya satu kali, tetapi dua kali. ”Marta, Marta…”. Kita hampir bisa mendengar Yesus melambat waktu menyebut nama Marta untuk kedua kalinya. Yesus menggunakan suaranya, seperti rem, secara perlahan menenangkan gejolak di hatinya Marta. Yesus tahu betapa terganggunya Marta; betapa liarnya pikiran Marta berpacu dari satu kekhawatiran ke kekhawatiran yang lain. Yesus mulai dengan cara menolongnya untuk terfokus: “Marta, Marta…”

”Engkau kuatir  dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,” lalu Yesus melanjutkan, ”tetapi hanya satu saja yang perlu;  Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (Luk. 10:41-42). Hanya dengan dua kalimat pendek, Yesus mengonfrontasi dosa kekhawatiran Marta — dosa kekhawatiran kita — dengan keperluan, kebahagiaan, dan keamanan.

KEPERLUAN

”Engkau kuatir  dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,” kata-Nya, “ tetapi hanya satu saja yang perlu.” Dengan kata lain, apa pun yang rasanya begitu mendesak, begitu genting, begitu membuat kewalahan, pada akhirnya semuanya itu tidak perlu dibandingkan dengan urusan mendengarkan-dan-mengenal Yesus. Kekhawatiran Marta meneriakkan hal yang sebaliknya: Apa yang akan kita sajikan? Apa pendapat Dia tentang makanannya? Bagaimana tempat ini dibandingkan tempat lain yang sudah Dia kunjungi? Apakah para tetangga tahu kalau Yesus datang ke rumah kami? Mengapa Maria tidak membantu saya? Kita tidak tahu secara tepat apa kekhawatiran yang mengganggu Marta, tetapi kita tahu ada banyak kekhawatiran —dan setiap kekhawatiran bersikeras bahwa dia penting-dan-mendesak. Namun, hanya ada satu yang betul-betul diperlukan.

Ratusan tahun sebelum Marta lahir, Raja Daud sudah mempelajari hal ini. ”Satu hal  telah kuminta  kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku,  menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya (Maz. 27:4). Daud mengatakan hal itu ketika para penjahat menyerangnya (ayat 2); tentara berkemah mengepungnya (ayat 3); dan dusta serta kelaliman berjatuhan seperti anak panah di sekelilingnya (ayat 12). Dengan kata lain, Daud memiliki banyak alasan untuk merasa takut, namun dia tahu satu hal yang harus dilakukannya: mencari Tuhan. 

Iblis akan berusaha untuk membuat semua terasa lebih mendesak daripada duduk bersama Yesus. Namun, pada akhirnya hanya ada satu yang betul-betul diperlukan. Bukan percakapan sulit yang Anda takutkan; atau tumpukan pekerjaaan yang mendekati tenggat waktu; atau drama di tempat yang jauh melalui media social; atau ujian yang harus kita lalui minggu depan, atau hutang yang Anda khawatir tidak akan penah Anda lunasi. Satu saja yang perlu – hari ini, besok, Selasa depan, dan hari-hari sesudahnya – yaitu mengenal, menaati, dan menikmati Yesus. 

KEBAHAGIAAN

Pentingnya mengejar hal ini tidak membuatnya menjadi sebuah pengejaran yang tidak membahagiakan. ”Satu saja yang perlu,” kata Yesus. “Maria telah memilih bagian yang terbaik.” Walaupun kelihatannya Maria mengabaikan tanggungjawabnya dan mengabaikan saudarinya yang memerlukan bantuan, sebenarnya dia sudah memilih dengan bijaksana dan penuh kasih. 

Karena memilih satu hal yang perlu, Maria menerima bagian yang terbaik. Bagi Maria tidak ada pengorbanan karena itu semua merupakan keuntungan. Dia minum dari sumur yang tidak akan kering; berpesta dari meja yang berkelimpahan; berenang di lautan pengharapan, damai dan sukacita. Karena kehadiran Yesus merupakan bagiannya Maria, bagiannya tidak hanya tepat, tetapi juga baik. Bahwa Maria duduk dan mendengarkan Yesus menggambarkan apa yang suatu hari nanti Paulus katakan dalam Fil. 3:8: ”Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.”

Marta, di sisi lain, pada hari itu minum dari sumur yang lain – sumur yang membuatnya justru semakin haus. Sementara itu, sumber Air Hidup sedang duduk di ruang tamunya, Marta malah dengan tergesa-gesa menggali kolam bagi dirinya sendiri, suatu  ”kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air” (Yer. 2:13). Begitulah kekhawatiran manusia menekan kita. Kekhawatiran memohon dan meminta perhatian kita dengan teramat sangat, tetapi tidak pernah merasa puas. Kekhawatiran melahirkan kekhawatiran dan melahirkan kekhawatiran lagi. Namun, sumber Air Hidup yang baik – bagian yang baik – melahirkan kedamaian dan kepuasan; memuaskan dahaga kita; memuaskan kerinduan kita; dan memberi jiwa kita ketenangan. Apa yang diperlukan tersebut, bagi Maria dan bagi kita, adalah sebuah kebahagiaan juga.

KEAMANAN

Yang terakhir, pengejaran akan apa yang perlu-dan-menyenangkan ini juga sangat aman. ”Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Maria tidak hanya memilih dengan bijaksana, duduk di dekat kaki Yesus untuk mendengar perkataan-Nya, tetapi dia juga memilih sukacita. Bukan sembarang sukacita, tetapi sukacita yang penuh-dan-berlimpah yang tidak akan diambil oleh seorangpun atau situasi apapun. Apakah ada kata yang lebih baik bagi hati yang sedang terganggu oleh kekhawatiran? Apa yang baik yang akan kuberikan kepadamu, tidak akan pernah hilang. 

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? … Bukan, tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang,  oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa,  baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rom. 8:35, 37-39).

Apakah kekhawatiran dunia ini mengalihkan perhatian Anda dari duduk di dekat kaki-Nya Yesus? Apakah kekhawatiran membuat Anda merasa gelisah; tidak aman; tidak stabil? Allah semesta alam ini masih berbicara, sekarang ini juga, melalui Firman-Nya. Dengarlah suara-Nya memanggil nama Anda pada hari ini, mengajak Anda untuk datang dan menikmati satu hal yang perlu; satu hal yang memuaskan; dan satu hal yang aman. Anda punya waktu untuk duduk bersama Allah. 

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul "You Have Time to Sit with God."

You may also like...

Tinggalkan Balasan