BAB 1
Apa yang Alkitab Ajarkan
Argumen 4:
Hukum Taurat dirancang untuk menuntun manusia pada Kristus dengan membuat mereka mengenali apa itu dosa.
Mereka yang mendukung keberadaan ”kehendak-bebas” beralasan bahwa hukum Taurat tidak akan diberikan kalau kita memang tidak sanggup untuk menjalankannya.
Erasmus! Kamu berulangkali menyatakan: ”Jika kita tidak sanggup melakukan apa pun, apa gunanya semua hukum, aturan, ancaman, dan janji?”
Jawabannya adalah: hukum Taurat memang tidak diberikan untuk menunjukkan apa yang kita mampu lakukan. Hukum Taurat bahkan tidak diberikan untuk membantu kita melakukan apa yang benar.
Di Surat Roma 3:20, Paulus menyatakan: ”…karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa”. Tujuan hukum Taurat adalah untuk menunjukkan kepada kita apa itu dosa dan apa akibat dosa – kematian, neraka, dan murka Allah. Hukum Taurat hanya bisa menunjukkan hal-hal ini kepada kita. Hukum Taurat tidak bisa membebaskan kita dari hal-hal ini. Kita hanya bisa dilepaskan dari hal-hal ini melalui Yesus Kristus, yang dinyatakan kepada kita di Injil.
Baik akal budi maupun ”kehendak-bebas” tidak bisa menuntun manusia pada Kristus, karena akal budi dan ”kehendak-bebas” itu sendiri membutuhkan terang dari hukum Taurat untuk menyatakan kesalahannya. Paulus menanyakan pertanyaan ini di Surat Galatia 3:19: ”Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat?”.
Jawaban Paulus terhadap pertanyaannya sendiri bertentangan dengan pemikiranmu dan Jerome. Kamu menyatakan kalau hukum Taurat diberikan untuk membuktikan kalau ”kehendak-bebas” itu memang ada. Jerome menyatakan kalau hukum Taurat diberikan untuk membatasi dosa. Namun, Paulus tidak pernah menyatakan soal ini sama sekali. Paulus menyatakan kalau manusia membutuhkan anugerah khusus untuk melawan dosa yang dinyatakan oleh hukum Taurat. Tidak mungkin ada pengobatan sebelum suatu penyakit bisa didiagnosis.
Hukum Taurat diperlukan untuk membuat manusia melihat bahayanya kondisi mereka sehingga mereka akan mencari-cari pengobatannya, yang hanya bisa ditemukan di dalam Kristus. Pernyataan Paulus di Surat Roma 3:20 mungkin terdengar sederhana, tetapi cukup berkuasa untuk membuktikan kalau ”kehendak-bebas” itu benar-benar tidak pernah ada sama sekali.
Di Surat Roma 7:7, Paulus menyatakan: ”…Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: ’Jangan mengingini!’” Berarti, ”kehendak-bebas” bahkan tidak tahu apa itu dosa! Lantas, bagaimana mungkin ”kehendak-bebas” tahu apa itu benar? Jika ”kehendak-bebas” tidak tahu apa itu benar, bagaimana mungkin ”kehendak-bebas” bisa mencoba untuk melakukan apa yang benar?