“Epidemic flu gobal pada tahun 1918 telah menyebabkan kematian lima puluh juta manusia di seluruh dunia…. Orang-orang merasakan gejala di pagi hari dan meninggal pada waktu malam.… Masa lalu hanyalah peringatan, bukan takdir. Meski demikian, ini adalah waktu ketika dunia merasa rapuh. Dasar-dasarnya yang selama ini tampak kokoh, berguncang. Pertanyaannya, apakah ada Batu Karang yang menjadi pijakan kita; sebuah Batu Karang yang tidak dapat diguncangkan selamanya?” – hal. 7
“Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku” (Mzm. 94:19). “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” (Mzm. 34:19-20). Tidak ada manusia yang dapat menghibur jiwa kita di dalam pandemi ini seperti Allah. Penghiburan-Nya tidak terguncangkan. Itulah penghiburan dari Batu Karang kita yang kokoh di tengah badai. Penghiburan itu berasal dari firman-Nya, yaitu Alkitab.– hal. 25
Virus corona dikirim oleh Allah. Ini bukan saatnya mengadopsi pandangan yang sentimental terhadap Allah. Ini adalah musim yang pahit. Dan, Allah menetapkannya. Allah mengaturnya demikian. Ia akan mengakhirinya. Tidak ada sebagian pun darinya berada di luar kendali-Nya. Hidup dan mati ada di tangan-Nya. – hal. 39
Orang-orang Kristen tersapu oleh bencana tsunami. Orang-orang Kristen tewas dalam serangan teroris. Orang-orang Kristen terjangkit virus corona. Perbedaannya bagi orang-orang Kristen—yang menerima Kristus sebagai harta yang paling bernilai—adalah bahwa pengalaman kebinasaan tubuh ini bukanlah kutukan…. Bagi kita, kesakitan itu untuk memurnikan, bukan untuk menghukum. – hal. 59
Orang-orang Kristen yang paling mengasihi dan dipenuhi Roh Kudus, yang dosa-dosanya telah diampuni di dalam Kristus, bisa saja mati karena virus corona. Namun, seharusnya setiap dari kita menyelidiki hatinya masing-masing untuk memeriksa apakah penderitaan kita (memang) adalah penghakiman Allah atas cara hidup kita….Penderitaan adalah sebuah tindakan disiplin, bukan kehancuran. “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Ibr. 12:6). – hal. 65
Betapa banyak orang yang belum berjaga-jaga! Karena semua kesibukan mereka, mereka tertidur lelap menjelang kedatangan Yesus Kristus. Bahayanya besar. Virus corona adalah panggilan alarm Allah yang berbelas kasihan untuk membangunkan manusia supaya bersiap. Cara untuk bersiap adalah datang kepada Yesus Kristus, menerima pengampunan dosa, dan berjalan di dalam terang-Nya. – hal. 69
Apa yang sedang dilakukan Allah melalui virus corona adalah menunjukkan kepada kita—secara nyata dan menyakitkan—bahwa tidak satu pun hal di dunia ini yang dapat memberi kita keamanan dan kepuasan seperti yang kita temukan di dalam nilai dan keagungan Yesus yang tak terhingga. Pandemi global merampas kebebasan kita untuk bergerak, berbisnis, dan berelasi tatap muka. Itu merampas keamanan dan kenyamanan kita. Pada akhirnya, itu mungkin merampas nyawa kita. Alasan mengapa Allah mengizinkan kita mengalami kehilangan-kehilangan itu adalah untuk menggugah kita agar bersandar pada Kristus. – hal. 75
Kita akan menjadi garam yang lebih asin dan terang dunia yang lebih berkilau bila perbuatan-perbuatan baik kita dilakukan di tengah-tengah penderitaan. – hal. 81
Begitulah cara Allah menggerakkan umat-Nya—dengan kemartiran dan penganiayaan. Pada akhirnya, “Yudea danh Samaria” mendengar Injil. Cara Allah bekerja bukanlah seperti cara-cara kita. Namun, misi yang ditetapkan-Nya adalah pasti. – hal. 90
E-book ini akan sangat membantu kita memandang-dan-menghadapi Covid19 dengan perspektif yang benar. Fakta sederhana yang perlu kita pahami baik-baik: negatif Covid, belum tentu besok kita masih hidup. Positif Covid, belum tentu besok kita akan meninggal.
Informasi lebih lengkap, klik di sini.
Selamat membaca. Kiranya Allah menguatkan-dan-menolong Saudara. TYM