BAB 1
Apa yang Alkitab Ajarkan
Argumen 5:
Doktrin ”keselamatan hanya melalui iman di dalam Kristus” membuktikan kalau ”kehendak-bebas” itu salah.
Di Surat Roma 3:21-15, Paulus dengan percaya diri memberitakan: ”Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat, kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang telah percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya…”. Kalimat ini bagaikan petir yang langsung akan membinasakan ajaran mengenai ”kehendak-bebas”. Paulus membedakan kebenaran yang dianugerahi Allah dengan kebenaran karena melakukan hukum Taurat dengan sempurna. ”Kehendak-bebas” hanya mungkin ada jika manusia bisa diselamatkan karena melakukan hukum Taurat. Namun, Paulus dengan jelas menunjukkan kalau kita diselamatkan tanpa bersandar pada ketaatan kita melakukan hukum Taurat. Apapun anggapan kita mengenai kesanggupan ”kehendak-bebas” dalam melakukan perbuatan baik ataupun dalam membuat kita menjadi baik, Paulus tetap akan menyatakan kalau kebenaran yang dianugerahi Allah merupakan hal yang berbeda sama sekali. Tidak mungkin ajaran mengenai ”kehendak-bebas” bisa bertahan ketika diterangi ayat-ayat seperti ini.
Ayat-ayat ini juga bisa menimbulkan petir lain yang akan membinasakan pemikiran mengenai ”kehendak-bebas”. Melalui ayat-ayat ini, Paulus membuat batasan yang tegas antara orang-percaya dan bukan orang-percaya (Rom. 3:22). Tidak ada seorang pun yang bisa menyangkal kalau apa yang dianggap sebagai kuasa ”kehendak-bebas” ini merupakan hal yang berbeda dengan iman di dalam Yesus Kristus. Namun, tanpa iman di dalam Kristus, Paulus menyatakan kalau tidak ada sesuatu pun yang bisa diterima oleh Allah. Jika ada sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Allah, maka itu pastilah dosa. Itu tidak mungkin bersifat netral. Karena itu, jika ”kehendak-bebas” itu memang ada, maka itu adalah dosa karena ”kehendak-bebas” bertentangan dengan iman dan tidak memuliakan Allah sama sekali.
Pernyataan di Surat Roma 3:23 juga merupakan petir. Paulus tidak berkata: ”semua orang telah berdosa, kecuali mereka yang melakukan perbuatan baik melalui kehendak-bebas mereka sendiri”. Tidak ada perkecualian. Jika ”kehendak-bebas” memang bisa membuat kita dibenarkan di hadapan Allah, maka Paulus adalah seorang pendusta. Dia seharusnya mengijinkan adanya perkecualian. Namun, dia dengan jelas menyatakan karena dosa, tidak ada seorang pun yang bisa memuliakan dan menyenangkan Allah. Siapa pun yang ingin menyenangkan Allah harus tahu kalau Allah memang disenangkan oleh mereka. Namun, pengalaman kita mengajarkan kalau tidak ada sesuatu dalam diri kita yang bisa menyenangkan Allah. Tanyakan pada mereka yang mengajarkan perihal ”kehendak-bebas” ini apakah ada sesuatu dalam diri mereka yang bisa menyenangkan Allah. Mereka harusnya mengakui kalau memang tidak ada. Apalagi, Paulus sudah dengan jelas menyatakan kalau memang tidak ada.
Bahkan mereka yang percaya pada ”kehendak-bebas” harus sepakat dengan saya kalau mereka tidak bisa memuliakan Allah dengan kekuatan mereka sendiri. Bahkan dengan ”kehendak-bebas” mereka sendiri, mereka meragukan apakah mereka sudah menyenangkan Allah atau belum. Saya buktikan, berdasarkan kesaksian dari kesadaran mereka sendiri, bahwa ”kehendak-bebas” tidak bisa menyenangkan Allah. Bahkan dengan semua kuasa dan usahanya, ”kehendak-bebas” tetap akan berlumuran dosa ketidakpercayaan. Jadi, doktrin ”keselamatan melalui iman” (di dalam Kristus) bertentangan dengan ajaran mengenai ”kehendak-bebas”.