Ya, Bernyanyi Benar-benar Mengubahkan Orang

26 Juli 2021
Oleh Shai Linne

Ketika saya bertobat dan menjadi orang Kristen sebagai orang dewasa lebih dari dua puluh tahun yang lalu, saya masih ingat dengan jelas hari Minggu pertama saya di gerejanya ibu saya. Pada saat itu, saya hanya mempunyai sedikit referensi tentang seperti apa kebaktian di gereja itu. Ketika bertumbuh dewasa, saya hanya masuk ke dalam gedung gereja untuk pemakaman yang hanya terjadi sesekali. Ibu saya dan beberapa orang Kristen yang saya kenal telah mengundang saya ke gereja selama bertahun-tahun — sebuah permintaan yang selalu saya tolak dengan sopan sembari dalam hati saya mencemooh pemikiran bahwa saya mungkin saja membutuhkan keselamatan.

Namun, sekarang, segalanya berbeda. Beberapa minggu sebelumnya, saya sudah menyerahkan hidup saya kepada Kristus setelah membaca Injil Yohanes. Tiba-tiba, saya melihat dunia melalui mata yang baru. Meskipun saya tidak tahu apa-apa tentang Gereja, pemikiran saya adalah jika ada sekelompok orang yang sama bersemangatnya dengan saya untuk merayakan Tuhan Yesusnya saya yang begitu berharga, yang menyatakan diri-Nya kepada saya dengan begitu berkuasa, maka saya seratus persen mendukung mereka!

Ketika saya memasuki Gedung gereja, saya langsung dikejutkan oleh suasana yang begitu ramah dan meriah. Saat saya berjalan ke tempat duduk saya, orang-orang kudus yang tak saya kenal menghentikan saya berkali-kali untuk menyambut saya dengan pelukan hangat. Beberapa orang berkata kepada saya bahwa mereka telah mendoakan saya selama bertahun-tahun. Begitu musik pujian dimulai, semua orang berdiri dan memberikan diri mereka sepenuhnya pada ”pujian dan penyembahan” selama satu jam berikutnya. Ada nyanyian, tepuk tangan, tarian, dan sorak-sorai. Keterlibatan penuh dari seluruh jemaat dengan jelas menunjukkan bahwa Allah adalah sesuatu yang besar; dan merupakan hal yang penting untuk memberikan perhatian sepenuhnya kita kepada-Nya.

Setiap lagu benar-benar baru bagi saya. Namun, begitu saya mempelajari melodinya, saya langsung ikut bernyanyi. Ada satu lagu yang secara khusus menggambarkan sukacita dan kesederhanaan kasihnya saya yang baru terhadap Allah dan Injil:

Kuagungkan nama-Mu, 
puji syukur kunyanyikan 
Bahagia hatiku, 
hidupku t’lah Kau s’lamatkan 
Kau datang dari surga menolongku 
Hingga di Golgota Kau tebusku 
Namun maut tak berdaya 
Engkau naik ke surga 
Kuagungkan nama-Mu

Pada tahun-tahun awal perjalanannya saya bersama Tuhan, saya memandang bernyanyi di gereja terutama sebagai sarana untuk menyembah Allah dengan merenungkan keselamatannya saya (seperti halnya dalam lagu di atas). Apa yang tidak terlalu saya pertimbangkan adalah gagasan menyanyi sebagai sarana kasih-karunia bagi pengudusan orang-orang percaya.

Ketika Anda memikirkan tentang pengudusan, apa yang terlintas dalam pikirannya Anda? Kebanyakan dari kita akan menyebutkan hal-hal seperti Kitab Suci, iman, Roh Kudus, pencobaan, godaan, penderitaan, dan doa. Semuanya itu tentu berperan untuk menjadikan kita semakin serupa dengan Yesus. Namun, setelah sekian tahun berlalu, saya mulai menghargai peran bernyanyi dalam membantu baik orang-orang percaya [secara individu] dan jemaat untuk bertumbuh dalam kasih-karunia dan pengetahuan akan Tuhan Yesus Kristus.

Dalam Surat 2 Korintus 3, Rasul Paulus membandingkan kemuliaannya hukum Musa dengan kemuliaannya Perjanjian Baru yang terlebih besar yang dinyatakan dalam pribadi-dan-karya Yesus Kristus. Dalam ayat 18, ia memberikan gambaran yang begitu kuat tentang bagaimana para pengikut Kristus dikuduskan: ”Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Kor. 3:18).

Beberapa ayat kemudian, kita melihat bahwa karya pengudusan yang mulia ini diberdayakan oleh Firman Allah ketika para rasul secara terbuka menyatakan kebenaran yang terdapat dalam Kitab Suci. Kita biasanya mengasosiasikan hal ini dengan khotbah; studi Alkitab; atau ibadah pribadi — dan memang benar demikian. Namun, pernahkah Anda mempertimbangkan bahwa transformasi ini juga dapat terjadi ketika kita bernyanyi seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani (Efe. 5:19)? Ya, bernyanyi benar-benar bisa mengubahkan orang!

Kita tentu melihat hal ini dalam banyak mazmur yang menunjukkan si pemazmur sedang berhadapan dengan kesusahan; kesulitan; keraguan; atau keputusasaan dan pada akhirnya diakhiri dengan ungkapan kepercayaan dan pengharapan yang diperbarui kepada Allah (lih. Mazmur 3, 22, 31:9-24, 38, 73, dan banyak lagi). Apa yang dialami para pemazmur bukan sekadar suasana hati atau mood yang lebih baik, melainkan sesuatu yang sangat spiritual: peningkatan iman-dan-kasih kepada Allah; berbagai kualitas yang hanya dapat dihasilkan oleh Roh Kudus. Mazmur adalah buku nyanyian rohaninya umat Allah yang asli. Ketika Gereja menggemakan mazmur-mazmur ini selama berabad-abad, tak terhitung banyaknya orang-percaya yang mengalami perubahan rohani yang sama seperti yang dialami oleh para penulis aslinya ketika mereka pertama kali menulis mazmur tersebut.

Hal ini juga berlaku pada zaman kita saat kita menyanyikan lagu-lagu yang dipenuhi dengan Kitab Suci dan Injil. Firman Allah tidak kembali kepada-Nya dengan sia-sia, entah itu diberitakan atau dinyanyikan. Injil adalah kekuatan Allah bagi keselamatan semua orang yang percaya, entah itu dibaca dalam hati maupun dinyanyikan dengan merdu. Hanya ada sedikit hal di dunia ini yang lebih kuat ketimbang sekumpulan umat Kristiani yang dengan penuh sukacita dan begitu bersemangat menyanyikan puji-pujian bagi Allah secara bersama-sama; menundukkan diri mereka pada kebenaran Firman Allah; dan mengingatkan diri mereka sendiri bahwa mereka bersatu di dalam Yesus Kristus yang disalibkan, bangkit, dan dimuliakan.

Seberapa sering imannya Anda kepada Kristus semakin diperkuat, maka apresiasinya Anda terhadap Injil akan semakin diperdalam; daya tarik dosa akan semakin melemah; dan kasihnya Anda kepada Allah akan semakin meningkat — ketika Anda menyanyikan berbagai lagu yang berisikan Kitab Suci dan berpusat pada Injil bersama-sama dengan jemaat yang berkumpul? Ini bukanlah suatu kebetulan. Ini adalah 2 Korintus 3:18 yang sedang bekerja. Inilah kebaikan Bapa Surgawi kita yang senang memberikan pemberian yang baik kepada umat-Nya demi sukacita kita dan kemuliaan-Nya.

Saya yakin bahwa ada jauh lebih banyak hal yang terjadi dalam kebaktian gereja kita ketimbang yang kita sadari. Ibrani 6:5 mengisyaratkan hal ini ketika berbicara tentang partisipasi kita dalam ”kuasa dari dunia yang akan datang” (AYT). Saya tidak tahu keseluruhan maksudnya, tetapi kuasa Roh Kudus yang menyucikan pasti termasuk di dalamnya. Tentu saja, kita akan dengan mudah melewatkan semua itu jika perhatian kita terganggu oleh pertengkaran yang terjadi sebelum berangkat ke gereja; kerasnya suara keyboard selama kebaktian di gereja; atau rencana makan siang kita setelah pulang dari gereja. Namun, jika kita memasuki kebaktian dengan pengharapan bahwa Allah benar-benar akan mengubahkan kita, maka kita mungkin mendapati diri kita menangis dengan rasa syukur ketika kita bernyanyi tentang orang berdosa yang telah dibersihkan dari berbagai noda dosa mereka. Kita mungkin akan tergerak untuk bertobat ketika kita kembali mengakui dalam nyanyian bahwa kita cenderung menyimpang dan meninggalkan Allah yang kita kasihi. Kita mungkin akan dipenuhi rasa kagum saat kita menyapa Allah yang suci, suci, suci; murah hati; dan perkasa; Allah Tritunggal, agung nama-Mu. Kita mungkin akan semakin percaya diri untuk menghadapi hari Senin karena pada hari Minggu kita telah diingatkan bahwa ketika Dia berdiri dalam kemenangan, maka kita telah lepas dari cengkeraman kutukan dosa.

Salah satu tradisi di gereja kami adalah menyanyikan pujian satu sama lain di akhir pertemuan kami. Diadaptasi dari 2 Korintus 13:13, kami bernyanyi:

Kiranya kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus
Dan kasih Allah Bapa
Dan kehadiran Roh Kudus tetap ada
Bersamamu sekarang, dan bersamamu selamanya
Bersamamu sekarang, dan bersamamu selamanya

Ketika kita bernyanyi, kita melihat sekeliling pada saudara dan saudari [rohani] kita dan benar-benar menyemangati satu sama lain dengan Kitab Suci yang diiringi musik. Setiap minggu, kisahnya saya selalu sama. Tidak peduli apa yang mungkin saya rasakan ketika datang berbakti ke gereja atau betapa menantangnya minggu sebelumnya, momen kontak mata dengan orang-orang kudus ketika kita berpartisipasi dalam pujian kudus itu menghasilkan sesuatu — bukan hanya bagi saya, melainkan juga di dalam saya. Saya tidak selalu dapat menentukannya dengan tepat, tetapi dengan iman saya tahu bahwa setelah kami bernyanyi, maka saya tidak lagi sama dengan ketika saya masuk ke dalam gereja. Hal ini tidak selalu menggemparkan, tetapi memang ada perbedaan; dan itu bersifat supernatural.

Dengan kata lain, menyanyi benar-benar mengubahkan orang.


Artikel ini diterjemahkan dari “Yes, Singing Really Does Change People”

You may also like...

Tinggalkan Balasan