2 Maret 2018 Wawancara dengan John Piper Pendiri & Pengajar, desiringGod.org
Pendeta John, hari ini kita membahas mengenai sebuah kontroversi yang dicetuskan Anda di dunia online. Pada 25 September 2017, ketika kalangan Protestan di seluruh dunia mulai merayakan ulang tahun ke-500 Reformasi, Anda menganggu suasana perayaan tersebut dengan sebuah artikel berjudul “Apakah Allah Benar-Benar Menyelamatkan Kita Hanya Karena Iman?” Dalam artikel tersebut, Anda menjawab: ”Tidak.” — kita tidak diselamatkan hanya-karena-iman — membuat beberapa kalangan Protestan tercengang dan kebingungan. Untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut di sini, seorang pendengar podcast, Sam, bertanya kepada kami.
”Halo, Pendeta John. Saya telah membaca artikel Anda tentang doktrin pembenaran, yang mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya-karena-iman, tetapi pada akhirnya kita tidak diselamatkan hanya-karena-iman. Anda berpendapat bahwa harus ada perbuatan (amal ibadah) supaya keselamatan final (atau pemuliaan) menjadi tuntas. Dua pertanyaan: (1) Bisakah Anda menjelaskan lebih mendalam kepada kami semua? (2) Apa hubungan antara pembenaran dan pemuliaan? Dari apa yang saya baca dalam Surat Roma 8:30, pemuliaan dijamin oleh pembenaran kita. Bagaimana menyelaraskan perihal keselamatan dan perbuatan jika dikaitkan dengan pemikiran Paulus pada bagian ini?”
Terima kasih, Sam. Saya suka membicarakan mengenai isu ini karena isu ini selalu membingungkan orang-orang. Setiap kali ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengklarifikasinya, maka akan semakin baik. Mari kita mulai dengan beberapa klarifikasi.
Dinyatakan Benar
Istilah keselamatan dalam Alkitab digunakan untuk mencakup dimensi pekerjaan-Nya Allah pada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang dalam membawa kita ke dalam kesempurnaan-dan-sukacita abadi. Surat Efesus 2:8 menyatakan mengenai ”kamu [sudah] diselamatkan”. Surat 1 Korintus 1:18 menyatakan kita ”yang [sedang] diselamatkan”. Surat Roma 13:11 menyatakan ”keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya”. Jadi, istilah ini mencakup masa lalu; proses pada masa kini; dan penyempurnaan pada masa mendatang.
Inilah sebabnya mengapa kita harus sangat berhati-hati ketika menggunakan istilah pembenaran secara bergantian dengan keselamatan. Hal ini menimbulkan begitu banyak kebingungan. Pembenaran, istilah yang biasa kita gunakan tersebut (yang juga biasanya digunakan Paulus) tidak merujuk pada suatu proses. Namun, istilah keselamatan kadang-kadang memang merujuk pada suatu proses.
Pembenaran adalah sebuah titik, seperti dalam geometri — titik di mana Roh Kudus membukakan mata kita yang buta (untuk melihat Kristus sebagaimana adanya Dia) dan menyatukan kita dengan Kristus melalui iman saja. Pada saat itu juga, pada titik tersebut, kita yang berada di bawah hukuman beralih kepada Allah yang seratus persen hadir bagi kita. Di hadapan Allah, tidak ada kesalehan dan amal ibadah dalam diri kita yang bisa memberikan status baru ini.
Pembenaran terjadi dalam sekejap dan tidak berubah. Berdasarkan darah-dan-kebenaran-Nya Kristus saja, kita langsung diperhitungkan sebagai orang-benar. Allah seratus persen hadir bagi kita sejak saat itu. Kita terhubung dengan pengalaman baru diterima Allah, yaitu dipersatukan dengan Kristus melalui iman saja. Semuanya itu terjadi dalam sekejap.
Berbuat Baik Agar Diselamatkan?
Timbul pertanyaan, bagaimana perbuatan baiknya kita bisa selaras dengan pembenaran-dan-keselamatan final? Jawaban saya adalah — yang juga merupakan jawaban dari seluruh aliran utama tradisi Reformed (bukan hanya kaum Calvinis yang akan berbicara seperti ini, tetapi banyak pihak lainnya juga) — perbuatan baik kita tidak memainkan peran apa pun dalam pembenaran, tetapi merupakan buah yang diperlukan dari iman-yang-membenarkan, yang menegaskan imannya kita dan persekutuannya kita dengan Kristus pada hari penghakiman terakhir. Allah dapat bertindak secara nyata di depan banyak orang dengan maksud agar karya-karya ini meneguhkan iman, yang menyatukan kita dengan Kristus, yang merupakan satu-satunya dasar penerimaan kita sebagai yang sempurna di mata Allah.
Inilah yang dinyatakan Pengakuan Iman Westminster sejak 350 tahun yang lalu: ”Iman, yang melaluinya kita menerima Kristus dan kebenaran-Nya serta bertumpu pada-Nya, merupakan satu-satunya sarana pembenaran (yang membedakan antara ”sarana” dan ”dasar”). Namun, iman orang-yang-dibenarkan tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi selalu disertai berbagai anugerah-yang-menyelamatkan lainnya. Iman itu tidak mati, tetapi bekerja oleh kasih.”
Kalimat terakhir itu merujuk pada pernyataan Paulus di Surat Galatia 5:6: ”Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” Iman-yang-membenarkan adalah jenis iman yang menghasilkan buah berupa perbuatan baik, yaitu kasih.
Iman yang Menghasilkan Perbuatan
Surat Yakobus 2:17 menyatakan, ”Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Iman-yang-mati tidak membenarkan siapa pun. Oleh karena itu, iman-tanpa-perbuatan bukanlah jenis iman yang membenarkan siapa pun. Berbagai perbuatan baik ini diperlukan. Pada titik inilah mulai menjadi sulit diterima orang-orang. Namun, izinkan saya menjelaskannya.
Surat Ibrani menyatakan, ”Berusahalah hidup damai [”berusahalah” adalah kata kuncinya] dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14). Kita tidak akan bisa melihat Tuhan Yesus (yang berarti kita pada akhirnya tidak akan diselamatkan) tanpa ”berusaha untuk mengejar kekudusan” ini.
Apa maksudnya? Mengapa demikian? Rasul Yohanes berkata, ”Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran” (1 Yoh. 2:4). Ia kemudian juga menyatakan, ”Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. [Begitulah caranya untuk kita mengetahuinya; mengonfirmasi.] Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut” (1 Yoh. 3:14). Dengan kata lain, Anda berarti belum dilahirkan kembali; belum dipersatukan dengan Kristus; tidak memiliki iman-yang-menyelamatkan karena iman itu tidak diteguhkan oleh kasih.
Ketaatan-dan-kasih adalah konfirmasi-yang-diperlukan kalau kita memang sudah dilahirkan kembali; benar-benar dipersatukan dengan Kristus melalui-iman-saja. Paulus menyatakannya dengan cara berikut ini: ”Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” (2 Tes. 2:13).
Kita tidak dibenarkan melalui pengudusan. Izinkan saya mengatakannya lagi: kita tidak dibenarkan-melalui-pengudusan. Namun, kita pada akhirnya diselamatkan-melalui-pengudusan — yaitu, melalui perubahan nyata yang terjadi dalam hati-dan-pikiran kita. Juga, melalui kekudusan hidup yang tanpanya kita tidak akan melihat Tuhan.
Dua Kesimpulan yang Salah
Ketika orang-orang mendengar hal ini, jika mereka belum diajari dengan baik tentang kebenaran ini, inilah yang biasanya terjadi. Mereka mendengar ini dan berkata, ”Wah — ternyata perlu? Berbagai hal ini diperlukan untuk mendapatkan keselamatan final?” Mereka kemudian menarik dua kesimpulan, yang dua-duanya salah, dari pernyataan tersebut.
- Mereka berkata, ”Keselamatan final berarti bergantung pada kita — penentuannya pada kita.”
- Kesimpulan salah yang berikutnya. Mereka berkata, ”Karena itu, keselamatan tidak bersifat pasti. Saya bisa saja gagal. Saya bisa saja kehilangan keselamatan. Saya bisa saja dibenarkan dan kemudian tidak-dibenarkan, Seorang anak Allah mungkin saja kehilangan pembenarannya.”
Kedua kesimpulan itu salah besar. Keduanya salah secara logika dan salah berdasarkan Alkitab.
Kesimpulan yang kedua salah karena Alkitab menyatakan, ”Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil. 1:6). Anda tidak akan kehilangan keselamatan tersebut.
Surat Roma 8:30 menyatakan, ”Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Tidak ada yang dropout. Dalam salah satu mata rantai tersebut, tidak ada yang terputus antara titik pembenaran dan pemuliaan. Saya akan menyatakannya lagi: ”Mereka yang dibenarkan-Nya [dalam sekejap mata; hanya-oleh-iman; dalam persekutuan-dengan-Kristus; sekali dan untuk selama-lamanya], mereka itu juga [semuanya, tanpa pengecualian] dimuliakan-Nya.”
Menuntaskannya Sampai Akhir
Alasan tidak seorang pun akan kehilangan pembenarannya adalah karena Allah adalah pekerja-yang-memiliki-kepastian. Kita bekerja, tetapi kita bukan pekerja-yang-memiliki-kepastian: ”Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Dengan segala cara, berusahalah untuk mengejar kekudusan yang tanpanya tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Mengapa? ”Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Fil. 2:12-13).
Pemeliharaan-dan-pekerjaan-Nya Allah yang berdaulat adalah dasar — alasan — dari usaha kita dalam mengejar kekudusan. Saya memulai dengan fakta bahwa saya dipelihara. Saya memulai dengan fakta bahwa saya dibenarkan. Saya memulai dengan fakta bahwa Allah seratus persen hadir bagi saya. Berdasarkan semuanya itu, saya berusaha mematikan dosanya saya.
Inilah yang dinyatakan Paulus dalam Surat Filipi 3:12. Saya suka mengenai hal ini. Ia menyatakan, ”Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.”
Pahamilah logika tersebut dengan benar. Ketika Sam bertanya, ”Bagaimana hubungan antara keselamatan dan perbuatan baik terkait pemikiran Paulus (Juga, antara pembenaran dan pemuliaan karena Paulus mengatakan bahwa semua orang yang dibenarkan, juga akan dimuliakan) ia sebenarnya bertanya, ”Bagaimana menyelaraskan antara keselamatan dan perbuatan?”
Jawabannya adalah ini: Pemuliaan dalam pemikiran Paulus adalah proses yang dimulai dari pertobatan. Itu tidak dimulai pada hari penghakiman terakhir. Itu dimulai pada pertobatan. Termasuk perihal pengudusan. Semuanya itu kemudian mencapai puncaknya pada keselamatan final.
Kita mengetahui hal ini karena Surat 2 Korintus 3:18 (AYT) menyatakan kita memandang Yesus dan sedang diubah ”dari kemuliaan kepada kemuliaan”. Ketika kita memandang pada Yesus, itu merupakan pemuliaan pada masa kini. Surat Roma 8:30 kemudian menyatakan semua orang yang dibenarkan akan dimuliakan. Juga, termasuk janji bahwa semua orang yang dibenarkan akan dikuduskan karena pengudusan termasuk dalam pemuliaan.
Akhirnya Tiba di Rumah
Adanya jaminan bagi keselamatan-finalnya kita (yang sangat berharga karena kita tidak percaya bahwa seseorang harus menjalani perjalanan imannya dengan ragu-ragu) karena kita bersandar pada pekerjaan yang sudah dikerjakan Kristus dan pekerjaan-Nya pada masa mendatang melalui Roh yang berada di dalam kita. Keduanya, satu yang berada di luar kita dan satunya yang berada di dalam kita, berakar pada kesetiaan Allah kepada umat perjanjian-Nya.
Surat 1 Korintus 1:7-9 menyatakan: ”Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.”
***
Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul 'Will We Be Finally ‘Saved’ by Faith Alone?'