Melalu Apa Kita Dilahirkan Kembali?

1 Pet. 1:23 (AYT)
sebab kamu telah dilahirkan kembali, bukan dari benih yang dapat mati, melainkan dari benih yang tidak dapat mati, yaitu melalui firman Allah yang hidup dan tinggal tetap.

Keselamatan di dalam Kekristenan tidak terkait dengan perasaan dan luapan emosional, tetapi dengan sesuatu yang bersifat mutlak. Bersifat “pasti”, bukan “mudah-mudahan”.

Seseorang hanya mungkin berstatus “sudah dilahirbarukan/diselamatkan” atau “belum dilahirbarukan/diselamatkan” saja. Tidak ada yang namanya “sepertinya sudah dilahirbarukan/diselamatkan”.

Allah Roh Kudus seperti angin yang bertiup ke mana pun Ia mau. Kita mendengar bunyinya, tetapi kita tidak tahu dari mana asalnya dan ke mana Ia akan pergi (Yoh. 3:8). Semua benar-benar hanya karena anugerah. Indah pada waktu-Nya.

Dengan apa Ia melahirbarukan kita? Petrus menegaskan kalau Roh Kudus berkarya “melalui firman Allah yang hidup dan tinggal tetap”. Melalui “Firman yang menjadi tulisan” (Alkitab), kita dibawa-Nya beriman percaya pada “Firman yang menjadi daging” (Yesus Kristus). 

Tidak heran jika 66 buku di Alkitab isinya terkait erat dengan Yesus Kristus, baik secara tersurat maupun tersirat. Yesus Kristus menjadi titik fokusnya.

Bagian ini paralel  dengan apa yang ditulis Paulus di Surat Roma. Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rom. 10:17). Jika Roh Kudus berkarya melalui Firman Kristus, mengapa kita yang malahan seringkali tidak pede memberitakan Injil dengan menggunakan  Alkitab saja?

Mengapa kita harus mengandalkan quotes-quotes para teolog? Mengapa kita harus mengandalkan pemikiran-pemikiran para filsuf? Apakah kita diam-diam malu akan Firman Kristus? Tidak benar-benar yakin dengan kuasanya? (Rom. 1:16).

Tinggalkan Balasan