1 Pet. 2:5
…imamat yang kudus untuk mempersembahkan kurban-kurban rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus.
Berbeda dengan jabatan imam di antara bangsa Israel, setiap orang Kristen (mereka yang sudah dilahirbarukan) adalah “imamat yang kudus”. Kekristenan tidak membedakan orang awam (layman) dan kependetaan (clergy).
Seorang pendeta tidak berarti lebih kudus dan saleh dibandingkan jemaatnya. Manusia yang suka membeda-bedakannya. Tuhan tidak. Di mata Tuhan, mereka sama-sama adalah “imamat yang kudus”.
Sama seperti para imam di PL (Kel. pasal 28-29; Ima. pasal 8-9), sebagai imamat yang kudus, orang Kristen juga dipilih; dikuduskan; dijubahi dengan kebenaran Kristus; dan diurapi untuk melayani Tuhan.
Sama seperti yang diharapkan dari para imam di PL, sebagai imamat yang kudus, orang Kristen diharapkan untuk setia berjalan bersama Tuhan dalam kedamaian dan kejujuran.
Hukum kebenaran ada di dalam mulut kita dan kecurangan tidak didapati di bibir kita. Bibir seorang imam akan memelihara pengetahuan dan orang-orang akan mencari hukum dari mulut kita karena kitalah utusan TUHAN semesta alam. Kita akan membalikkan banyak orang dari kesalahannya (Mal. 2:6-7).
Lantas, apa yang dimaksud Petrus dengan “kurban-kurban rohani yang berkenan”? Istilah ini paralel dengan apa yang dimaksud di Surat Roma 12:1-2 dan Ibr. 13: 15-16.
Mengapa “kurban-kurban rohani” kita bisa berkenan kepada Allah? Mengapa kita tidak perlu mempersembahkan kurban binatang seperti bangsa Israel di PL? Karena kita mempersembahkannya “melalui Yesus Kristus” (Ibr. pasal 9-10:23).
Oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri (Ibr. 10:19-20).
Itulah sebabnya orang Kristen, imamat yang kudus, bisa “mempersembahkan kurban-kurban rohani yang berkenan kepada Allah”.