1 Pet. 1:14-16 (AYT)
Sebagai anak-anak yang taat, janganlah tunduk kepada nafsu jahatmu seperti ketika kamu masih hidup dalam kebodohanmu, tetapi kuduslah dalam segala tingkah lakumu, seperti Allah yang memanggilmu adalah kudus. Sebab ada tertulis, “Kuduslah kamu karena Aku kudus.”
Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu (1 Tes. 4:7-8).
Kekudusan pasti bertolak belakang dengan keinginan daging. Karena itu, secara otomatis kita, yang sudah dilahirbarukan, akan memiliki keseharian yang bertolak belakang dengan keseharian ketika kita masih “hidup dalam kebodohan.” Tidak mungkin sama. Pasti berbeda total.
Setelah dilahirbarukan, hidup kita bukanlah lagi milik kita, tetapi milik Kristus. Kita bukan lagi budak dosa, melainkan budak Kristus. Kehendak-Nya yang harus jadi, bukan kehendak kita.
Bukan hanya tingkah laku kita yang harus kudus, tetapi juga pikiran dan kehendak kita harus dikuduskan. Motivasi kita bersungguh-sungguh mengejar kekudusan hendaklah semata-mata “supaya berkenan kepada Allah” (1 Tes. 4:1).
Kudus tidak sama dengan munafik. Kita mengejar kekudusan semata-mata untuk menyenangkan hati Allah semata, bukan untuk dipuji dan dihormati manusia. Karena itu, Alkitab menyatakan dengan tegas: …kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibr. 12:14).