Yak. 2:24 (AYT)
Jadi, kamu lihat bahwa dari perbuatanlah orang dibenarkan, bukan dari iman saja.
Ayat ini dianggap bertentangan dengan pernyataan Paulus di Roma 3:28. Jadi, orang Kristen sebenarnya “dibenarkan karena iman” atau “dari perbuatanlah orang dibenarkan, bukan dari iman saja”? Karena jika yang satu benar, maka satunya salah. Yang manakah yang benar?
Karena pernyataan seperti ini, Martin Luther menganggap Surat Yakobus ini sebagai “surat jerami” (tidak bermutu) karena dipandang tidak memiliki karakter injili yang benar. Supaya tidak salah memahami bagian ini, kita harus memahami perbedaan kata “dibenarkan” dalam Surat Roma dan Surat Yakobus. Dalam Surat Roma, yang “dibenarkan” adalah orangnya. Sementara itu, yang dimaksud Yakobus dalam surat ini, yang “dibenarkan” adalah kesaksian orang yang mengaku beriman (Yak. 2:18).
Yakobus menggunakan Abraham sebagai contoh kasus dengan bertanya: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan oleh perbuatan-perbuatan ketika dia mengurbankan Ishak, anaknya, di atas altar?” (Yak. 2:21). Dari contoh kasus ini, kita bisa melihat dengan jelas kalau kata “dibenarkan” pada bagian ini berbeda dengan Surat Roma. Mengapa? Karena Abraham sudah “dibenarkan” Allah berpuluh-puluh tahun sebelum ia “mengurbankan Ishak, anaknya, di atas altar” (Kej.15:6; Rom 4:3).
Bukan karena mengurbankan Ishak, Abraham dibenarkan. Namun, karena sudah dibenarkan Allah, “karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak” (Ibr. 11:17) . Ia mempersembahkan Ishak sebagai orang yang sudah beriman. Perbuatannya itulah yang menjadi bukti imannya. Inilah yang dimaksud Yakobus.
Dari kedua contoh yang digunakan Yakobus untuk menjelaskan maksudnya, kita dengan pasti tahu kalau ia tidak bermaksud menyatakan kalau “justification by works“. Sama seperti Paulus, Yakobus juga mengajarkan “justification by faith“. Jadi, perbuatan baik tidak menyelamatkan/membenarkan seseorang, tetapi menjadi bukti kalau seseorang sudah diselamatkan/dibenarkan.
Referensi bacaan: Klik di sini.