Tentang Janda dan Anak Yatim

Yak. 1:27 (AYT)
Ibadah yang murni dan tidak tercela di hadapan Allah dan Bapa kita adalah mengunjungi anak-anak yatim piatu dan janda-janda dalam penderitaan mereka, …



Janda dan anak yatim adalah dua dari 4 kelompok yang mendapat perhatian khusus dari Allah Tritunggal. Tuhan bahkan menyatakan diri-Nya sebagai “Bapa bagi anak yatim, Pembela bagi para janda” (Mzm. 68:6, TB).

Doa mereka sangat diperhatikan Allah. Jika kita mengabaikan dan menindas mereka, maka Allah berjanji: “Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim” (Kel. 22:24). 

Terkait perintah memberi persepuluhan, bangsa Israel diperintahkan memberi dalam tiga jenis/kategori. Jika yang bersifat wajib, maka ukuran minimum yang diperintahkan bagi bangsa Israel sebenarnya bukanlah 10%, melainkan 23,33%. 

Persepuluhan jenis/kategori ketiga diperintahkan di Kitab Ulangan 14:28-29. Karena persepuluhan ini dibayarkan per tiga tahun, maka bisa dianggap perlu disisihkan bangsa Israel sebesar 3,33%/tahun. Persepuluhan ini khusus dikumpulkan untuk melayani kebutuhan 4 kelompok  yang mendapat perhatian khusus dari Allah Tritunggal, yaitu: orang Lewi, orang asing, anak yatim, dan janda.

Begitu juga dengan Gereja. Pelayanan diakonia pertama yang dikerjakan gereja mula-mula adalah melayani kebutuhan para janda  (Kis. 6:1-3). Umat Tuhan tidak mungkin melalaikan pelayanan ini. Ini adalah perintah. Mengabaikan/melalaikannya berarti tidak menjalankan “ibadah yang murni dan tidak tercela di hadapan Allah dan Bapa kita”. 

Mari kita tinjau pos pengeluaran gereja hari ini. Berapa yang digunakan untuk melayani kebutuhan para janda dan yatim? Sebaliknya, berapa yang dihabiskan untuk membeli gedung dan membayar biaya operasionalnya? Yang Tuhan suruh, kita tidak kerjakan. Yang Tuhan tidak suruh, kita malah kerjakan.

Kapan terakhir kalinya jemaat di gerejanya Saudara mengunjungi anak-anak yatim piatu dan janda-janda dalam penderitaan mereka?

Kapan terakhir kalinya Saudara mengunjungi anak-anak yatim piatu dan janda-janda dalam penderitaan mereka?

Maka, berharaplah para janda dan anak yatim ini tidak berseru kepada Tuhan karena Saudara mengabaikan mereka. “Mengabaikan” dalam derajat tertentu bisa dipandang sebagai “menindas”. Karena itu, kiranya ancaman Tuhan di Kel. 22:24 bersuara nyaring di hati Saudara.

You may also like...

Tinggalkan Balasan