Terlahir sebagai Budak – Bab Dua – Argumen 9

BAB 2

Apa yang Erasmus Ajarkan


Argumen 9:
Ketidakmampuan Erasmus membedakan konteks yang terkait Taurat dan Injil.

 

Kamu menggunakan sejumlah rujukan di Alkitab untuk membuktikan pemikiranmu. Namun, kamu sama sekali gagal menunjukkan perbedaan antara konteks yang terkait Taurat dan Injil. Saya akan tunjukkan konteks terkait Injil yang kamu anggap merujuk pada Taurat. Sebagai contoh, Kitab Yeremia 15:19 menyatakan: ”Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau…”. Begitu juga di Kitab Zakharia 1:3 yang menyatakan: ”Kembalilah kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN semesta alam, maka Aku pun akan kembali kepadamu”. Apakah kata ”berbaliklah/kembalilah” di bagian ini membuktikan kalau manusia memang memiliki kesanggupan untuk berbalik kepada-Nya, sama seperti halnya perintah untuk ”kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5) juga membuktikan manusia memiliki kesanggupan untuk mengasihi Allah? Pernyataan seperti ini tidak membuktikan kesanggupan manusia untuk berbalik dengan kekuatan mereka sendiri. Namun, ketika manusia tahu apa yang mereka harus lakukan, mereka akan mencari tahu di mana mereka bisa menemukan kesanggupan untuk taat. Kamu menyatakan kalau anugerah tersedia ketika manusia berusaha untuk berbalik. Namun, pemikiran seperti ini akan membuat kalimat di bagian keduanya menjadi: ”Aku (Allah) pun akan mencoba kembali padamu”! Itu akan menjadi sangat mengejutkan! Mungkin anugerah juga memang tersedia bagi Allah!

 

Janganlah menggunakan argumen kosong seperti ini! Kata ”berbaliklah/kembalilah” di Alkitab  digunakan dalam konteks Taurat dan Injil. Ketika digunakan dalam konteks Taurat, itu merupakan perintah yang mengharuskan, bukan hanya supaya manusia mencoba menaatinya, tetapi juga terkait perubahan sepenuhnya atas hidupnya (seperti misalnya di Kitab Yeremia 4:1; 25:5; 35:15). Ketika kata ”berbaliklah/kembalilah” digunakan dalam konteks Injil, itu dinyatakan Allah sebagai bentuk penghiburan dan janji, di mana tidak ada yang dituntut dari kita. Anugerah Allah ditawarkan pada kita (seperti misalnya di Kitab Mazmur 14:7; 116:7; 126:1). Zakharia menampilkan pesan yang terkait konteks Taurat dan anugerah sekaligus. Keseluruhan isi Taurat terangkum dalam frasa ”berbaliklah/kembalilah kepada-Ku”. Sementara itu, anugerah terangkum dalam frasa ”Aku pun akan kembali kepadamu”.

 

Kamu mengupas Kitab Yehezkiel 18:23 dengan cara yang sama. ”Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? Demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”. Kamu mengartikan kata ”pertobatannya” memiliki arti tersirat yang merujuk pada kesanggupan untuk melakukannya. Kamu membuat pernyataan ini dipahami dalam konteks Taurat, bukannya Injil. Kamu membuatnya seolah-olah menjadi perintah supaya kita jangan berdosa. Itu akan membuatnya terkait dengan konteks Taurat. Namun, Allah menyatakan: ”Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik?” (I take no pleasure in the death of the wicked). Pernyataan ini dengan jelas menyatakan perihal hukuman yang pantas-dan-layak diterima seorang pendosa. Allah memberikan pengampunan dan keselamatan kepada orang seperti itu. Taurat diberikan pada mereka yang tidak merasa- maupun-mengenali dosanya. Mereka akan ditunjukkan tentang apa yang harus mereka kerjakan. Sementara itu, Injil hanya ditujukan bagi mereka yang sudah tersiksa oleh dosanya dan merasa putus asa.

 

Jadi, pernyataan di Kitab Yehezkiel ini: ”I take no pleasure in the death of the wicked”, bukannya membuktikan ”keberadaan kehendak-bebas”, melainkan justru menentangnya. Pernyataan ini membuktikan betapa tidak berdayanya kita terlepas dari janji Allah. Memang, kondisi kita akan semakin memburuk sampai anugerah mengangkat kita kembali. Janji terkait pengampunan ini memang diperlukan untuk menyelamatkan para pendosa (kecuali kamu menganggap Allah menyatakan hal-hal seperti ini hanya karena Ia bawel). Tidak seorang pun akan menerima janji ini kecuali mereka yang sudah diperlihatkan dosanya oleh Taurat.  Mereka yang tidak merasakan kuasa hukum Taurat dan tidak takut akan kematian dan penghakiman, tidak akan tertarik dengan janji pengampunan Allah.

 


 

TERLAHIR SEBAGAI BUDAK

Sebuah versi sederhana dan ringkas dari buku klasik “Belenggu Kehendak” yang ditulis oleh Martin Luther, diterbitkan pertama kali pada tahun 1525.

Versi Inggris
Dikerjakan oleh:
Clifford Pond
Diedit oleh:
J.P. Arthur M.A
H.J. Appleby
Versi Indonesia
Diterjemahkan oleh:
Yonghan
Diedit oleh:
Suriawan Surna

You may also like...

Tinggalkan Balasan