
18 Januari 2023
Oleh Jonathan D. Worthington
”Saya bukan seorang misionaris yang pulang kampung untuk menceritakan berbagai kisah luar biasa dari negeri yang jauh. Lebih parahnya lagi, terkadang saya merasa lebih terbeban [menginjili] orang-orang di lingkungan sekitarnya saya ketimbang jiwa-jiwa yang tersesat di negara lain. Apakah saya tidak dewasa [rohani]?”
”Mengajar di sebuah sekolah menengah Kristen kecil di bagian barat tengah [Amerika Serikat] jelas tidak sepenting menginjili orang-orang di Iran. Saya hanya berharap itu berarti.”
Banyak orang Kristen yang setuju dengan pandangan yang seperti ini. Namun, apakah mereka mengikuti logika yang alkitabiah? Sekilas tentang Rasul Paulus dan pemahamannya tentang misi akan membantu menjawab pertanyaan ini. Perlu diingat, pemahaman Paulus tidak sepenuhnya masuk ke dalam kategori yang sering kita gunakan pada saat ini.
VISI MISI AWAL PAULUS
Diutus oleh gereja mereka di Antiokhia, Siria, Paulus dan Barnabas membawa Injil ke arah timur kepada orang-orang non-Yahudi dan Yahudi di Ikonium, Listra, dan Derbe di Galatia (Kis. 14). Dengan anugerah-Nya Allah, pertobatan terjadi dan berbagai komunitas Kristen kemudian terbentuk. Yang mengejutkan, Paulus dan Barnabas tidak menganggap pekerjaan mereka sudah selesai.
Alih-alih langsung berangkat ke berbagai tempat di mana Injil belum diberitakan, Paulus dan Barnabas menelusuri kembali langkah-langkah mereka – mempertaruhkan nyawa mereka – untuk menguatkan, menghibur, mengajar, dan bahkan menetapkan para penatua dalam jemaat baru yang mereka rintis tersebut (Kis. 14:21-23). Mereka ingin supaya jemaat-jemaat ini mencapai kedewasaan di dalam Kristus dan mereka berjerih lelah untuk mencapai tujuan itu. Paulus dan Barnabas kemudian kembali ke Antiokhia (Kis. 14:26).
Akhir ”perjalanan misi pertama” Paulus dan Barnabas tidak mengakhiri perhatian mereka terhadap pertumbuhan jemaat tersebut. Sebaliknya, Paulus kemudian menulis kepada jemaat-jemaat di Galatia dengan menyatakan, ”… aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.” (Gal. 4:19). Juga, Paulus secara teratur mengunjungi mereka kembali secara pribadi untuk ”menguatkan” para murid ini (Kis. 15:36, 41; 16:1-5; 18:23). Ini adalah bukti bahwa pekerjaan misionarisnya memiliki perhatian jangka panjang. Pikiran-dan-hatinya tertuju untuk memperhatikan orang-orang yang percaya kepada Kristus; dan supaya mereka berakar dalam jemaat lokal sehingga mereka dapat mencapai kedewasaan di dalam Kristus.
MENGIRIM BERBAGAI SURAT DALAM BERMISI
Melalui surat-suratnya (seperti Surat Galatia), Paulus secara konsisten mengejar tujuan misi yang sama. Sebagai contoh, ia dan Timotius menulis kepada para orang kudus di Kolose (dan Laodikia): ”Kami memberitakan tentang Dia dengan menegur dan mengajar setiap orang dengan segala hikmat sehingga kami dapat membawa setiap orang menjadi dewasa dalam Kristus” (Kol. 1:28, AYT).
Mempersembahkan orang-orang yang bertobat kepada Kristus bukanlah impian utama dari misinya Paulus. Begitu juga dengan mempersembahkan berbagai jemaat yang telah dirintisnya. Ia ingin mempersembahkan komunitas orang-orang percaya yang sudah dewasa kepada Kristus. Pertobatan dan perintisan jemaat memang diperlukan untuk hal ini! Namun, aktivitas bermisi melampaui kedua hal tersebut.
MENGUTUS PARA PENOLONG DALAM BERMISI
Selain melalui surat dan kunjungan pribadi, Paulus mengutus rekan-rekan pelayanannya untuk menguatkan para jemaat. Sebagai contoh, Paulus mengutus Tikhikus dan Onesimus ke Kolose untuk menghibur hati jemaat di Kolose; dan untuk memberikan kabar terbaru mengenai pelayanan dan kesejahteraan pribadinya Paulus (Kol. 4:7-9).
Anggota tim misinya Paulus yang lain, seperti Timotius dan Titus, akan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain untuk tinggal dalam jangka waktu yang lebih lama untuk membantu dalam memperkuat dan menyemangati jemaat di sana. Mereka diutus untuk memperlengkapi para pemimpin gereja – penatua dan diaken – untuk misi yang sama yang dimulai Paulus pada kunjungan pertamanya: mempersembahkan setiap orang yang dewasa di dalam Kristus (baca 1 Kor. 4:17; 1-2 Tim.; Surat Titus). Pengutusan rekan pelayanan oleh Paulus ke berbagai tempat yang pernah dikunjunginya menunjukkan rasa tanggung jawabnya yang besar.
PARA GEMBALA DAN PARA PENGAJAR BAGI JEMAAT LOKAL DALAM BERMISI
Para rasul, nabi, dan penginjil (seperti Paulus, Barnabas, Timotius, dll.) tidaklah sama dengan para gembala dan pengajar yang bersifat jangka panjang dalam sebuah gereja lokal. Meskipun demikian, peran mereka yang berbeda memiliki misi yang sama dari Kristus: ”untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Efe. 4:11-12).
Dari sudut pandang yang khusus ini – dan ini adalah sudut pandang yang sangat penting – Paulus tidak melihat adanya perbedaan antara karya misi kerasulannya dengan karya para gembala dan pengajar lokal. Yesus memberikan semua karunia ini untuk membangun para orang kudus sampai mereka semua menjadi dewasa di dalam Kristus dan berdiri teguh di dalam Dia (Efe. 4:13-16).
Misi untuk mendewasakan jemaat ini lebih besar daripada Paulus dan berbagai kunjungannya; surat-suratnya; rekan-rekan pelayanannya; serta para gembala lokal dan para pengajar setempat. Misi ini mencakup seluruh orang kudus. Menurut Efesus 4:12-16, semua orang kudus berpartisipasi dalam misi yang sama melalui berbagai kegiatan seperti:
- Saling membangun satu sama lain di dalam Kristus
- Saling menolong untuk menjadi dewasa di dalam Kristus
- Saling menguatkan satu sama lain untuk terus beriman kepada Kristus
- Saling menolong untuk bersatu di dalam pengenalan akan Anak Allah
- Saling menolong untuk melawan doktrin yang palsu
- Saling memperkatakan kebenaran di dalam kasih kepada satu sama lain
Seperti tubuh manusia yang bergantung pada semua anggotanya, Gereja menjadi dewasa melalui kontribusi dari setiap anggotanya. Baca juga 1 Tes. 3:8; 2 Tes. 2:15; 1 Kor. 16:13.
KITA DALAM MISI?
Secara singkat, saya telah mencoba untuk menggambarkan pemahamannya Paulus tentang misi. Lalu, apa yang harus Anda lakukan jika Anda mendengar seorang saudara atau saudari rohani meremehkan pelayanan mereka karena mereka bukanlah seorang ”misionaris”?
Anda dapat menanggapi dengan, ”Namun, Anda adalah seorang misionaris” dan kemudian membahas pendekatannya Paulus dalam bermisi. Pernyataan itu memang ada benarnya. Bagaimanapun juga, setiap orang Kristen, mulai dari para rasul, penginjil, gembala, hingga orang-orang kudus berada dalam misi yang sama.
Namun, memang akan sangat berguna jika kita memiliki sebuah kata yang digunakan untuk merujuk pada orang-orang Kristen tertentu yang meninggalkan tanah air mereka demi Injil dan melintasi berbagai batas negara. Mereka adalah orang-orang yang biasanya kita sebut sebagai ”misionaris”.
Jadi, apa yang harus kita katakan? Bagaimana seharusnya kita meneguhkan guru yang bekerja di sebuah sekolah menengah Kristen pinggiran kota di bagian barat tengah? Apakah pekerjaan mereka tidak lebih penting dibandingkan dengan usaha memuridkan seseorang di Iran? Saya rasa tidak. Dalam kedua kasus tersebut, pekerjaan dan tujuannya seharusnya sama – menolong orang untuk mengenal Kristus dan mencapai kedewasaan di dalam Kristus. Paulus sangat bersemangat dalam pekerjaan ini di Yerusalem dan hingga sampai ke ujung bumi. Kasihnya kepada misi-Nya Allah menjangkau seluruh dunia. Begitu juga seharusnya dengan kita.
Artikel ini diterjemahkan dari “Mission and Maturity.”