Bagaimana Cara untuk (Tidak) Tetap Suam-Suam Kuku

19 November 2017
Artikel oleh Greg Morse
Staf Penulis
, desiringGod.org

Saya pikir saya adalah orang Kristen selama bertahun-tahun.
Saya bukan orang Kristen.

Saya bersumpah memiliki hubungan dengan Allah.
Saya tidak memiliki hubungan dengan Allah.

Saya percaya bisa meninggal kapan saja dan disambut di surga.
Saya tidak akan disambut di surga.

Saya tidak memiliki kategori bagi mereka yang menganggap dirinya adalah pengikut Kristus, namun yang tidak benar-benar menjadi pengikut Kristus. Saya berasumsi bahwa jika saya memiliki keinginan untuk menjadi orang Kristen, maka Allah akan menyambut saya dengan penuh sukacita. Saya belum pernah membaca bagian yang menyatakan akan ada orang-orang yang pada hari penghakiman, yang sungguh-sungguh menyapa Yesus dan memanggilnya ”Tuhan, Tuhan”, namun ditolak oleh-Nya (Mat. 7:21-23). Tidak ada yang pernah mengatakan pada saya bahwa seseorang dapat melakukan banyak perbuatan baik bagi Allah, namun dirinya tetaplah masih terhilang.

Saya meyakinkan diri saya sendiri kalau saya telah aman dari murka Allah. Tidak ada yang memberitahu saya bahwa ”orang Kristen” yang suam-suam kuku akan dimuntahkan dari mulut Allah (Why. 3:16). Tidak ada yang memberitahu saya bahwa jika Allah tidak menjadi yang terutama dalam hati saya, maka saya sangat membutuhkan pertobatan; bahwa saya tersesat. Memakai istilah Francis Chan, saya dulu memang suam-suam kuku dan malahan menyukai hal itu.

Suam-Suam Kuku dan Menyukai Hal Itu

Saya tidak banyak mengomel. Saya tidak tertidur. Saya pergi ke gereja hampir setiap hari Minggu. Saya pastilah orang Kristen.

Saya telah menyatakan kalau Yesus mati untuk dosa-dosa saya. Saya menyanyikan lirik yang tertera pada layer tersebut. Saya berdoa sebelum makan. Saya memuliakan Allah melalui prestasi atletik saya. Saya pastilah orang Kristen.

Tentu saja, Allah bukanlah segalanya bagi saya. Tentu saja, saya tidak pernah membaca firman-Nya. Tentu saja, saya tidak banyak berdoa. Tentu saja, saya diam-diam mencintai dosa. Tentu saja, kekudusan tampak sangat membosankan. Tentu saja, saya jarang mengakui-Nya di depan umum atau menghabiskan waktu bersama-Nya secara pribadi. Namun, Ia mengerti. Apalagi, saya hanyalah manusia. Tidak ada manusia yang sempurna.

Jika Allah tidak turut campur tangan, saya akan terbangun dari khayalan saya di depan lautan api. Saya membayangkan berpesta di meja kasih karunia, minum dari piala kehidupan kekal, tetapi saya tetap memilih makan sampah dan minum air selokan. Saya sedang bermimpi, seperti yang dijelaskan dalam Yesaya:

Seumpama seorang yang lapar bermimpi ia sedang makan, pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga, sesungguhnya ia masih lelah, kerongkongannya masih dahaga (Yes. 29:8).

Saya akan menjadi makhluk yang paling menyedihkan dalam segala kebinasaan.

Saya terus hidup dalam khayalan saya; membungkam hati nurani saya; dan meyakinkan diri saya sendiri kalau saya benar di hadapan Allah dengan strategi sederhana ini: saya menolak untuk membaca kitab-Nya Allah dan mengukur diri saya dengan orang-orang di sekitar saya.

Cara untuk Tetap Suam-Suam Kuku

Seperti yang dikatakan C.S. Lewis, membandingkan imannya saya dengan orang lain di sekitar saya (termasuk orang non-Kristen) adalah cara termudah, untuk melakukan perjalanan menuruni lereng yang landai ke dalam neraka.

SEKILAS MEMANDANG RENDAH

Saya memandang rendah orang-orang Kristen yang tampak ”lebih kecil” untuk mengonfirmasi kepuasan dirinya saya. Jaminan keselamatan saya sebagian besar berasal dari fakta bahwa saya secara lahiriah lebih baik dibandingkan kebanyakan kambing lain yang mengaku sebagai domba.

Saya berdoa seperti orang Farisi: ”Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah – saya tidak akan tahu kalau saya adalah orang Kristen tanpa mereka.”

Ketika seekor bebek membandingkan dirinya dengan bebek yang lain, ia sedang memahkotai dirinya sendiri sebagai angsa.

SEKILAS MEMANDANG TINGGI

Ketika bertemu dengan orang-percaya-yang-sejati, saya akan merasakan adanya keyakinan yang mendalam. Namun, supaya bisa tetap suam-suam kuku, saya menyimpulkan kalau mereka ini hanyalah para bintangnya Kristen.

Alih-alih memasukkan mereka ke dalam kategori  orang yang ”hidup” sementara saya berada dalam kategori orang yang ”mati”, saya beralasan bahwa mereka adalah para pahlawan super. Mereka adalah orang Kristen A+, saya hanyalah orang Kristen C atau C- — tetapi keduanya toh sama-sama akan lulus. Hanya karena saya tidak berada di dalam semua tim konferensi Kristen, tidak berarti saya tidak berada di tim tersebut kan? 

Begitu saya menetapkan adanya kategori pahlawan-super-Kristen, maka saya akan mencari alasan untuk menempatkan orang percaya yang membuat saya tidak nyaman ke dalamnya. Oh, dia ingin menjadi pendeta! Oh, mereka adalah misionaris selama beberapa tahun. Oh, itu karena mereka dibesarkan dalam keluarga Kristen sepanjang hidup mereka. Oh, itu karena mereka memiliki kepribadian yang bersemangat tentang segala hal. Itu sudah jelas.

Saya dengan senang hati menarik diri dan memilih menjadi para kurcaci rohani saja — toh juga sama-sama termasuk dalam Persekutuan (orang kudus).

Manakah yang Tidak Saya Pandang Sekilas: Alkitab

Ketika saya masih suam-suam kuku, kitab-Nya Allah berdebu di kamar saya; tidak dibuka.

Kemudian, Allah menuntun saya pada firman-Nya dan menyelamatkan saya. Allah bertemu dengan saya, seorang kurcaci setinggi 2 m yang menyedihkan di kamar asrama yang dingin-dan-lembap, dan membuat saya hidup melalui Roh dan firman-Nya. Kerohanian yang suam-suam kuku dihanguskan oleh iman-yang-hidup pada Allah-yang-menghanguskan yang dinyatakan dalam Alkitab.

Dalam Alkitab, saya membaca bahwa Anda harus dilahirkan kembali untuk bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya (Yoh. 3:3). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa mengasihi Yesus di atas segalanya — dibandingkan ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, maupun pasangannya saya — bukan hanya bagi orang-Kristen-super, tetapi bagi semua orang yang akan mengikut-Nya (Mat. 10:37-39). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa Allah muak karena bibir saya dekat pada-Nya pada hari Minggu pagi, namun hati saya tetap menjauh dari pada-Nya (Yes. 29:13-14). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa saya dapat menyelidiki Kitab Suci melalui seribu pelajaran Alkitab, namun tetap menolak untuk benar-benar datang kepada Yesus dan memperoleh hidup kekal (Yoh. 5:39-40).

Dalam Alkitab, saya membaca bahwa saya tidak cukup baik untuk membuat Allah berhutang pada saya (Luk. 17:10); bahwa saya sama sekali tidak dapat menyenangkan-Nya selama saya hidup di dalam daging (Rom. 8:8). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa saya berhak untuk dikutuk karena tidak mengasihi Yesus (1 Kor. 16:22); bahwa hukumannya adalah siksaan-yang-kekal (Why. 14:11).

Dalam Alkitab, saya membaca bahwa Allah bukanlah seorang anak yang aneh yang sedang duduk di ruang makan dan sangat membutuhkan siapa pun untuk duduk bersama-Nya. Dalam Alkitab, saya membaca bahwa nama-Nya adalah “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (Why. 19:16) yang kepadanya setiap lutut akan bertekuk lutut (Fil. 2:10). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa Dia tidak membutuhkan saya (Kis. 17:25); bahwa jika saya menolak untuk menyembah-Nya, batu bahkan akan berteriak (Luk. 19:40). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa saya diciptakan untuk kemuliaan-Nya, bukan Dia ada untuk kemuliaan saya (Yes. 43:7).

Dalam Alkitab, saya membaca bahwa jika saya merasa suam-suam kuku dalam memuliakan Kristus; dalam bertobat dari dosa; dan menolak untuk berserah dalam penyerahan yang penuh sukacita, Ia akan memuntahkan saya dari mulut-Nya (Why. 3:15-16).

Kabar Baik bagi yang Suam-Suam Kuku

Namun, dalam Alkitab, saya juga membaca bahwa sementara kita lebih buruk daripada suam-suam kuku, Raja-segala-raja itu rela mati untuk kita (Rom. 5:8); bahwa meskipun dosa dan sikap apatisnya saya telah membuat saya mati, karunia secara cuma-cuma dari Allah adalah hidup yang kekal di dalam Kristus (Rom. 6:23). Dalam Alkitab, saya juga membaca bahwa Yesus tidak datang untuk mereka yang sehat. Namun, belas kasihan dan kasih karunia-Nya adalah bagi mereka yang sakit karena dosa mereka (Luk. 5:31).

Dalam Alkitab, saya juga membaca bahwa jika saya haus, jika saya tidak punya uang, Allah mengundang saya untuk datang dan dipuaskan di dalam-Nya (Yes. 55:1). Dalam Alkitab, saya juga membaca bahwa jika saya lelah bekerja untuk apa yang membuat saya merasa kosong dan kemudian berbalik pada-Nya, maka Ia akan memberi saya makanan yang paling lezat; memberi saya hidup; dan membuat perjanjian abadi dengan saya melalui Anak-Nya (Yes. 55:2–3).

Dalam Alkitab, saya juga membaca bahwa Tuhan dekat dengan siapa pun yang mau kembali pada-Nya untuk pengampunan; bahwa Ia menawarkan kepada orang berdosa yang paling keji — termasuk mereka yang suam-suam kuku — sebuah pengampunan mutlak dan kesenangan yang melebihi apa yang berani diharapkan seseorang (Yes. 55:6-9). Dalam Alkitab, saya membaca bahwa undangan ini dibayar dengan harga Anak Allah (Yes. 53:1-12). 

Jika Anda merasa suam-suam kuku dan membaca tulisan ini, ada kabar baik untuk Anda: ”Masih ada waktu. Bertobatlah. Percayalah. Bersukacitalah. Hiduplah.”

***

Artikel ini diterjemahkan dari desiringgod.org dengan judul 'How (Not) to Stay Lukewarm.'

You may also like...

Tinggalkan Balasan