BAB 2
Apa yang Erasmus Ajarkan
Argumen 11:
Adanya kewajiban tidak berarti menjadi bukti atas adanya kesanggupan untuk menaatinya.
Kamu terus menerus berargumen: ”Jika manusia tidak memiliki kemampuan untuk menaati apa yang diperintahkan, maka semua yang ada di Alkitab, baik janji, ancaman, teguran, berkat, kutuk, dan yang lainnya menjadi tidak berguna”. Namun, seperti yang saya jelaskan berkali-kali, bagian Alkitab yang menuntut adanya sebuah kewajiban tidak bisa digunakan untuk membuktikan adanya ”kehendak-bebas”.
Bagian Alkitab terakhir yang kamu gunakan untuk mendukung pemikiranmu adalah pernyataan di Kitab Ulangan 30:11-14: ”Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: ’Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya?’ Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: ’Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.”
Kamu menganggap kalau pernyataan ini menunjukkan bahwa bukan saja mungkin bagi kita untuk melakukan apa yang diperintahkan kepada kita untuk dilakukan, namun juga akan semudah membalikkan telapak tangan! Jika memang benar seperti itu maksudnya, maka Kristus begitu bodoh menyia-nyiakan waktu-Nya. Dia mencurahkan darah-Nya supaya Roh Kudus bisa dikirim kepada kita tatkala kita tidak membutuhkan-Nya sama sekali. Kita dengan mudah dan alami bisa melakukan apa yang dituntut Allah dari pada kita. Jika memang benar seperti ini maksudnya, bagaimana itu bisa dicocokkan dengan argumenmu sendiri yang menyatakan kalau ”kehendak-bebas” tidak bisa melakukan apa yang baik tanpa anugerah bisa dianggap benar? Sudahkah kamu lupa kalau kamu sendiri yang menyatakannya?
Jadi, saya hampir tidak perlu merujuk penjelasan Paulus mengenai pernyataan di Kitab Ulangan 30:11-14 yang dikutipnya di Surat Roma 10:8. Saya hanya perlu melihat bagian ini untuk memahami kalau tidak ada kata yang menyatakan soal ”kehendak-bebas” di bagian ini. Sebagai contoh, apa arti kata ”tidaklah terlalu sukar”, ”tidaklah terlalu jauh”, di langit”, dan ”di seberang laut”? Kata-kata ini hanyalah merujuk pada hal yang mungkin untuk kita lakukan. Kata-kata ini sama sekali tidak menyatakan apa pun mengenai perihal kesanggupan kita untuk melakukannya. Kata-kata ini hanya merujuk pada perihal jarak. Saya tahu kalau ini hanyalah logika sederhana untuk dipahami anak kecil. Namun, apa lagi yang harus saya utarakan menghadapi argumen sekonyol ini? Musa di bagian ini secara jelas digambarkan sebagai seorang pemberi hukum yang setia. Dia tidak memberi ruang bagi bangsanya untuk berdalih tidak pernah mengenal hukum Allah itu seperti apa. Mereka tidak perlu mencari-cari untuk mengetahui apa yang diminta Allah dari mereka. Mereka tidak bisa berkilah lagi untuk tidak menaati hukum Taurat. Mereka tidak bisa menyatakan kalau itu masihlah merupakan rahasia. Semua sudah jelas terang benderang. Jadi, alasan bagi ”kehendak-bebas” untuk tidak taat sudah tidak lagi ada.
Saya ulangi sekali lagi: pernyataan di bagian ini hanya untuk menunjukkan apa yang dituntut Allah dari kita. Ini untuk menunjukkan apa yang seharusnya kita kerjakan, namun tak sanggup kita kerjakan. Bagian ini memang dimaksudkan untuk menunjukkan betapa berdosa dan tidak berdayanya kita.