Jadilah Teladan, Bukan Penguasa

Referensi: klik di sini.

1 Pet. 5:3 (AYT)
Jangan pula bertindak sebagai penguasa terhadap mereka yang dipercayakan ke dalam tanggung jawabmu, tetapi jadilah teladan bagi kawanan itu.



Menurut sumber yang terpercaya, ada lembaga pelayanan mahasiswa (LPM) di Solo yang menerapkan sistem pemuridan yang tidak wajar. Misalnya, mereka dilarang berpacaran dengan orang di luar LPM-nya. Jika mereka mau menonton film A atau B, mereka harus meminta ijin pada kakak rohaninya. 

Jika informasi ini benar, maka sekumpulan orang itu sudah menjadi Farisi modern. Orang Farisi hanya mencetak orang Farisi. Si kakak rohani sepertinya ingin berkuasa atas adik-adik rohaninya. 

Petrus mengingatkan kalau penggembalaan Kristen itu melalui teladan, bukan dengan kontrol dan kuasa. Kita tidak boleh memposisikan diri sebagai “penguasa terhadap mereka yang dipercayakan ke dalam tanggung jawab” kita (Mat. 20:25-28).

Ciri-ciri gereja/kelompok yang ingin berkuasa atas para dombanya:

  • Legalistik.
  • Menuntut ketaatan yang tidak wajar pada para pimpinan. 
  • Pengajaran dan kebijakan para pimpinannya tidak boleh dipertanyakan sama sekali.
  • Adanya hukuman yang tidak wajar bagi mereka yang tidak taat pada pimpinan.
  • Menyatakan diri sebagai gereja/kelompok yang paling benar. Di luar mereka seolah-olah tidak ada kebenaran. 
  • Adanya isolasi (menolak untuk bergaul atau berinteraksi dengan orang-orang di luar kelompoknya). 
  • Mempermalukan dan mengucilkan mereka yang dianggap tidak taat pada pimpinan.

Alasan utama mengapa seseorang ingin berkuasa atas para domba karena takhta adalah sesuatu yang secara alami sangat menggoda kedagingan kita. Ada takhta, biasanya berujung ada harta. Ujung-ujungnya duit.

Marilah kita camkan baik-baik perkataannya Sang Kepala Gereja kita:
“…Siapa yang ingin menjadi besar di antara kamu, ia harus menjadi pelayanmu. Siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, ia harus menjadi hambamu, sama seperti Anak Manusia yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mat. 20:26-28, AYT).

Domba itu untuk digembalakan, bukan untuk di-abuse.

You may also like...

Tinggalkan Balasan