Sukacita Surga
16 September
Artikel oleh .
Pendiri dan Pengajar, desiringGod.org
”Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya”
(Maz. 27:4)
Bukannya Allah tidak tanggap terhadap kerinduan jiwa yang penuh penyesalan. Dia datang dan mengangkat beban dosa; dan memenuhi hati kita dengan sukacita dan ucapan syukur. ”Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu” (Maz. 30:12-13).
Namun, sukacita kita tidak hanya muncul mellaui pandangan ke belakang dalam rasa syukur. Sukacita itu juga muncul melalui pandangan ke depan dalam pengharapan: ”Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Maz. 42:6).
”Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya” (Maz. 130:5).
Pada akhirnya, yang dirindukan hati bukanlah mengenai berbagai berkat yang baik dari Allah, melainkan Allah itu sendiri. Untuk melihat-Nya; mengenal-Nya; serta berada di hadirat-Nya merupakan perjamuan-final bagi jiwa. Di luar itu, tidak ada yang lain lagi. Tidak ada satu kata pun yang bisa mengungkapkannya. Kita menyebutnya sebagai kegembiraan; sukacita; kesukaan. Namun, berikut adalah petunjuk (yang tidak memadai) untuk pengalaman yang tak terkatakan tersebut:
”Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya” (Maz. 27:4).
”Di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Maz. 16:11).
”Bergembiralah karena TUHAN” (Maz. 37:4).
Artikel ini diterjemahkan dari "The Soul’s Final Feast."