Mengapa Kita TIDAK Perlu Setia Memberikan Persepuluhan (Bagian 8)

Langkah-Langkah Menuju Kedewasaan Rohani (ditulis oleh G.W. Schweer)
Mengapa Kita Perlu Setia Memberi Persepuluhan(hal. 30)

Argumen 8
Persepuluhan justru menolong kita menghindari diri dari dosa ketamakan yang tercantum dalam Efesus 5:3-5, 1 Korintus 6:9-10 dan 1 Timotius 6:10

Vs

Ketiga bagian ini memang benar menyoroti soal dosa keserakahan. Jika sistem persepuluhan yang kita praktikkan saat ini memang pernah ada dan dilakukan oleh jemaat mula-mula, bukankah ini merupakan bagian yang tepat untuk memerintahkan mereka untuk taat membayar persepuluhan? Mengapa malahan tidak pernah diperintahkan di PB?

Alih-alih “menolong kita menghindari diri dari dosa ketamakan”, sistem persepuluhan yang dipraktikkan banyak gereja hari ini malahan bisa menjerumuskan kita ke dalam dosa-dosa yang lainnya. Dinding gereja bertelinga dan berbicara.

Jemaat akan segera tahu kalau persepuluhannya Harry T. Rp 300 juta dan Abun “hanya” Rp 300 ribu. Harry akan rentan melakukan dosa kesombongan dengan memandang rendah Abun. Abun akan rentan melakukan dosa iri hati dan tidak bersyukur ketika membaca laporan keuangan mingguan gereja.

Tamaknya belum tentu hilang, mereka berdua sudah terjerumus ke dosa yang lainnya.

Dosa lain yang tidak kalah mengerikan adalah kerentanan melakukan dosa berdusta. Karena Harry T. merasa berat hati membayar persepuluhan Rp 600 juta setiap bulannya, ia pun memalsukan penghasilan bulanannya sehingga “hanya” perlu membayar Rp 300 juta. Maka, ia telah terjatuh ke dalam dosa yang sama seperti halnya Ananias dan Safira.

Di beberapa negara, membayar persepuluhan kepada gereja juga bisa digunakan sebagai faktor pengurang dari kewajiban seseorang membayar pajak kepada negara. Jadi, mereka memberi pada gereja bukan lagi karena mengasihi Tuhan, melainkan hanya sekedar untuk mengurangi kewajiban pajaknya. Bukankah ini dosa yang mengerikan?

Urusan memberi persembahan, yang harusnya dilakukan dengan sukacita; dengan rela hati dan tanpa paksaan (2 Kor. 9:7), pelan-pelan akan dirusak oleh sistem persepuluhan yang dipraktikkan banyak gereja hari ini. Seperti halnya urusan bersunat/tidak, sistem persepuluhan ini bisa dipandang sebagai bentuk “kuk perhambaan” (Gal. 5:1).

Ini bukan kehendak Tuhan bagi Gereja. Ini adalah perintah manusia, bukan perintah Tuhan. Tidak semua yang datang dari AS adalah benar. Tidak semua yang diajarkan kulit putih adalah baik. Namun, apa yang diajarkan Alkitab pastilah benar-dan-baik.

Jangan lagi Saudara mau dipasangi kuk perhambaan. Sudah tamaknya tidak hilang, dosa-dosa yang lainnya malah menjadi semakin sering Saudara lakukan.

Tinggalkan Balasan